JAKARTA, KOMPAS.com – Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan.
Kuatnya peran guru didefinisikan secara gamblang oleh tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara.
Ungkapan itu semakin menegaskan bahwa guru merupakan aktor utama dalam sistem pendidikan. Sebagai ujung tombak pembelajaran, mereka berperan penting dalam membentuk generasi muda yang berkualitas.
Namun, tantangan dalam pemenuhan kebutuhan guru profesional serta peningkatan kualitas mereka masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi Indonesia.
Laporan UNESCO berjudul "Sub-regional policy review on teachers, teaching and the teaching profession to accelerate achieving SDG4 in Southeast Asian countries" yang diterbitkan pada 2022, menyoroti bahwa Indonesia membutuhkan jumlah guru berkualitas yang cukup banyak.
“Kemudian, perlu ada pengembangan atau training yang memastikan guru juga bisa mendapatkan pengembangan profesi guru berkelanjutan,” ujar Associate Project Officer UNESCO Indonesia Cresti Eka Fitriana.
Hasil temuan tersebut ia paparkan dalam sesi diskusi bertajuk “Pemenuhan dan Peningkatan Kualitas Guru Profesional: Ujung Tombak Pendidikan Indonesia” pada gelaran Forum Diskusi Pendidikan Dasar (Fokus) 2024 yang diinisiasi oleh Tanoto Foundation di Nine Ballroom UOB Plaza, Jakarta, Kamis (19/12/2024).
Menurut Cresti, Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang menanggapi tantangan itu secara serius.
“Program sertifikasi Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjadi salah satu upaya strategis,” ucapnya.
Sertifikasi PPG merupakan langkah nyata pemerintah guna memenuhi standar kompetensi profesional yang mencakup penguasaan materi, metode pengajaran, dan penggunaan teknologi dalam pembelajaran.
Pada kesempatan sama, Widyaprada Ahli Madya Direktorat PPG Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Martono menjelaskan bahwa sertifikasi PPG merupakan bentuk transformasi pendidikan yang dilakukan Indonesia.
Baca juga: Pentingnya Kemampuan Literasi dan Numerasi bagi Siswa, Bukan Sekadar Bisa Baca atau Berhitung
Transformasi tersebut bertujuan untuk menciptakan guru profesional guna meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan guru, menciptakan keseimbangan supply dan demand guru, serta mendorong pembelajaran yang berpusat pada siswa.
“Transformasi karier guru sejalan dengan Visi Guru Indonesia, yaitu mampu melahirkan manusia yang hebat,” ucap Martono.
Transformasi tersebut, lanjutnya, diterapkan dalam PPG Calon Guru dan PPG Guru Tertentu (Guru dalam Jabatan).
Adapun transformasi PPG Calon Guru dilakukan dalam empat aspek. Pertama, seleksi yang kini berfokus pada motivasi, substansi bidang studi, dan berbasis kebutuhan guru. Kedua, kurikulum yang berfokus pada pembelajaran berbasis praktik.
“Ketiga, beasiswa. Jadi, sejak 2022, mahasiswa yang mengikuti PPG menerima beasiswa selama satu tahun,” tutur Martono.
Keempat, pola karier yang berfokus pada sistem penempatan guru berbasis kebutuhan.
Sementara itu, transformasi PPG bagi Guru Tertentu (Guru dalam Jabatan) juga berfokus pada empat hal.
“Kami menekankan pada percepatan dengan komitmen untuk menuntaskan sertifikasi 1,6 juta guru dalam waktu kurang dari tiga tahun,” tambahnya.
Kemudian, seleksi hanya dilakukan dengan verifikasi administrasi, pembelajaran mandiri yang dilakukan secara daring melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM), serta uji kompetensi yang diselaraskan dengan materi pendidikan PPG dan pengalaman mengajar.
Guna mendukung transformasi pendidikan lewat peningkatan kualitas guru, pemerintah menunjuk 131 perguruan tinggi sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) PPG. Salah satunya adalah Universitas Sebelas Maret (UNS).
“Kami siap menyukseskan sertifikasi guru. Pada 2025, LPTK PPG UNS ditargetkan akan melakukan sertifikasi bagi 700.000 guru,” cerita Wakil Ketua Penjaminan Mutu PPG, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Fajar Danur Isnantyo.
Baca juga: Tanoto Foundation Wujudkan Kolaborasi Multipihak untuk Pendidikan Berkualitas
Fajar menilai bahwa PPG merupakan satu-satunya pendidikan profesi yang lulusannya amat dinanti karena banyaknya guru yang belum tersertifikasi.
Meski demikian, dia berharap agar PPG dapat bertransformasi menjadi pengembangan profesional yang berkelanjutan.
“Ke depan, pelatihan ini dapat menambahkan kompetensi yang lebih relevan dengan perkembangan pendidikan saat ini. Misalnya, dengan memasukkan kompetensi bahasa Inggris, digitalisasi, dan artificial intelligence (AI),” ucapnya.
Transformasi pendidikan lewat PPG juga terus didorong peran serta kehadiran Balai Guru Penggerak (BGP).
Sesuai amanat Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 14 Tahun 2022, BGP bertugas melaksanakan pengembangan serta pemberdayaan guru, pendidik lainnya, tenaga kependidikan, calon kepala sekolah, kepala sekolah, calon pengawas sekolah, dan pengawas sekolah.
“BGP bertujuan untuk memperluas akses untuk memberikan hak kepada tenaga pendidik ataupun tenaga kependidikan mendapatkan peningkatan dan pemberdayaan, khususnya peningkatan kompetensi guru-guru,” ujar Kepala BGP Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Wiwik Setiawati
Dia merinci, saat ini, Provinsi Kaltim memiliki 34.615 guru di sekolah negeri dan 13.334 guru di sekolah swasta. Dari jumlah guru tersebut, baru 56 persen di antaranya yang telah tersertifikasi PPG.
Guna mendorong program PPG, BGP Provinsi Kaltim menjalankan sejumlah strategi. Pertama, mengoptimalisasi konsorsium pemerintah daerah. Hal ini dilakukan guna mendorong pemenuhan data kebutuhan guru yang akurat serta pemenuhan guru profesional melalui PPG Calon Guru dan PPG Guru Tertentu.
Kedua, mendampingi pertemuan lintas organisasi perangkat daerah (OPD) untuk menyusun prioritas penyelesaian masalah berbasis kebutuhan dan sumber daya tersedia.
Ketiga, kolaborasi dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan KPD serta advokasi pemerintah daerah.
“Langkah strategis itu berjalan lancar dengan pendampingan dan kolaborasi dari Tanoto Foundation,” ucap Wiwik.
Tak dapat dimungkiri, transformasi pendidikan demi pemenuhan dan peningkatan kualitas guru profesional dapat berjalan optimal lewat kolaborasi dengan sejumlah pemangku kepentingan.
Baca juga: Gelar Fokus 2024, Tanoto Foundation Perkuat Komitmen Pemerataan Akses Pendidikan
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengatakan bahwa kolaborasi, khususnya yang dilakukan bersama Tanoto Foundation, dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia demi membantu mencapai visi Indonesia Emas 2045.
“Tanoto Foundation selama ini sudah menjadi mitra kami dalam upaya memajukan pendidikan di Indonesia. Bahkan, mereka mungkin menjadi salah satu the leading organization yang banyak berkomitmen dalam bidang pendidikan. Mudah-mudahan, mereka terus menjadi mitra strategis kami di masa-masa yang akan datang,” terang Abdul.
Country Head Tanoto Foundation Inge Kusuma menilai bahwa konsep kerja sama pentaheliks yang melibatkan pemerintah, akademisi, sektor swasta, seperti filantropi dan mitra pembangunan, serta media, memegang peranan penting dalam menciptakan pendekatan yang komprehensif untuk memajukan pendidikan di Indonesia.
Setiap pihak, tambah Inge, memiliki pengetahuan dan kompetensi unik sehingga dapat saling melengkapi. Melalui kolaborasi, Inge optimistis bahwa keberlanjutan inisiatif dapat lebih terjamin.
“Kita harus bergerak bersama untuk menciptakan lingkungan belajar yang sehat, baik di sekolah maupun di rumah. Kami di Tanoto Foundation berkomitmen untuk mendukung penuh program-program yang sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045,” kata Inge.
Sebagai informasi, Fokus 2024 mengulas capaian dan pembelajaran dari berbagai inisiatif pendidikan dasar yang telah dilaksanakan sepanjang 2024.
Forum tersebut berpusat pada pengembangan kualitas sekolah, peningkatan kemampuan guru dan kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran, serta penguatan partisipasi orangtua dalam proses belajar.
Selain itu, Fokus 2024 juga membahas penguatan perencanaan program pendidikan, pengembangan kebijakan, optimalisasi anggaran, dan contoh keberhasilan penyebaran praktik baik.
Semua pembahasan tersebut diharapkan dapat memberikan masukan strategis dan langkah konkret dalam menciptakan pendidikan berkualitas yang merata di seluruh Indonesia, termasuk lewat pemenuhan dan peningkatan kualitas guru profesional.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya