Oleh karenanya, mereka mendesak urgensi pengurangan pembakaran bahan bakar fosil secara segera untuk menekan emisi gas rumah kaca (GRK), penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim.
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, suhu lautan pada 2024 memecahkan rekor tertinggi.
Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Advances in Atmospheric Sciences, dari tahun 2023 hingga 2024, peningkatan panas lautan global di kedalaman lebih dari 2000 meter adalah 1021 Joule.
Baca juga: Pemerintah Tegaskan Bangun Tanggul Laut 700 Km, dari Banten sampai Jawa Timur
Jumlah itu setara dengan 140 kali lipat panas yang dihasilkan total pembangkit listrik dunia pada tahun 2023.
Lautan merupakan bagian penting dari iklim Bumi karena sebagian besar kelebihan panas dari pemanasan global tersimpan di lautan yakni 90 persen. Selain itu, lautan menutupi 70 persen permukaan Bumi.
Oleh karena itu, lautan menentukan pola cuaca planet dengan mentransfer panas dan kelembapan ke atmosfer.
Lautan juga mengendalikan seberapa cepat perubahan iklim terjadi.
"Untuk mengetahui apa yang terjadi pada iklim, jawabannya ada di lautan," kata Profesor John Abraham dari Universitas St Thomas, Minnesota, AS, salah satu penulis penelitian tersebut.
Baca juga: Pagar Laut: Akuisi Perairan yang Rugikan Nelayan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya