KOMPAS.com - Produksi listrik dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) melampaui pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di Eropa sepanjang 2024.
Menurut laporan terbaru dari lembaga think tank Ember, PLTS berkontribusi terhadap 11 persen produksi listrik Uni Eropa. Sedangkan kontribusi PLTU batu bara 10 persen.
Di sisi lain, produksi listrik dari pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) mencapai 16 persen dari bauran produksi listrik Uni Eropa.
Baca juga: Ditarget Beroperasi 2027, PLTS Terapung Danau Singkarak Terbesar di Sumatera
"Ini adalah tonggak sejarah. Batu bara adalah cara tertua untuk menghasilkan listrik, juga yang paling kotor. Energi surya adalah bintang baru," kata Beatrice Petrovich, salah satu penulis laporan tersebut, sebagaimana dilansir The Guardian, Rabu (22/1/2025).
Pembakaran batu bara di sektor ketenagalistrikan Uni Eropa sempat mencapai puncaknya pada 2003 dan telah turun hingga 68 persen sejak saat itu.
Pada saat yang sama, energi terbarukan berkembang pesat. Energi angin dan matahari meningkat hingga 29 persen dari pembangkitan listrik Uni Eropa pada 2024.
Sementara itu, energi hidro dan energi nuklir terus pulih dari posisi terendah pada 2022.
Laporan tersebut mengaitkan peningkatan produksi listrik dari PLTS berkaitan dengan lonjakan pemasangan panel surya baru, meskipun "Benua Biru" mendapatkan lebih sedikit sinar matahari daripada 2023.
Baca juga: PLTS Terapung Danau Singkarak Bakal Perhatikan Aspek Pariwisata
"Merupakan kabar baik bahwa peningkatan pembangunan PLTS sebenarnya menghasilkan pengurangan pembakaran bahan bakar fosil," kata Jenny Chase, analis tenaga surya di BloombergNEF, yang tidak terlibat dalam laporan tersebut.
Laporan tersebut menemukan, pangsa batu bara juga menurun di 16 dari 17 negara yang masih menggunakannya pada 2024.
Energi gas juga terus mengalami penurunan struktural, turun di 14 dari 26 negara yang menggunakan tenaga gas, menurut laporan tersebut.
Temuan tersebut muncul meskipun ada sedikit peningkatan permintaan listrik setelah dua tahun penurunan tajam yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina.
Sebagai tanggapan, UE memperkenalkan rencana untuk menghemat energi, menemukan pemasok bahan bakar fosil baru, dan mempercepat peralihan ke energi bersih.
Baca juga: PLTS dari Start Up Xurya Telah Hasilkan 100 MW Sepanjang 2024
Gregory Nemet, seorang peneliti energi di University of Wisconsin-Madison, menuturkan kebijakan dan pasar di Eropa memungkinkan energi terbarukan untuk menekan pangsa batu bara dan gas alam.
"Eropa memanfaatkan sepenuhnya manfaat keterjangkauan, keamanan, dan udara bersih yang disediakan oleh energi terbarukan," ujar Nemet.
Laporan tersebut juga menemukan bahwa Uni Eropa berada di jalur yang tepat untuk memenuhi target kapasitas PLTS terpasang 400 GW pada 2025.
Saat ini, kapasitas PLTS yang terpasang di Uni Eropa mencapai 338 GW pada 2024, menurut laporan tersebut.
Jika pertumbuhan tahunan diteruskan, kapasitas terpasang PLTS di Uni Eropa bisa mencapai 750 GW pada 2030.
Baca juga: Dukung Sustainability, Pertamina Patra Pasang PLTS hingga Olah Minyak Jelantah
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya