Deputi Direktur Industri Hijau Kementerian Perindustrian Taufik Achmad mengatakan, smelter nikel akan menunjang transisi energi.
"Namun di dalam proses produksinya kalau tidak melakukan dekarbonisasi ya percuma. Jadi, ada beberapa teknologi yang digunakan untuk meningkatkan recovery dan menekan pencemaran," ucap Taufik.
Baca juga: Di COP16 Kolombia, Masyarakat Sipil Desak Pemerintah RI Batasi Produksi Nikel
Geliat hilirisasi ini, tambah Achmad, masih didominasi sektor energi. Untuk sektor manufaktur dan industri pengolahan nonmigas saat ini masih belum tersentuh.
Critical Minerals Transition Project Lead WRI Indonesia Reza Rahmaditio menuturkan, selain menunjang transisi energi, smelter nikel sebenarnya berpotensi menciptakan green jobs.
Green jobs tersebut tidak hanya untuk smelter itu sendiri. namun, juga menciptakan berbagai lapangan kerja di berbagai industri manufaktur yang berkaitan dengan nikel.
Asalkan, kata Reza, kebutuhan energi yang besar dalam smelter memakai dengan energi baru terbarukan.
"Untuk memenuhi kebutuhan EBT di smelter, diperlukan berbagai manufaktur yang menghasilkan EBT. Misalnya, manufaktur panel surya, turbin angin, dan manufaktur rendah karbon lainnya," papar Reza.
Baca juga: Industri Nikel Nasional Diminta untuk Sukarela Diaudit Tata Kelolanya
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya