Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 4 Januari 2025, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Sejak zaman dahulu, masyarakat Indonesia telah memanfaatkan bambu untuk berbagai kebutuhan.

Mulai dari kerajinan tangan, furnitur, hingga material bangunan, masyarakat Indonesia sangat familiar dengan pemanfaatan bambu.

Di samping itu aneka manfaat dan kelekatannya dengan masyarakat Indonesia, bambu juga menjadi sebuah kearifan lokal.

Kini, saat dunia menghadapi krisis iklim, pemanfaatan bambu menjadi dinilai menjadi salah satu solusi untuk mengatasi pemanasan global.

Baca juga: 85 Persen Eksekutif Berkomitmen Laporkan Pengungkapan Iklim

Menyerap emisi

Saat bambu tumbuh, tanaman tersebut dapat dengan cepat membantu menyerap banyak karbon dioksida dari atmosfer, sebagaimana dilansir Yale Climate Connections.

Bambu dapat tumbuh dengan baik di berbagai lingkungan dan di tanah yang terdegradasi. Bambu juga bisa ditanam di area yang mungkin sulit untuk jenis-jenis tanaman tertentu.

Oleh sebab itu, penanaman bambu dapat membantu upaya penghijauan untuk menyerap karbon dari atmosfer.

Menurut Project Drawdown, sebuah kelompok penelitian iklim, bambu dapat ditanam di ratusan juta hektare lahan terdegradasi di seluruh dunia untuk membantu memperlambat laju perubahan iklim.

Dilansir dari Sustainability Times, menurut penelitian bambu dapat menghasilkan 27,38 juta ton oksigen per tahun di India, terutama karena pertumbuhannya yang cepat.

Baca juga: Karena Perubahan Iklim, Rekor Suhu Panas Kemungkinan Besar Berlanjut 2025

Menjaga lingkungan

Di sisi lain, akar serabut bambu mampu menjaga ekosistem air dan menyimpan pasokan air yang melimpah untuk lingkungan sekitarnya, sebagaimana dilansir Indonesia.go.id.

Bambu menjadi benteng alam pencegah erosi karena kekuatan akar serabutnya mencengkeram kuat ke tanah.

Rumpun-rumpun bambu yang membentuk hutan kecil ternyata juga sanggup menurunkan suhu udara di sekitarnya dan membuatnya lebih sejuk.

Bambu termasuk keluarga rumput raksasa dan dikelompokkan sebagai hasil hutan bukan kayu.

Tanaman ini tersebar merata di wilayah beriklim tropis dan subtropis di seluruh dunia, khususnya di benua Asia, Afrika, dan Amerika.

Baca juga: Berita Iklim Penting dan Mengejutkan pada 2024

Pemanfaatan bambu

Selain menyerap karbon, bambu juga bisa dimanfaatkan untuk berbagai produk pengganti kayu atau material lainnya.

Sejak tahun 1990, eksploitasi hutan dunia telah mengakibatkan hilangnya 178 juta hektar rimba, sebagaimana dikutip dari Sustainability Times.

Bambu dapat menggantikan pemanfaatan kayu dan sumber daya hutan lainnya secara besar-besaran untuk berbagai keperluan.

Selain itu, bambu juga ideal untuk keperluan lain, seperti pembuatan peralatan dapur atau kotak yang alami dan dapat terurai secara hayati.

Bambu juga bisa diandalkan untuk material konstruksi. Bambu disebut enam kali lebih kuat dari baja. Di samping itu, konsumsi energi baja hampir 50 kali lebih besar dari bambu.

Konstruksi berkelanjutan dengan bahan bambu dapat memungkinkan masyarakat miskin untuk meningkatkan infrastruktur mereka dan membangun rumah yang lebih kuat dan tahan iklim.

Baca juga: Bencana Iklim 2024 Sebabkan 2.000 Tewas, Kerugian 229 Miliar Dolar AS

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau