KOMPAS.com - Peningkatan kualitas bahan bakar minyak (BBM) Indonesia ke standar Euro IV bisa meningkatkan biaya produksi.
Analis Kebijakan Lingkungan IESR Ilham RF Surya menyebutkan, penerapan Euro IV akan menaikkan biaya produksi BBM sekitar Rp 200 sampai Rp 500 per liter.
Oleh karena itu, pemerintah perlu mempersiapkan ruang fiskal untuk mengantisipasi dampak ekonomi dari penerapan peta jalan Euro IV tersebut.
Baca juga: Peningkatan Kualitas BBM ke Euro IV Bikin Masyarakat Lebih Sehat
Selain itu, pemerintah juga perlu menyiapkan skema pembiayaan peningkatan biaya produksi BBM dengan berbagai skenario.
Contohnya seperti tambahan biaya jika ditanggung oleh pemerintah, dibebankan kepada konsumen, atau dengan membatasi akses BBM bersubsidi bagi kelompok masyarakat tertentu.
Meski demikian, penerapan BBM standar Euro IV memiliki implikasi yang baik untuk mengatasi polusi dan meningkatkan kesehatan warga.
Berdasarkan studi IESR bersama Research Center for Climate Change Universitas Indonesia (RCCC UI), Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), dan Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, penerapan BBM Euro IV mulai 2025 hingga 2030 dapat mengurangi polusi udara di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Baca juga: Peningkatan Kualitas BBM Perlu Jadi Perhatian Pemerintahan Prabowo-Gibran
Pengurangan tersebut termasuk menurunkan polutan particulate matter (PM) 2,5 hingga 96 persen serta gas-gas oksida sulfur dan nitrogen oksida hingga 82-98 persen.
Data BPJS menunjukkan, klaim pengobatan terkait polusi udara di Jakarta hampir mencapai Rp 1,2 triliun pada 2023.
"Kajian ini secara khusus menilai dampak peningkatan kualitas udara terhadap tiga penyakit dari 12 daftar penyakit akibat polusi di Jakarta yaitu pneumonia, jantung iskemik, dan PPOK (penyakit paru obstruktif kronis)," kata Ilham, dikutip dari siaran pers, Selasa (17/12/2024).
Apabila Euro IV ditetapkan, klaim BPJS untuk pengobatan ketiga penyakit tersebut pada 2030 diperkirakan turun hingga Rp 550 miliar.
"Dengan rincian pneumonia sebesar Rp 246 miliar, jantung iskemik sebesar Rp 268 miliar, dan PPOK Rp 36 miliar," jelas Ilham.
Baca juga: BMKG: BBM Kualitas Rendah Jadi Penyebab Utama Buruknya Kualitas Udara
Kajian ini mendorong pemerintah untuk menerapkan Euro IV dengan memastikan ketersediaan BBM EURO IV sesuai peta jalan serta kesiapan kilang domestik untuk menyediakannya.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengungkapkan, polusi udara di Jakarta telah menambah beban biaya kesehatan terkait polusi seperti pneumonia, PPOK, dan penyakit jantung iskemik.
"Indonesia perlu segera menerapkan Euro IV dengan didukung kebijakan yang terintegrasi, disertai dengan pengawasan dan penegakan aturan yang ketat," kata Fabby, dikutip dari keterangan tertulis.
Dia menambahkan, untuk menerapkan Euro IV, pemerintah juga perlu memastikan kesiapan kilang domestik.
"Meski membutuhkan investasi signifikan, kolaborasi pemerintah dan swasta dalam teknologi serta infrastruktur kilang akan membawa manfaat yang jauh lebih besar bagi lingkungan, kesehatan, dan ekonomi," ungkap Fabby.
Baca juga: Kualitas BBM di Indonesia Tertinggal Dibandingkan Negara Asia Tenggara
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya