KOMPAS.com - Laporan Negara-negara Kurang Berkembang 2024 yang dirilis oleh UNCTAD menyoroti bahwa kelompok 45 negara kurang berkembang (LCD) dapat menggunakan proyek pasar karbon untuk meningkatkan aksi iklim.
Ini dilakukan dengan mengimbangi emisi pembeli pada tingkat yang lebih baik sehingga memungkinkan lebih banyak investasi.
Mengutip laman resmi United Nations, Sabtu (9/11/2024) LCD termasuk dalam daftar negara pertama yang bergabung dengan pasar karbon tetapi mereka menghadapi tantangan dalam mengakses pasar karena ukuran dan kesulitan dalam menarik investasi asing.
Pasar karbon adalah tempat kredit karbon dibeli dan dijual.
Menurut UNCTAD, enam negara terbelakang menyumbang lebih dari 75 persen dari semua kredit karbon yang diterbitkan di pasar sukarela dan 80 persen dari kredit karbon yang diterbitkan di bawah Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism/CDM).
Baca juga:
Penerbitan kredit karbon itu memungkinkan negara-negara untuk mendanai proyek-proyek pengurangan emisi di negara lain dan mengklaim emisi sebagai bagian dari upaya mereka untuk memenuhi target internasional.
Sayangnya, meski negara-negara terbelakang berpartisipasi, mereka hanya mewakili 1,5 persen dari proyek-proyek CDM global.
Pada tahun 2023, nilai kredit karbon dari negara-negara termiskin mencapai sekitar 403 juta dollar AS, hanya sebagian kecil dari investasi tahunan sebesar 1 triliun dollar AS yang dibutuhkan negara-negara ini untuk memenuhi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada tahun 2030.
Hal ini mencerminkan perlunya kerangka kerja yang lebih kuat untuk menjadikan pasar karbon sebagai sumber pendanaan yang layak.
UNCTAD mencatat bahwa sektor-sektor berbasis lahan seperti kehutanan dan pertanian negara LCD memiliki potensi besar yang belum dimanfaatkan dan dapat menyediakan karbon kredit yang signifikan.
Laporan tersebut memperkirakan bahwa pengurangan emisi dari sektor-sektor ini dapat setara dengan 70 persen dari emisi dari industri penerbangan global pada tahun 2019, atau sekitar 2 persen dari emisi global.
Namun, peluang ini membutuhkan harga karbon yang layak dan proyek yang dapat diakses.
Tarif 100 dollar AS per ton diperlukan untuk membuat proyek tersebut menguntungkan.
Saat ini, LDC hanya memanfaatkan 2 persen dari potensi mitigasi berbasis lahan mereka, dan tanpa harga karbon yang lebih tinggi, hingga 97 persen mungkin belum dimanfaatkan pada tahun 2050.
Baca juga:
Laporan UNCTAD menyerukan tindakan yang ditargetkan untuk membantu LDC mendapatkan manfaat lebih penuh dari pasar karbon.
Laporan tersebut merekomendasikan untuk memperkuat kerangka kerja domestik dengan kapasitas regulasi yang lebih kuat dan sistem untuk pemantauan dan pelaporan guna memastikan bahwa masyarakat mendapatkan manfaat langsung dari proyek tersebut.
Laporan tersebut juga mendesak perluasan kemitraan internasional.
Misalnya saja Kerja sama regional dan kemitraan South-South dapat membantu LDC mengurangi biaya dan meningkatkan posisi mereka di pasar karbon.
Baca juga: UNEP: Emisi Karbon Naik Lebih Cepat di Tahun 2023
Laporan juga menyerukan kepada mitra pembangunan untuk menyediakan sumber daya guna membantu negara-negara kurang berkembang menyelaraskan proyek pasar karbon dengan tujuan ekonomi yang lebih luas.
Upaya ini dapat membantu negara-negara kurang berkembang membuka potensi iklim yang signifikan, menciptakan peluang ekonomi sekaligus memajukan tujuan iklim mereka.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya