KOMPAS.com - Laporan terbaru dari Climate Trace yang diungkapkan di Conference of Parties (COP29), di Baku, Azerbaijan menunjukkan bahwa Shanghai, China menjadi kota paling berpolusi di dunia.
Tercatat, Shanghai menghasilkan emisi hingga 256 juta ton, melampaui emisi gas rumah kaca di Kolombia atau Norwegia.
Climate Trace menghitung karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida serta polutan udara lainnya di seluruh dunia menggunakan kecerdasan buatan serta observasi.
Baca juga:
Hasilnya, tujuh provinsi di China dan Amerika Serikat menghasilkan 1 miliar metrik ton gas rumah kaca. Kota-kota yang menghasikan polusi miliaran ton itu antara lain Hebei, Shanxi, Mongolia Dalam, Jiangsu, dan Guangdong di China, dan Texas.
Para peneliti menyebut, total polusi karbon dioksida dan metana di Bumi meningkat 0,7 persen menjadi 61,2 miliar metrik ton. Kemudian gas metana meningkat 0,2 persen.
"Angka-angka tersebut lebih tinggi daripada kumpulan data lainnya. Karena kami memiliki cakupan yang komprehensif dan telah mengamati lebih banyak emisi di lebih banyak sektor," ungkap pendiri Climate Trace Gavin McCormick.
Laporan tersebut juga menemukan China, Iran, Indonesia dan Rusia mengalami peningkatan emisi terbesar pada periode 2022-2023. Sebaliknya, Venezuela, Jepang, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikan berhasil menurunkan tingkat polusi.
Baca juga:
Sementara itu dalam COP29, para eksekutif di sektor minyak yaitu Total, BP, Equinor dan Shell berjanji bakal berinvestasi 500 dollar AS untuk memperluas akses ke energi modern yang berkelanjutan.
Namun, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, yang merupakan tuan rumah COP29 justru mengulangi pernyataan kontroversialnya bahwa minyak, gas, dan sumber daya alam lainnya adalah "anugerah dari Tuhan". Hal ini lantas menuai kritik dari mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Al Gore.
"Sangat disayangkan, bahwa industri bahan bakar fosil dan negara-negara penghasil minyak mengambil alih proses COP hingga ke tingkat yang tidak sehat,” ungkap Gore.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya