JAKARTA, KOMPAS.com - Studi Center of Economic and Law Studies (Celios) berjudul Nexus Ambisi Nilai Tambah dan Tata Kelola Hilirisasi Tembaga Bauksit di Indonesia mengungkap 16 langkah bagi pemerintah untuk memperkuat hilirisasi tembaga dan bauksit.
Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira, mengatakan, usulan itu dimulai dari kebijakan, insentif, hingga kesejahteraan masyarakat lokal.
"Pemerintah harus memastikan bahwa kebijakan hilirisasi tambang konsisten, tidak berubah-ubah, dan memiliki arah jangka panjang," ungkap Bhima dalam keterangan tertulis, Rabu (15/1/2025).
Kedua, memberikan insentif fiskal secara selektif dan terukur kepada investor yang membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian atau smelter di dalam negeri dengan catatan memiliki rencana transisi energi, dan pengolahan limbah yang baik.
Ketiga, pemerintah perlu memberikan sanksi bagi perusahaan yang tidak memenuhi kewajiban membangun smelter sesuai tenggat waktu.
Keempat, membangun infrastruktur energi yang memadai yaitu pembangkit listrik dari energi terbarukan guna mendukung operasi smelter yang membutuhkan energi besar.
Kemudian, memperbaiki jaringan transportasi agar memastikan pengangkutan bahan baku dan produk hilir sampai dengan baik.
Keenam, mewajibkan transfer teknologi dari investor asing ke tenaga kerja maupun perusahaan lokal.
"Selanjutnya, melatih tenaga kerja lokal untuk menguasai teknologi pengolahan tembaga dan bauksit sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja asing. Lalu mendorong perusahaan nasional bekerja sama dengan investor asing untuk membangun smelter berteknologi tinggi yang rendah karbon," ucap Bhima.
Langkah kesembilan yakni mengevaluasi secara berkala proyek hilirisasi untuk memastikan keberlanjutan serta efisiensi operasional.
Sepuluh, memperketat standar lingkungan untuk mengurangi dampak negatif dari aktivitas pengolahan dan pemurnian.
"(Pemerintah perlu) mewajibkan perusahaan tambang merehabilitasi lahan bekas tambang untuk mendukung keberlanjutan lingkungan, dan meningkatkan transparansi dalam perizinan dan pelaporan produksi untuk mencegah korupsi serta eksploitasi berlebihan," jelas dia.
Bhima menyampaikan, langkah ke-13 yang diusulkan dalam laporan ialah memperkuat pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan smelter dan operasional tambang.
Ke-14, pemerintah harus mendorong industri yang menggunakan produk hilir tembaga seperti kabel, komponen elektronik dan bauksit yakni aluminium ataupun bahan konstruksi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.
Selanjutnya, mengintegrasikan proyek hilirisasi dengan pengembangan ekonomi daerah di sekitar lokasi tambang.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya