“Kami punya komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan. Sebelumnya, kami telah menanam mangrove di utara Kota Semarang. Tanaman ini dapat memperlambat abrasi yang telah terjadi cukup lama," jelasnya.
Baca juga: Punya Peran Vital, PGN Tanam Ribuan Mangrove di Mangkang Wetan Semarang
Menurut Krisdyan, pembagian bibit tanaman produktif, seperti rambutan, durian, mangga, salam, dan jeruk, memiliki manfaat yang lebih dari sekadar penghijauan. Tanaman tersebut tak hanya sekadar ditanam semata, tetapi juga dapat memberikan manfaat ekonomi.
Ia berharap, urban farming di Kampung Nglarang dapat menjadi contoh untuk wilayah lain di Semarang, terutama di kawasan perkotaan yang masih memiliki persoalan lingkungan.
“Tanaman ini diharapkan dapat mengurangi polusi dan menjaga debit air,” tuturnya.
Editor in Chief National Geographic Indonesia Didi Kaspi Kasim bahkan mengusulkan agar Desa Nglarang dapat dijadikan "kampung wisata bibit" atau "kampung edukasi urban farming.”
“Dengan branding ini, kampung dapat menarik wisatawan untuk melakukan kegiatan ekowisata dan eduwisata, sekaligus menginspirasi daerah lain untuk mengadopsi praktik serupa,” ujar Didi.
Mewakili pemerintah setempat, Very pun menyambut positif kolaborasi tersebut. Menurutnya, kegiatan ini sejalan dengan Peraturan Daerah (Perda) RTRW Kota Semarang yang menetapkan Gunungpati sebagai kawasan konservasi.
“Semoga bibit yang ditanam dapat hidup dan memberi berbagai manfaat, termasuk mendukung Perda RTRW, serta meningkatkan resapan air di wilayah Gunungpati,” imbuh Very.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya