KOMPAS.com - Sebuah studi baru dari University of California, Davis dan Stanford University di California menemukan material konstruksi seperti beton dan plastik berpotensi untuk menyimpan miliaran ton karbon dioksida.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa memanfaatkan gedung-gedung untuk menyimpan CO2 dapat membantu dunia mencapai tujuan mengurangi emisi gas rumah kaca.
"Potensinya cukup besar," kata Elisabeth Van Roijen, yang memimpin studi tersebut, seperti dikutip dari laman resmi University of California, Davis, Selasa (14/1/2025).
Tujuan dari penyerapan karbon adalah untuk mengambil karbon dioksida, baik dari tempat produksinya maupun dari atmosfer lalu mengubahnya menjadi bentuk yang stabil dan menyimpannya jauh dari atmosfer sehingga tidak dapat berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Baca juga:
Selama ini berbagai cara telah diupayakan misalnya menyuntikkan karbon di bawah tanah atau menyimpannya di laut dalam. Akan tetapi pendekatan itu menimbulkan tantangan praktis dan risiko lingkungan.
Hal tersebut membuat peneliti pun bertanya-tanya metode yang tepat serta tidak menimbulkan dampak lingkungan untuk penyimpanan karbon.
Pertanyaan itu kemudian melahirkan pemikiran bagaimana jika kita dapat memanfaatkan material yang telah kita produksi dalam jumlah besar untuk menyimpan karbon? Dalam hal ini adalah bahan bangunan.
Peneliti pun kemudian menghitung potensi untuk menyimpan karbon dalam berbagai bahan bangunan umum termasuk beton, aspal, plastik, kayu, dan batu bata.
Hasilnya, peneliti menemukan potensi penyimpanan karbon terbesar terdapat pada beton dengan agregat.
Agregat merupakan material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah dan kerak tungku besi, yang dipakai secara bersama-sama dengan suatu media pengikat.
Beton sendiri sejauh ini merupakan bahan bangunan paling populer. Lebih dari 20 miliar ton diproduksi setiap tahun.
Baca juga:
Sementara plastik berbasis biochar atau biomassa limbah dapat menyerap jumlah karbon terbesar menurut beratnya.
"Penyimpanan karbon dalam beton bisa sangat bermanfaat," kata Sabbie Miller, profesor madya teknik sipil dan lingkungan di UC Davis.
Tim peneliti menghitung jika 10 persen dari produksi agregat beton dunia dapat dikarbonasi, beton tersebut dapat menyerap satu gigaton CO2.
Teknologi pembuatan material konstruksi penyerap karbon ini sendiri saat ini berada pada berbagai tahap pengembangan, dengan beberapa masih diselidiki pada skala laboratorium atau percontohan dan yang lainnya sudah tersedia untuk diadopsi.
Kendati demikian, peneliti menyebut bahan baku pembuatan bahan bangunan yang mampu menyimpan karbon ini sebagian besar adalah bahan limbah bernilai rendah seperti biomassa.
Dan dengan menerapkan pemakaian bahan bangunan tersebut akan meningkatkan nilainya, menciptakan pembangunan ekonomi dan mempromosikan ekonomi sirkular.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya