Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/12/2024, 17:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Rencana pemerintah untuk membuka 20 juta hektare hutan untuk kebutuhan ketahanan pangan, energi, dan air dinilai bakal menimbulkan merusak hutan itu sendiri.

Sebelumnya, Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni usai rapat terbatas di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (30/12/2024) mengatakan, rencana tersebut akan menjadi rencana besar dari pemerintah.

"Kami sudah mengidentifikasi 20 juta hektare hutan yang bisa dimanfaatkan untuk cadangan pangan, energi, dan air," kata Raja Juli, sebagaimana dilansir Antara.

Baca juga: 20 Juta Hektare Hutan Akan Dibuka untuk Pangan hingga Energi, Hampir 2 Kali Luas Pulau Jawa

Jika diperbandingkan, luas hutan yang akan dibuka tersebut hampir dua kali luas Pulau Jawa yang memiliki luas 128.297 kilometer persegi atau 12,28 juta hektare.

Manajer Kampanye dan Advokasi Forest Watch Indonesia (FWI) Anggi Putra Prayoga mengatakan, merusak hutan untuk untuk proyek pangan, energi, dan air adalah sebuah kekeliruan.

Padahal, kehadiran hutan sangat penting untuk melawan krisis iklim global yang akhirnya akan mengganggu pangan, energi, dan air.

Menurut catatan FWI, dalam dua tahun yakni 2021 sampai 2023, deforestasi di Indonesia telah mencapai 1,9 juta hektare.

Baca juga: Hutan Kota Bisa Jadi Solusi Tekan Emisi, Polusi, dan Depresi

Bila ditarik lebih jauh, analisis FWI menunjukkan, Indonesia kehilangan 23 juta hektare hutan dalam kurun waktu 17 tahun yakni pada 2000-2017.

Di sisi lain, Anggi berujar ekosistem hutan jika dikelola dengan tepat justru bisa menjadi sumber pangan, energi, dan air. 

"Hutan menjadi sumber air dan sumber pangan. (Akan) banyak pangan yang hilang jika hutannya rusak. Serta hutan juga sumber energi karena hutan menghasilkan air (salah satunya)," kata Anggi kepada Kompas.com, Selasa (31/12/2024).

Anggi berujar, selama ini potensi hutan belum dimanfaatkan secara maksimal untuk mencukupi kebutuhan air dan pangan.

Selain itu, belum seluruh hutan di Indonesia telah selesai diteliti. "Belum apa-apa, hutan sudah dirusak," papar Anggi.

Baca juga: 2024 Jadi Tahun Bencana akibat Krisis Iklim, Banjir Bandang hingga Kebakaran Hutan

Bukan lahan kosong

Di satu sisi, rencana pembukaan puluhan juta hektare hutan tersebut dinilai Anggi hanya diputuskan di atas meja, tidak dilihat secara utuh.

Anggi berujar, hutan bukanlah lahan kosong yang serta merta dapat dijadikan apa saja.

"Kawasan hutan yang ditunjuk dan diklaim sebagai kawasan hutan milik negara sesungguhnya sudah atau sedang dikelola manfaatkan oleh masyarakat," tutur Anggi.

Oleh karena itu, rencana untuk membuka hutan tersebut berpotensi memicu konflik hingga tidak akan sesuai ekspektasi.

"Operasional di lapangan tidak akan berjalan mulus sesuai rencana. (Selain itu)  timbul konflik, penolakan, ketidaksesuaian dengan ekspektasi, kesuburan tanah, dan target produksi, karena asal usul lahannya tidak clear," tutur Anggi.

Baca juga: Deforestasi, 1,9 Juta Hektare Hutan Indonesia Rusak Dalam 2 Tahun

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Dukung Dunia Pendidikan, BRI Peduli Salurkan Bantuan Rp 500 Juta kepada SDN di Bogor
Dukung Dunia Pendidikan, BRI Peduli Salurkan Bantuan Rp 500 Juta kepada SDN di Bogor
BUMN
Riset: Tips Jitu Percepat Transisi Energi adalah Kolab dengan China
Riset: Tips Jitu Percepat Transisi Energi adalah Kolab dengan China
LSM/Figur
Lewat Label 'Kota Kotor', KLH Dorong Perbaikan Pengelolaan Sampah
Lewat Label "Kota Kotor", KLH Dorong Perbaikan Pengelolaan Sampah
Pemerintah
Pertamina Port Logistik Gelar Aksi Transplantasi Terumbu Karang dan Pembersihan Sampah di Kepulauan Seribu
Pertamina Port Logistik Gelar Aksi Transplantasi Terumbu Karang dan Pembersihan Sampah di Kepulauan Seribu
BUMN
Bank Lokal Ternyata Lebih Tangguh dan Bermanfaat dalam Krisis Iklim
Bank Lokal Ternyata Lebih Tangguh dan Bermanfaat dalam Krisis Iklim
Swasta
Konsep Baru Adipura: Yang Gagal Kelola Sampah Bakal Dapat Predikat Kota Kotor
Konsep Baru Adipura: Yang Gagal Kelola Sampah Bakal Dapat Predikat Kota Kotor
Pemerintah
Transparansi ESG Jadi Sorotan Baru Dunia Usaha, Bagaimana di Tanah Air?
Transparansi ESG Jadi Sorotan Baru Dunia Usaha, Bagaimana di Tanah Air?
Swasta
Pantau Konsumsi Energi AI, IEA Resmikan Observatorium Khusus
Pantau Konsumsi Energi AI, IEA Resmikan Observatorium Khusus
Pemerintah
KKP Minta Komdigi 'Take Down' Situs Jual Beli Pulau Indonesia
KKP Minta Komdigi "Take Down" Situs Jual Beli Pulau Indonesia
Pemerintah
Dorong Logistik Berkelanjutan, KAI Logistik Tanam 500 Mangrove
Dorong Logistik Berkelanjutan, KAI Logistik Tanam 500 Mangrove
BUMN
KKP Bantah Isu 4 Pulau di Anambas Dijual di Situs Internasional
KKP Bantah Isu 4 Pulau di Anambas Dijual di Situs Internasional
Pemerintah
Studi Baru Sebut Larangan Kantong Plastik Ampuh Kurangi Penggunaan
Studi Baru Sebut Larangan Kantong Plastik Ampuh Kurangi Penggunaan
LSM/Figur
Kompleksitas Sawit di Tesso Nilo adalah Buah Ketidaktegasan Pemerintah
Kompleksitas Sawit di Tesso Nilo adalah Buah Ketidaktegasan Pemerintah
Pemerintah
Komisi Eropa Berencana Batalkan Penyusunan Regulasi Anti-Greenwashing
Komisi Eropa Berencana Batalkan Penyusunan Regulasi Anti-Greenwashing
Pemerintah
Lawan Krisis Iklim, BRIN Genjot Pemuliaan Tanaman Buah Pakai Speed Breeding
Lawan Krisis Iklim, BRIN Genjot Pemuliaan Tanaman Buah Pakai Speed Breeding
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau