Laporan tersebut juga menyebut Sudan Selatan dan Tanzania sebagai negara dengan persentase tanah terbesar yang menuju kekeringan permanen.
Lahan kering yang meluas membuat ekosistem dan penduduk yang tinggal di sana menderita akibat dampak kekeringan yang mengancam jiwa.
Baca juga: BMKG Sebut Kemarau Mulai Landa Nusa Tenggara dan Bali, Lebih Kering dari Biasanya
Sekitar 25 persen populasi dunia atau 2,3 miliar orang diperkirakan tinggal di wilayah yang akan mengalami kekeringan permanen.
Laporan tersebut menyerukan solusi adaptif dan berkelanjutan untuk mengatasi kekeringan dan adaptasinya.
Setidaknya ada lima rekomendasi yang diserukan laporan tersebut untuk mengatasi kekeringan.
Pertama, memperkuat pemantauan kekeringan. Kedua, meningkatkan praktik alih fungsi lahan yang berkelanjutan. Ketiga, berinvestasi di efisiensi penggunaan air.
Keempat, membangun ketahanan terhadap komunitas rentan. Kelima, mengembangkan kerja sama dan kerangka kerja internasional dalam mengatasi kekeringan yang meluas.
Baca juga: Sawah di Tujuh Desa Juwiring Klaten Tak Lagi Kering, Ini Solusinya
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya