Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meta Beralih ke Energi Nuklir untuk Dekarbonisasi Pengembangan AI

Kompas.com, 11 Desember 2024, 21:17 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber ESG Today

KOMPAS.com - Meta, pemilik Facebook, Instagram, dan WhatsApp, mengumumkan rencana untuk meluncurkan permintaan proposal (RFP) bagi pengembang energi nuklir di AS.

Hal itu dilakukan untuk mendapatkan penyedia kapasitas nuklir baru yang memasok peningkatan besar energi guna mendukung pertumbuhan pengembangan kecerdasan buatan (AI) sekaligus mendukung tujuan keberlanjutan Meta.

Dikutip dari ESG Today, Rabu (11/12/2024) Meta mengatakan menargetkan penambahan antara 1 hingga 4 gigawatt (GW) kapasitas pembangkit nuklir baru dengan pengiriman akan dimulai pada awal tahun 2030an.

Dengan peluncuran RFP ini, Meta akan bergabung dengan raksasa teknologi lain dalam upaya beralih ke energi nuklir sebagai solusi untuk mengatasi konsumsi energi karena pertumbuhan pusat data yang digerakkan oleh AI sekaligus mengatasi dampak emisi dari pembangkitan daya yang mendasarinya.

Baca juga: 90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

Sebelumnya, Google, Microsoft dan Amazon masing-masing telah mengumumkan investasi yang berfokus pada nuklir dan perjanjian pembangkitan daya.

Meta sendiri telah menetapkan target untuk mencapai emisi nol bersih di seluruh rantai nilainya pada tahun 2030 serta terus menggunakan 100 persen listrik yang digunakan di pusat data dan kantornya dengan energi terbarukan.

Dalam Laporan Keberlanjutan perusahaan tahun 2024, Meta mengatakan pula bahwa meskipun telah mempertahankan nol bersih dalam operasinya sejak tahun 2020, tujuan rantai nilai nol bersih tahun 2030 akan jauh lebih sulit dicapai karena menghadapi tantangan permintaan energi dan sumber daya karena AI.

Hingga saat ini, Meta telah berfokus pada transaksi penyimpanan tenaga surya, angin, dan baterai untuk mencapai tujuan iklimnya, dengan perusahaan menandatangani lebih dari 12 GW kontrak energi terbarukan, menjadikannya salah satu pembeli korporat energi terbarukan terbesar.

Namun, dalam pengumuman barunya, Meta menyatakan bahwa pembangunan AI akan membutuhkan jaringan listrik untuk berkembang dan merangkul sumber-sumber baru energi yang andal, bersih, dan terbarukan.

Baca juga: Big Tech Beralih ke Energi Nuklir untuk Penuhi Teknologi AI

"Kami percaya bahwa energi nuklir dapat membantu menyediakan daya beban dasar yang kuat untuk mendukung kebutuhan pertumbuhan jaringan listrik yang memberi daya pada pusat data kami (infrastruktur fisik tempat platform Meta beroperasi) serta masyarakat di sekitarnya," tulis Meta dalam sebuah pernyataan.

Sehingga permintaan proposal ini nantinya akan berupaya mengidentifikasi pengembang yang dapat mempercepat ketersediaan generator nuklir baru dan menciptakan skala untuk membantu mengurangi biaya, baik untuk memenuhi kebutuhan energi Meta di masa mendatang maupun untuk memajukan dekarbonisasi industri yang lebih luas.

"Kami berupaya untuk menghadirkan energi bersih dan terbarukan ke jaringan dan terus mencari cara inovatif untuk memungkinkan sumber daya energi bersih tambahan," tulis Meta di pernyataannya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Permintaan Batu Bara Dunia Capai Puncak Tahun Ini, Tapi Melandai 2030
Permintaan Batu Bara Dunia Capai Puncak Tahun Ini, Tapi Melandai 2030
Pemerintah
Pulihkan Ekosistem Sungai, Jagat Satwa Nusantara Lepasliarkan Ikan Kancra di Bogor
Pulihkan Ekosistem Sungai, Jagat Satwa Nusantara Lepasliarkan Ikan Kancra di Bogor
LSM/Figur
Riau dan Kalimantan Tengah, Provinsi dengan Masalah Kebun Sawit Masuk Hutan Paling Rumit
Riau dan Kalimantan Tengah, Provinsi dengan Masalah Kebun Sawit Masuk Hutan Paling Rumit
LSM/Figur
366.955 Hektar Hutan Adat Ditetapkan hingga November 2025
366.955 Hektar Hutan Adat Ditetapkan hingga November 2025
Pemerintah
Suhu Arktik Pecahkan Rekor Terpanas Sepanjang Sejarah, Apa Dampaknya?
Suhu Arktik Pecahkan Rekor Terpanas Sepanjang Sejarah, Apa Dampaknya?
LSM/Figur
Pembelian Produk Ramah Lingkungan Meningkat, tapi Pesan Keberlanjutan Meredup
Pembelian Produk Ramah Lingkungan Meningkat, tapi Pesan Keberlanjutan Meredup
LSM/Figur
Menjaga Napas Terakhir Orangutan Tapanuli dari Ancaman Banjir dan Hilangnya Rimba
Menjaga Napas Terakhir Orangutan Tapanuli dari Ancaman Banjir dan Hilangnya Rimba
LSM/Figur
FWI Soroti Celah Pelanggaran Skema Keterlanjuran Kebun Sawit di Kawasan Hutan
FWI Soroti Celah Pelanggaran Skema Keterlanjuran Kebun Sawit di Kawasan Hutan
LSM/Figur
Menhut Raja Juli Soroti Lemahnya Pengawasan Hutan di Daerah, Anggaran dan Personel Terbatas
Menhut Raja Juli Soroti Lemahnya Pengawasan Hutan di Daerah, Anggaran dan Personel Terbatas
Pemerintah
Menhut Raja Juli Sebut Tak Pernah Beri Izin Pelepasan Kawasan Hutan Setahun Terakhir
Menhut Raja Juli Sebut Tak Pernah Beri Izin Pelepasan Kawasan Hutan Setahun Terakhir
Pemerintah
Krisis Iklim Picu Berbagai Jenis Penyakit, Ancam Kesehatan Global
Krisis Iklim Picu Berbagai Jenis Penyakit, Ancam Kesehatan Global
Pemerintah
Petani Rumput Laut di Indonesia Belum Ramah Lingkungan, Masih Terhalang Biaya
Petani Rumput Laut di Indonesia Belum Ramah Lingkungan, Masih Terhalang Biaya
Pemerintah
Kemenhut Musnahkan 98,8 Hektar Kebun Sawit Ilegal di TN Berbak Sembilang Jambi
Kemenhut Musnahkan 98,8 Hektar Kebun Sawit Ilegal di TN Berbak Sembilang Jambi
Pemerintah
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
LSM/Figur
Waspada Hujan Lebat hingga 22 Desember, BMKG Pantau 3 Siklon Tropis
Waspada Hujan Lebat hingga 22 Desember, BMKG Pantau 3 Siklon Tropis
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau