Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana London Fashion Week Mendorong Fashion Berkelanjutan?

Kompas.com, 18 Januari 2025, 20:40 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mode sering dipandang sebagai industri yang tidak berkelanjutan.

Alasannya, industri itu bertanggung jawab atas sekitar 8 persen emisi gas rumah kaca di seluruh dunia.

Industri tersebut juga merupakan konsumen air terbesar kedua dan menghasilkan hampir 20 persen air limbah.

Setiap tahun, lebih dari 80 persen tekstil dibuang, sering kali berakhir di tempat pembuangan sampah atau insinerator.

Baca juga: 3 Dampak Buruk Fast Fashion terhadap Lingkungan

Melihat permasalahan ini, British Fashion Council (BFC) yang bertanggung jawab atas London Fashion Week (LFW), berinisiatif untuk memperkenalkan persyaratan keberlanjutan merek untuk tahun 2025.

Kolaborasi dengan Copenhagen Fashion Week (CPHFW) ini nantinya akan mempercepat aksi keberlanjutan industri mode di seluruh pasar mode Nordik dan Inggris.

"Persyaratan keberlanjutan ini dibangun berdasarkan Standar Minimum kami dan menegaskan kembali komitmen kami untuk mendorong perubahan positif di seluruh industri mode global," kata Caroline Rush, Kepala Eksekutif di British Fashion Council.

“Bersama-sama, kami menciptakan kerangka kerja yang berkontribusi secara nyata terhadap industri yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab," papar Rush lagi.

Persyaratan Keberlanjutan

Lantas seperti apa persyaratan keberlanjutan yang diadopsi London Fashion Week dan Copenhagen Fashion Week?

Baca juga: Slow Fashion, Gerakan Busana Selamatkan Bumi

Mengutip Sustainability Magazine, Sabtu (18/1/2025), dalam kerangka kerja tersebut, merek diharuskan memiliki strategi keberlanjutan yang disetujui secara resmi, mencakup faktor lingkungan dan sosial, serta pedoman dan struktur yang berlaku untuk menyediakan kesempatan yang setara dan proses perekrutan untuk mempromosikan keberagaman.

Perusahaan mode juga harus setuju untuk tidak menghancurkan pakaian dan sampel yang tidak terjual dari koleksi sebelumnya, melainkan mengikuti proses yang berlaku untuk sisa pakaian dan limbah.

Kriteria desain juga harus memastikan kualitas dan keawetan produk. Selain itu, setidaknya 60 persen dari koleksi harus disertifikasi, terbuat dari bahan pilihan atau kain sisa.

Kriteria lain dalam daftar persyaratan keberlanjutan diantaranya juga meliputi koleksi bebas dari kulit dan bulu hewan liar (eksotik), tidak menggunakan alat peraga sekali pakai.

Persyaratan keberlanjutan ini akan mulai pada tahun ini dan berlaku untuk semua merek pada jadwal pameran dan presentasi resmi.

“Kemitraan ini tidak hanya mendorong penyelarasan industri yang sangat dibutuhkan, tetapi juga menggarisbawahi potensi unik pekan mode dan dewan untuk mendorong perubahan positif dalam industri," tambah Cecilie Thorsmark, CEO Copenhagen Fashion Week.

Baca juga: Perlu Regulasi Khusus Atur Produk Pembiayaan Berkelanjutan Fintech

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Polusi Udara dari Bahan Bakar Fosil Sebabkan 2,52 Juta Kematian
Polusi Udara dari Bahan Bakar Fosil Sebabkan 2,52 Juta Kematian
LSM/Figur
Ini Hitungan Kerugian Ekonomi yang Terjadi di Indonesia akibat Krisis Iklim
Ini Hitungan Kerugian Ekonomi yang Terjadi di Indonesia akibat Krisis Iklim
Pemerintah
Bukan dari Aspirasi Petani, Kebijakan Pertanian Sulit Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
Bukan dari Aspirasi Petani, Kebijakan Pertanian Sulit Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
LSM/Figur
BMKG Perkirakan Hujan Lebat Disertai Petir Bakal Landa Sejumlah Wilayah
BMKG Perkirakan Hujan Lebat Disertai Petir Bakal Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan
Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan
Pemerintah
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Pemerintah
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Pemerintah
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
BUMN
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
LSM/Figur
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Pemerintah
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
LSM/Figur
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di 'Smelter' Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di "Smelter" Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Pemerintah
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Pemerintah
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
BUMN
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau