Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laba Korporasi Global Berpotensi Anjlok 7 Persen pada 2035 karena Risiko Iklim

Kompas.com - 14/12/2024, 16:13 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Edie

KOMPAS.com - World Economic Forum (WEF) memperingatkan risiko iklim fisik dan risiko transisi berpotensi memangkas hingga 7 persen laba perusahaan yang tidak siap dengan perubahan iklim pada 2035.

Ini berarti bahwa perusahaan yang gagal membangun ketahanan iklim dan mempersiapkan transisi rendah karbon, akan menghadapi setengah dari kerugian yang mereka alami selama Covid-19.

Dikutip dari Edie, Sabtu (14/12/2024) menurut WEF cuaca ekstrem, termasuk panas ekstrem, akan mengakibatkan kerugian aset tetap sedikitnya 560 miliar dollar AS per tahun hingga 610 miliar dollar AS per tahun dalam satu dekade.

Sektor yang banyak memiliki aset seperti perusahaan energi dan penyedia telekomunikasi akan menjadi yang paling terdampak.

Selain itu, kerugian lebih lanjut akan terjadi akibat dampak cuaca ekstrem terhadap komunitas pekerja, produktivitas karyawan, dan rantai pasokan.

Baca juga:

Tahun 2024 sendiri ditetapkan sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat dengan suhu global rata-rata 1,54 derajat C di atas tingkat pra-industri.

Tahun ini diwarnai oleh peristiwa cuaca ekstrem yang memecahkan rekor, yang menyebabkan kerugian yang diasuransikan lebih dari 135 miliar dollar AS.

Risiko iklim bukan lagi ancaman yang jauh. Risiko itu kini mulai terjadi, mengganggu industri di seluruh dunia,” tulis WEF dalam laporannya.

Dengan demikian investasi dalam ketahanan iklim semakin besar.

Aliansi Pemimpin Iklim CEO yang dibentuk WEF, yang mencakup perwakilan lebih dari 130 perusahaan multinasional, telah menemukan bahwa setiap dolar yang diinvestasikan dalam ketahanan iklim dan/atau dekarbonisasi dapat menghindari kerugian hingga 19 dollar AS.

Investasi dekarbonisasi tersebut sebagian besar menghasilkan biaya yang dapat dihindari dari skema kepatuhan regulasi seperti penetapan harga karbon.

Pada waktunya, biaya ini akan meningkat karena negara-negara meningkatkan regulasi untuk mendukung tujuan emisi jangka panjang mereka.

Lebih lanjut menurut WEF, perusahaan yang paling tidak siap untuk transisi rendah karbon dapat menghabiskan 50 persen dari pendapatan mereka untuk pajak karbon pada tahun 2030.

Laporan tersebut juga menyimpulkan bahwa investasi sebesar 3 persen dari PDB global dapat menahan kenaikan suhu global di bawah 2 derajat C dan mendukung upaya adaptasi memadai.

Investasi dapat mencegah pula kerugian sebesar 10 persen hingga 15 persen terhadap PDB global selama abad ini.

Baca juga:

Tindakan Pemimpin Bisnis

Laporan tersebut menekankan bahwa risiko bagi bisnis bukanlah sesuatu yang tak terelakkan.

Laporan juga menguraikan serangkaian tindakan yang dapat diambil oleh para pemimpin bisnis untuk meningkatkan manajemen risiko iklim sekaligus memanfaatkan peluang di pasar yang tumbuh cepat untuk barang dan jasa rendah karbon.

"Dengan menangani risiko dan peluang terkait iklim secara holistik dan sistematis, bisnis dapat membangun operasi yang lebih kuat dan lebih berkelanjutan, menjaga dan memulihkan ekosistem, serta membina ketahanan ekonomi dan sosial jangka panjang di dunia yang semakin kompleks dan tidak pasti,” kata direktur pelaksana WEF, Gim Huay Neo.

Untuk itu laporan merekomendasikan agar bisnis melakukan penilaian risiko iklim yang komprehensif, mengukur risiko fisik dan transisi di seluruh operasi dan rantai nilai mereka.

Dari situ bisnis akan memiliki gagasan yang lebih baik tentang cara berinvestasi secara strategis dalam adaptasi dan ketahanan serta menyelaraskan alokasi modal dengan target iklim secara bermakna.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau