Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/11/2024, 13:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Sistem observasi laut atau ocean observing system (OOS) dan variabel laut esensial atau essential ocean variable (EOV) penting untuk mendukung keberlanjutan ekonomi pesisir dan pengelolaan sumber daya laut yang adaptif terhadap perubahan iklim.

Peneliti Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) A’an Johan Wahyudi menyampaikan, sistem observasi laut juga penting untuk ngambilan keputusan berbasis data dalam sejumlah sektor.

"Seperti perikanan, pariwisata, dan perlindungan pantai,” ujar Johan di Gedung BRIN, Jakarta, Kamis (28/11/2024), sebagaimana dikutip dari situs web BRIN.

Baca juga: Logam Berat di Lautan Jadi Lebih Beracun akibat Perubahan Iklim

Hal tersebt disampaikan Johan dalam sesi diskusi yang bertema East Asian Summit workshop on developing coastal economy dalam The 8th China-Southeast Asian Countries Marine Cooperation Forum East.

Johan menambahkan, integrasi EOV ke dalam strategi ekonomi biru juga menjadi kunci untuk meningkatkan ketahanan kawasan terhadap dampak perubahan iklim dan memastikan pemanfaatan sumber daya laut yang berkelanjutan.

Menurutnya, dengan data yang akurat, nelayan bisa menentukan lokasi penangkapan ikan yang lebih produktif.

Di samping itu, data yang akurat bisa membuat pelaku pariwisata dapat mengantisipasi perubahan kondisi laut untuk menjaga daya tarik destinasi wisata.

Baca juga: Ahli Temukan Jamur Pemakan Plastik, Bisakah Bersihkan Lautan Dunia?

Selain itu, EOV juga akan membantu pemerintah dalam mengambil kebijakan yang lebih tepat untuk melindungi ekosistem laut dan mengurangi dampak perubahan iklim.

Menurut Johan, masalah degradasi lingkungan laut dapat diatasi dengan pemanfaatan EOV.

"EOV akan membantu kita memahami kondisi laut secara lebih baik sehingga kita dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga keseimbangan ekosistem," jelasnya.

Misalnya, dengan mengetahui tingkat keasaman air laut dapat diprediksi dampaknya terhadap terumbu karang sehingga bisa mengambil tindakan konservasi yang diperlukan.

Johan juga menekankan, pemanfaatan EOVmembutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak. Dia mengusulkan agar pemerintah, industri, dan lembaga penelitian bekerja sama untuk mengembangkan dan memanfaatkan teknologi ini secara maksimal.

Baca juga: Akibat Perubahan Iklim, Ikan di Lautan Bisa Menyusut 10 Persen

"Dengan sinergi yang kuat, kita dapat membangun sistem observasi laut yang komprehensif dan mendukung pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan," jelasnya.

Meskipun pemanfaatan EOV memiliki potensi besar, Johan menyampaikan masih ada tantangan yang harus diatasi.

Ia menekankan pentingnya dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan yang mendorong pengembangan teknologi ini.

Selain itu, dibutuhkan investasi dari sektor swasta untuk mengembangkan aplikasi berbasis data EOV.

"Jika kita dapat mengatasi tantangan ini, EOV akan membuka peluang besar bagi Indonesia untuk membangun ekonomi biru yang berkelanjutan," papar Johan.

Baca juga: Pakai Kapal Canggih, OceanX Bakal Eksplorasi Lautan Indonesia

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Bappenas Gelar Lomba Menulis, Dorong Perempuan Berani Bersuara
Bappenas Gelar Lomba Menulis, Dorong Perempuan Berani Bersuara
Pemerintah
Gara-gara Sampah, Warga Sekitar Cipeucang Harus Hidup Bergantung Air Galon
Gara-gara Sampah, Warga Sekitar Cipeucang Harus Hidup Bergantung Air Galon
LSM/Figur
Dulu Krisis, Petani Sumba Timur Kini Panen Enam Ton Bibit Rumput Laut
Dulu Krisis, Petani Sumba Timur Kini Panen Enam Ton Bibit Rumput Laut
Pemerintah
Pemanasan Global Memburuk, Komunikasi Luar Angkasa Terancam
Pemanasan Global Memburuk, Komunikasi Luar Angkasa Terancam
Pemerintah
Hujan Lebat Guyur Jabodetabek, BMKG Minta Masyarakat Waspadai Banjir
Hujan Lebat Guyur Jabodetabek, BMKG Minta Masyarakat Waspadai Banjir
Pemerintah
WWF-Indonesia Dorong Inisiatif Nature-Positive dan Ajak Generasi Muda Melestarikan Alam
WWF-Indonesia Dorong Inisiatif Nature-Positive dan Ajak Generasi Muda Melestarikan Alam
LSM/Figur
Pemerintah Godok Revisi UU Kehutanan, Fokuskan Pengelolaan Hutan
Pemerintah Godok Revisi UU Kehutanan, Fokuskan Pengelolaan Hutan
Pemerintah
Krisis Pendanaan, Sepertiga Program Anti Kekerasan Perempuan Terancam Tutup
Krisis Pendanaan, Sepertiga Program Anti Kekerasan Perempuan Terancam Tutup
Pemerintah
Perusahaan Bahan Bakar Fosil Tambah 2.300 Proyek Baru, Picu Krisis Karbon
Perusahaan Bahan Bakar Fosil Tambah 2.300 Proyek Baru, Picu Krisis Karbon
Pemerintah
Menhut: Tambang Emas Ilegal Akan Ditindak Setegas-tegasnya
Menhut: Tambang Emas Ilegal Akan Ditindak Setegas-tegasnya
Pemerintah
ERIA Sebut ASEAN Butuh Terobosan untuk Dorong Transisi Industri Berkelanjutan
ERIA Sebut ASEAN Butuh Terobosan untuk Dorong Transisi Industri Berkelanjutan
Pemerintah
AS Ekspor Sampah Elektronik, Banjiri Asia Tenggara
AS Ekspor Sampah Elektronik, Banjiri Asia Tenggara
Pemerintah
Diterpa Bencana Iklim, Perempuan Pesisir Tangguh dan Pandai Shifting Pekerjaan
Diterpa Bencana Iklim, Perempuan Pesisir Tangguh dan Pandai Shifting Pekerjaan
LSM/Figur
SIEW 2025: Chandra Asri Siapkan 1 Miliar Dollar AS untuk Investasi di RI dan Singapura
SIEW 2025: Chandra Asri Siapkan 1 Miliar Dollar AS untuk Investasi di RI dan Singapura
Swasta
Polemik Pembakaran Mahkota Cendrawasih, Kemenhut Janji Hormati Budaya Papua
Polemik Pembakaran Mahkota Cendrawasih, Kemenhut Janji Hormati Budaya Papua
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau