Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dorong Irigasi Berkelanjutan, Balai Teknik Irigasi Kementerian PU Jalin Kerja Sama dengan MRC

Kompas.com - 01/11/2024, 18:01 WIB
Sri Noviyanti

Editor


KOMPAS.com - Indonesia melalui Balai Teknik Irigasi yang berada di bawah naungan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) memperkuat komitmen terhadap pengelolaan air berkelanjutan dengan menjalin kemitraan strategis bersama Mekong River Commission (MRC).

Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan memorandum of understanding (MoU) pada 28 Januari 2024 di Luang Prabang, Laos, sekaligus menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di luar anggota MRC yang turut serta dalam kolaborasi itu.

Kemitraan dinilai akan meningkatkan diplomasi Indonesia di subkawasan Mekong, serta mendukung inovasi teknologi irigasi untuk lahan kering di Asia Tenggara.

Salah satu implementasi awal dari MoU tersebut adalah penyelenggaraan program "Knowledge Sharing on Irrigation Technology" di Balai Teknik Irigasi, yang berlangsung mulai Senin (28/10/2024) hingga Jumat (1/11/2024). Program ini bertujuan untuk memfasilitasi pertukaran pengetahuan antara para ahli irigasi dari Indonesia dan negara-negara anggota MRC.

Baca juga: Bangun Bendungan dan Irigasi, Pemerintah Siapkan Rp 11,98 Triliun

Para peserta diajak memahami teknologi, seperti Gun Sprinkler Bravo 1, jaringan irigasi air tanah, dan irigasi ramah ikan yang efektif dalam meningkatkan produktivitas lahan kering.

Kepala Balai Teknik Irigasi, Dery Indrawan, menjelaskan bahwa melalui kerja sama tersebut, Indonesia berharap bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman terkait teknologi irigasi yang telah diimplementasikan di berbagai daerah.

“Gun Sprinkler Bravo 1 adalah contoh inovasi yang kami kembangkan. Teknologi ini menggunakan bahan lokal (yang diproduksi usaha mikro kecil dan menengah/UMKM) dan mudah dioperasikan sehingga cocok untuk diterapkan di lahan kering, baik di Indonesia maupun negara lain dengan kondisi serupa,” ujar Dery dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (1/11/2024).

CEO MRC, Anoulak Kittikhoun, menyambut positif kolaborasi itu dan menekankan pentingnya kerja sama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang mempengaruhi kawasan Sungai Mekong.

Baca juga: Pakai PLTS untuk Pompa Irigasi, Petani Kalijaran Cilacap Kini Tak Lagi Kesulitan Air

“Kami terbuka terhadap inisiatif seperti itu. Kehadiran Indonesia sebagai mitra non-Mekong pertama, kata dia, menunjukkan potensi besar dalam berbagi solusi teknologi yang relevan dan efisien, terutama di bidang irigasi guna mengatasi tantangan di Sungai Mekong,” ujarnya.

Ke depan, kerja sama diharapkan olehnya dapat menghasilkan proyek percontohan yang diimplementasikan di negara-negara anggota MRC.

“Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat memberikan landasan bagi kegiatan lanjutan di salah satu negara terpilih untuk survei, investigasi, dan desain yang akan dilaksanakan pada tahun kedua, serta penerapan teknologi irigasi dalam bentuk proyek percontohan pada tahun ketiga. Semoga kerja sama ini dapat memberikan manfaat nyata di lapangan dan memperkuat inovasi berkelanjutan dalam pengelolaan irigasi,” ujar Direktur Bina Teknik Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PU, Muhammad Rizal.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Dorong Irigasi Berkelanjutan, Balai Teknik Irigasi Kementerian PU Jalin Kerja Sama dengan MRC

Dorong Irigasi Berkelanjutan, Balai Teknik Irigasi Kementerian PU Jalin Kerja Sama dengan MRC

Pemerintah
Dorong Pemakaian EV, Penempatan Stasiun Pengisian Listrik Perlu Diperhatikan

Dorong Pemakaian EV, Penempatan Stasiun Pengisian Listrik Perlu Diperhatikan

Pemerintah
Ilmuwan Peringatkan Bumi Makin Tidak Layak Huni

Ilmuwan Peringatkan Bumi Makin Tidak Layak Huni

Pemerintah
Greenpeace: Restorasi Lahan Gambut 10 Tahun Terakhir Tidak Memuaskan

Greenpeace: Restorasi Lahan Gambut 10 Tahun Terakhir Tidak Memuaskan

LSM/Figur
Presiden Prabowo Didorong Jadikan Transisi Energi Misi Nasional

Presiden Prabowo Didorong Jadikan Transisi Energi Misi Nasional

LSM/Figur
Di COP16 Kolombia, Masyarakat Sipil Desak Pemerintah RI Batasi Produksi Nikel

Di COP16 Kolombia, Masyarakat Sipil Desak Pemerintah RI Batasi Produksi Nikel

LSM/Figur
Kali Pertama dalam 130 Tahun Gunung Fuji Telat Bersalju, Pertanda Buruk?

Kali Pertama dalam 130 Tahun Gunung Fuji Telat Bersalju, Pertanda Buruk?

Pemerintah
Perubahan Iklim Bikin Ekonomi Negara Asia dan Pasifik Rugi Besar

Perubahan Iklim Bikin Ekonomi Negara Asia dan Pasifik Rugi Besar

LSM/Figur
Jaga Keanekaragaman Hayati, Masyarakat Adat Kalimantan Bersuara di COP 16

Jaga Keanekaragaman Hayati, Masyarakat Adat Kalimantan Bersuara di COP 16

LSM/Figur
Nol Emisi Kini Bukan Sekedar Mimpi Ibu Pertiwi...

Nol Emisi Kini Bukan Sekedar Mimpi Ibu Pertiwi...

Swasta
Dana Infrastruktur Transisi Energi Terkumpul 215 Miliar Dollar AS Sejak 2014

Dana Infrastruktur Transisi Energi Terkumpul 215 Miliar Dollar AS Sejak 2014

Pemerintah
Mengalirkan Harapan Energi Bersih Berkelanjutan pada Ratusan PLTA di Negeri Kaya Air

Mengalirkan Harapan Energi Bersih Berkelanjutan pada Ratusan PLTA di Negeri Kaya Air

BUMN
Tiap Pengiriman E-mail dan Posting di Medsos Berpotensi Merusak Lingkungan

Tiap Pengiriman E-mail dan Posting di Medsos Berpotensi Merusak Lingkungan

LSM/Figur
10 Negara dengan Kapasitas Baterai Paling Besar di Dunia, China Nomor Wahid

10 Negara dengan Kapasitas Baterai Paling Besar di Dunia, China Nomor Wahid

Pemerintah
19 Persen Kawasan Ekosistem Esensial Ada di Dalam HGU

19 Persen Kawasan Ekosistem Esensial Ada di Dalam HGU

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau