Pasalnya, lembaga keuangan tersebut terjebak antara kemunduran iklim AS dan tekanan dari Eropa untuk mencapai tujuan iklim lebih cepat di "Benua Biru".
Pendiri Carbon Tracker Initiative Mark Campanale mengatakan, manajer aset yang berbasis di AS dengan klien Eropa harus bermain dua kaki.
Baca juga: Nitrogen Dioksida Terus Naik, Target Perjanjian Paris Bisa Meleset
"Apakah mereka akan mengambil risiko kehilangan klien Eropa untuk membuat politisi AS senang? Saya meragukannya," tutur Campanale.
Di sisi lain, bank-bank AS telah meninggalkan koalisi iklim sektor perbankan menyusul kritik dari Partai Republik.
Namun, keluarnya mereka dari koalisi tidak membebaskan mereka dan perusahaan multinasional lainnya dari keharusan mematuhi aturan Eropa yang ketat untuk pelaporan keberlanjutan.
Mengingat berbagai kebijakan iklim global, perusahaan cenderung akan terus berupaya mengatasi iklim, dan mengadopsi taktik greenhushing alias tidak mempublikasikannya.
"Itu berarti, lakukan, tetapi jangan publikasikan," ujar Campanale.
Baca juga: Apa Itu Perjanjian Paris dan Alasan Trump Tarik AS Keluar?
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya