Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mokh Sobirin M.Si
Peneliti IISM

Researcher Indonesian Initiative for Sutainable Mining

Mengawal Peran Strategis Mineral Kritis dalam Transisi Energi

Kompas.com, 14 Desember 2024, 08:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pengelolaan kekayaan mineral Indonesia telah menjadi agenda strategis sejak berdirinya negara ini.

Tiap rezim pemerintahan menciptakan kebijakan berbeda untuk memanfaatkan sumber daya nasional. Selama beberapa dekade, batubara menjadi primadona, memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan negara.

Namun, seperti halnya semua sumber daya yang tidak terbarukan, masa kejayaan batu bara juga mendekati akhirnya, seiring dengan peralihan menuju energi baru terbarukan (EBT).

Batu bara telah memainkan peran penting sebagai pilar energi modern, menyumbang sekitar 60 persen dari pembangkit listrik Indonesia pada tahun 2023. Namun, target pemerintah untuk mencapai net-zero emissions (NZE) pada 2060 atau lebih awal telah mendorong upaya transisi ke EBT.

Baca juga: RI Bisa Tiru Cara Inggris untuk Percepat Transisi Energi

Saat ini, Indonesia menargetkan peningkatan bauran energi terbarukan hingga 23% pada 2025. Perubahan ini memicu kebutuhan akan mineral kritis yang diperlukan untuk mendukung teknologi energi bersih.

Menurut Kementerian ESDM, ada 47 komoditas yang dikategorikan sebagai mineral kritis di Indonesia, termasuk nikel, kobalt, tembaga, dan bauksit. Mineral-mineral ini digunakan dalam teknologi seperti baterai kendaraan listrik, panel surya, dan turbin angin.

Misalnya, nikel adalah bahan utama untuk baterai kendaraan listrik, dan Indonesia memiliki 23,7 persen cadangan nikel dunia, menjadikannya produsen nikel terbesar di dunia (USGS, 2023).

Tingginya nilai ekonomi mineral kritis menarik perhatian kelompok kejahatan terorganisir. Laporan UNODC 2023 menunjukkan bahwa sektor pertambangan ilegal bernilai hingga 48 miliar dollar AS per tahun secara global, dengan sebagian besar terkait perdagangan mineral kritis.

Di Indonesia, praktik penambangan ilegal masih marak. Data dari Kementerian ESDM menunjukkan bahwa lebih dari 2.741 titik tambang ilegal tercatat antara 2018-2023, dan sebagian besar melibatkan mineral kritis dan strategis seperti nikel,bauksit, dan emas.

Mengatasi Eksploitasi Ilegal Mineral Kritis di ASEAN

UN ICRI (United Nations Interregional Crime and Justice Research Institute) menyadari kompleksitas tantangan dalam pengelolaan mineral kritis, terutama terkait eksploitasi ilegal yang kian meningkat.

Dalam workshop bertema “Combatting Illegal Mining and Illicit Trafficking related to Critical Minerals” yang diadakan di Phnom Penh, Kamboja, pada awal Desember 2024, delegasi dari delapan negara ASEAN berkumpul untuk membahas langkah-langkah konkret dalam mengatasi masalah ini.

Baca juga: PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

Salah satu isu utama yang mengemuka adalah perbedaan definisi mineral kritis di antara negara-negara. Setiap negara memiliki daftar prioritas yang berbeda, mencerminkan kebutuhan nasional masing-masing.

Di Indonesia, misalnya, nikel dipandang sangat strategis karena perannya dalam produksi baterai kendaraan listrik. Sementara itu, negara lain mungkin lebih fokus pada tembaga, bauksit, pasir silika, atau mineral lainnya.

Perbedaan ini sering kali menjadi penghambat kerja sama lintas negara dalam penegakan hukum, terutama dalam menghadapi kejahatan yang melibatkan rantai pasok internasional.

Untuk mengatasi hambatan ini, workshop merekomendasikan penyusunan kerangka kerja regional yang dapat menyelaraskan definisi mineral kritis di ASEAN, atau setidaknya menyepakati daftar mineral kritis yang menjadi prioritas tindakan bersama.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IBF dan AKCI Resmi Jalin Kolaborasi Perdana untuk Pelestarian Ekosistem di Lombok
IBF dan AKCI Resmi Jalin Kolaborasi Perdana untuk Pelestarian Ekosistem di Lombok
LSM/Figur
RSPO Belum Terima Laporan Dugaan Anggota Sebabkan Banjir Sumatera
RSPO Belum Terima Laporan Dugaan Anggota Sebabkan Banjir Sumatera
Swasta
KLH Telusuri Sumber Gelondongan Kayu yang Terbawa Banjir Sumatera
KLH Telusuri Sumber Gelondongan Kayu yang Terbawa Banjir Sumatera
Pemerintah
AI Jadi Ancaman Jutaan Pekerjaan di Asia, Ini Peringatan PBB
AI Jadi Ancaman Jutaan Pekerjaan di Asia, Ini Peringatan PBB
Pemerintah
Asia Pasifik Diprediksi Makin Panas, Ancaman untuk Kesehatan dan Infrastruktur
Asia Pasifik Diprediksi Makin Panas, Ancaman untuk Kesehatan dan Infrastruktur
Pemerintah
Mikroplastik Cemari Pakan Ternak, Bisa Masuk ke Produk Susu dan Daging
Mikroplastik Cemari Pakan Ternak, Bisa Masuk ke Produk Susu dan Daging
LSM/Figur
Krisis Iklim Perparah Bencana di Asia Tenggara, Ketergantungan Energi Fosil Harus Dihentikan
Krisis Iklim Perparah Bencana di Asia Tenggara, Ketergantungan Energi Fosil Harus Dihentikan
LSM/Figur
Ada Perusahaan Sawit Diduga Beroperasi di Area Hutan dan Tak Lolos Verifikasi, Sertifikasi Dipertanyakan
Ada Perusahaan Sawit Diduga Beroperasi di Area Hutan dan Tak Lolos Verifikasi, Sertifikasi Dipertanyakan
Swasta
Emisi Kebakaran Hutan Global Jauh Lebih Tinggi dari Prediksi
Emisi Kebakaran Hutan Global Jauh Lebih Tinggi dari Prediksi
LSM/Figur
Indonesia Berpotensi Manfaatkan Panas Bumi Generasi Terbaru, Bisa Penuhi 90 Persen Kebutuhan Industri
Indonesia Berpotensi Manfaatkan Panas Bumi Generasi Terbaru, Bisa Penuhi 90 Persen Kebutuhan Industri
LSM/Figur
Banjir Ancam Kota Pesisir di Dunia, Risikonya Terus Meningkat
Banjir Ancam Kota Pesisir di Dunia, Risikonya Terus Meningkat
Pemerintah
Lubang Ozon di Antartika Menyusut, Tanda Bumi Mulai Pulih?
Lubang Ozon di Antartika Menyusut, Tanda Bumi Mulai Pulih?
Pemerintah
Tanah, Tangan, dan Tutur: Model Komunikasi Budaya Lokal Melawan Komodifikasi
Tanah, Tangan, dan Tutur: Model Komunikasi Budaya Lokal Melawan Komodifikasi
LSM/Figur
Penelitian Ungkap Kaitan Terumbu Karang dan Kenaikan Suhu Bumi
Penelitian Ungkap Kaitan Terumbu Karang dan Kenaikan Suhu Bumi
Swasta
Ekoteologi Didorong jadi Gerakan Pendidikan Nasional
Ekoteologi Didorong jadi Gerakan Pendidikan Nasional
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau