KOMPAS.com - Usai Pandemi Covid-19 melanda dunia, negara-negara di dunia berjanji untuk membangun kembali ekonomi mereka dengan cara yang ramah iklim.
Harapannya, upaya tersebut dapat mempercepat perjalanan global menuju emisi nol bersih. Namun kenyataannya justru sebaliknya.
Alih-alih terjadi pemulihan hijau (green recovery), emisi gas rumah kaca global kini meningkat lebih cepat dari pada yang terjadi pada dekade sebelum pandemi global.
Mengutip New Scientist, Sabtu (26/10/2024) laporan dari United Nations Global Environment Programme (UNEP) mengungkap emisi naik 1,3 persen menjadi 57,1 gigaton setara karbon dioksida pada tahun 2023.
Baca juga:
Itu adalah tingkat pertumbuhan tahunan yang lebih cepat daripada selama dekade 2010-2019, ketika emisi tumbuh rata-rata 0,8 persen per tahun.
Laporan tersebut menemukan semua sumber emisi gas rumah kaca, kecuali penggunaan lahan, meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi akibat Covid-19.
Emisi dari transportasi jalan raya, kebocoran dari infrastruktur minyak dan gas seperti jaringan pipa, dan emisi industri semuanya tumbuh pesat pada tahun 2023. Sementara emisi penerbangan tumbuh 19,5 persen.
"Peningkatan emisi berarti peluang dunia untuk mencegah bencana perubahan iklim semakin berkurang," kata Inger Anderson dari UNEP dalam sebuah pernyataan.
Sejak 2015, negara-negara di dunia secara kolektif berjanji untuk membatasi pemanasan tidak melebih 1,5 derajat Celsius. Tetapi target saat ini tidak mendekati pencapaian tujuan tersebut.
Baca juga:
Negara-negara di dunia pun diharapkan untuk menyerahkan rencana iklim nasional baru pada bulan Februari, menjelang konferensi iklim COP30 di Brasil pada bulan November.
Rencana tersebut harus merinci bagaimana negara-negara akan memangkas emisi mereka antara sekarang dan 2035.
Anderson pun mengatakan sangat penting bagi negara untuk membawa rencana pemangkasan emisi yang lebih berani untuk segera dieksekusi.
"Bahkan jika dunia melampaui pemanasan 1,5 derajat Celsius, kita harus terus berjuang untuk dunia yang berkelanjutan, sejahtera, dan bebas emisi," tambah Anderson.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya