Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unilever Ajak Ibu-ibu “Nabung” lewat Bank Sampah

Kompas.com, 13 Desember 2024, 11:32 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Ibu-ibu di sejumlah wilayah mulai mengolah limbah mereka sendiri melalui bank sampah. Ini merupakan kerja sama antara PT Unilever Indonesia Tbk yang menggandeng mitra termasuk komunitas untuk memberdayakan kaum ibu.

Head of Sustainability and Corporate Affairs PT Unilever Indonesia Nurdiana Darus mengungkapkan, sekitar 4.000 bank sampah dibangun di 13 provinsi. Dari jumlah itu, 99,9 persen penggeraknya ialah para ibu.

“Kami ajak mereka untuk melihat kenapa penting untuk mendaur ulang, kenapa penting untuk segregasi sampah. Dari situ ibu-ibunya melihat oke benar juga ya kalau misalnya kita mulai membersihkan lingkungan, lebih baik untuk tempat anak bermain,” ujar Nurdiana saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Kamis (12/12/2024).

Baca juga: Rembuk Perempuan Pesisir Dorong Layanan Air Bersih hingga Pengelolaan Sampah

Dari situlah, inisiasi bank sampah sebagai tempat menabung dimulai. Kata Nurdiana, para ibu yang memilah sampah mereka ke bank sampah akan mendapatkan keuntungan dari barang yang dijual.

“Setiap ibu-ibu nasabah bank sampah dapat buku tabungan. Kalau ibunya itu membawa hasil segregasi dia di rumah dia ke bank sampah terus menjual barangnya ke bank sampah, sama si ibu manajemen bank sampah itu akan dicatat,” ungkap dia.

Setelahnya, barang akan ditimbang lalu sampah plastik akan dihargai sesuai beratnya. Tabungan itu, jelas Nurdiana, nantinya dapat ditarik oleh sang nasabah bank sampah.

Dia menyatakan, bank sampah Unilever telah mengumpulkan 36.000 ton plastik pada tahun 2024. Sedangkan pada 2023, totalnya mencapai 56.000 ton.

Unilever juga menyediakan tempat isi ulang atau refill station produk deterjen, sabun cuci piring, dan pewangi pakaian. Program tersebut dimulai sejak 2019 untuk menekan sampah plastik.

“Mereka bisa mengguna ulang botol dari rumah, tetapi harus bersih dan tidak berbau. Bisa membeli produk-produk kesayangan mereka dengan harga yang lebih terjangkau dengan cara berbelanja tanpa kemasan, melalui 1.000 refill station,” kata Nurdiana.

Baca juga: Dunia Diprediksi Tak Mampu Tanggulangi Sampah Plastik dalam 10 Tahun Lagi

Sementara ini, lokasi isi ulang produk Unilever tersedia di Jabodetabek dan Surabaya saja. Namun, ia menyebutkan bahwa nantinya program isi ulang akan diadakan di kawasan Jawa Barat.

Gunakan Bahan Ramah Lingkungan

Nurdiana menjelaskan, upaya lainnya ialah mengurangi takaran kemasan plastik pada produk deodoran. Kendati demikian, dia menjamin bahwa produk tersebut tetap aman untuk digunakan meski kemasannya telah dimodifikasi.

“Kami menginklusikan recycle resin, plastik hasil daur ke beberapa brand kami contoh botolnya Sunlight, kecap Bango juga Molto. Nah ini kami berhasil menyisipkan recycled resin itu ke dalam packagingnya, ada yang sudah sampai 100 persen, ada yang 50 persen,” tutur Nurdiana.

Head of Communication PT Unilever Indonesia Kristy Nelwan memastikan, setiap produk dibuat dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan. Dengan begitu, tidak mengganggu ekosistem.

Baca juga: Kementerian LH Minta Hotel-Restoran Kelola Sampah Makanan Sendiri

“Kalau produknya sih semuanya responsible sourcing. Jadi kami banyak melakukan monitoring, dan memastikan semuanya itu responsible sourcing, responsible production, responsible handling dan bahan-bahannya dari agrikultur sudah terstandarisasi,” papar Kristy.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau