Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

HPSN 2025, Kompas.com Gelar Diskusi Pengelolaan Sampah Plastik

Kompas.com - 21/02/2025, 17:36 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025, Kompas.com menggelar diskusi bersama ahli dan pegiat lingkungan bertajuk "Mitos Vs Fakta: Benarkah Semua Plastik adalah Sampah?" pada Jumat (21/2/2025).

Pemimpin Redaksi Kompas.com, Amir Sodikin, mengungkapkan bahwa acara tersebut digelar lantaran pihaknya berfokus pada isu pelestarian lingkungan.

"Karena kami punya concern di isu lestari, sustainability, kami gelar acara ini dengan mengundang beberapa pihak yang concern, plus narasumber yang memang kompeten di bidang sampah," ujar Amir saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat.

Amir menyebut, kebanyakan orang menganggap bahwa plastik hanya akan berakhir menjadi sampah. Alhasil, mereka justru tidak memiliki sensitivitas mengelola sampah dari rumah.

"Padahal sampah plastik bernilai ekonomi, yang nilai ekonominya tinggi itu PET (Polyethylene Terephthalat), kedua HDPE (High Density Polyethylene). PET ini sampah plastik yang digunakan oleh industri makanan dan minuman terutama. Sampah-sampah PET karena punya nilai ekonomi bisa cepat masuk ke putaran ekonomi," ungkap dia.

Dalam riset yang dilakukan Net Zero Waste Management Consortium, ungkap Amir, kemasan plastik yang tampaknya ramah lingkungan justru berpotensi menambah tumpukan sampah. Terutama jika kemasannya sulit didaur ulang.

Baca juga: Hanya 9 Persen Plastik di Dunia yang Berhasil Didaur Ulang

Gelas kertas, misalnya, yang digadang-gadang bisa menggantikan gelas plastik sekali pakai untuk menekan limbah. Gelas kertas ini justru sulit didaur ulang, bahkan menjadi sampah yang tidak memiliki nilai jual.

"Risetnya juga memberikan gambaran ternyata kemasan-kemasan kecil, cup kecil karena tidak terlihat atau sulit dilihat menjadi no value kalaupun ada nilainya low value. Akhirnya menjadi sampah yang sampai ke sungai bahkan ke laut," papar Amir.

Peneliti lain dari PT Kita Bumi Global, Hadiyan Fariz Azhar, menyatakan bahwa produsen dan industri seharusnya lebih memperhatikan desain produknya agar mudah dikelola dan didaur ulang. Penelitiannya menyoroti urgensi penggunaan kemasan plastik yang tidak terlalu berwarna lantaran akan sulit didaur ulang.

"Fariz tadi menggarisbawahi sebenarnya produsen sampo mau menggnuakan lagi hasil daur ulang itu, tetapi dia request yang clear. Padahal dia (produsen) sendiri yang mewarnai. Jadi enggak ada konsistensi dari produsen, industri yang menggunakan plastik-plastik itu," tutur Amir.

Para narasumber merekomendasikan untuk berhenti ataupun mengurangi penggunaan kemasan berbahan plastik kecil seperti saset karena memiliki nilai jual rendah bahkan tidak memiliki nilai sama sekali di mata pemulung. Kemudian, fokus pada desain ulang produk yang dapat didaur ulang untuk menaikkan nilai ekonominya.

"Ketiga, akar persoalan itu bukan pada kita harus memungut sampah dari tempat sampah melainkan waste management, pengelolaan sampahnya itu yang harus digeber," ucap Amir.

"Jangan sampai kita cuma mengurusin hilirnya. Waste management sejak awal, pemilahannya harus sehingga nantinya lebih mudah untuk dikelola dan digunakan," imbuh dia.

Baca juga: Tak Semua Plastik Jadi Sampah, Format dan Sistem Daur Ulang Penentunya

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Ahli IPB Beberkan Alasan PSN di Pulau Rempang Harus Dievaluasi

Ahli IPB Beberkan Alasan PSN di Pulau Rempang Harus Dievaluasi

Pemerintah
2 Anak Harimau Sumatera lahir di Sanctuary Barumun, Dinamai Nunuk dan Ninik

2 Anak Harimau Sumatera lahir di Sanctuary Barumun, Dinamai Nunuk dan Ninik

Pemerintah
Dukung SDG's, Santika Indonesia Hotels & Resorts Hadirkan “Spirit of Sustainability”

Dukung SDG's, Santika Indonesia Hotels & Resorts Hadirkan “Spirit of Sustainability”

Swasta
IPB Soroti Bias Gender di Sektor Pertanian: Perempuan Tani Masih Terpinggirkan

IPB Soroti Bias Gender di Sektor Pertanian: Perempuan Tani Masih Terpinggirkan

Swasta
Perubahan Iklim, Salju Akan Makin Langka pada Akhir Abad Ini

Perubahan Iklim, Salju Akan Makin Langka pada Akhir Abad Ini

Pemerintah
Kunci Indonesia Bersih dari Sampah: Warga yang Tidak Malas

Kunci Indonesia Bersih dari Sampah: Warga yang Tidak Malas

LSM/Figur
Cara Sustainable Ekstraksi Nikel Ditemukan, Indonesia Perlu Jajaki

Cara Sustainable Ekstraksi Nikel Ditemukan, Indonesia Perlu Jajaki

Pemerintah
BRIN-Denmark Kembangkan Reaktor Nuklir Model Terbaru

BRIN-Denmark Kembangkan Reaktor Nuklir Model Terbaru

Pemerintah
Ancaman Perubahan Iklim Makin Nyata, Picu Banjir hingga Badai Tropis

Ancaman Perubahan Iklim Makin Nyata, Picu Banjir hingga Badai Tropis

Pemerintah
Punya Banyak Manfaat, Kota Harus Utamakan Infrastruktur Hijau

Punya Banyak Manfaat, Kota Harus Utamakan Infrastruktur Hijau

LSM/Figur
Inisiatif China yang Wajib Ditiru, Bangkitkan Listrik Hijau lewat Restorasi Ekosistem

Inisiatif China yang Wajib Ditiru, Bangkitkan Listrik Hijau lewat Restorasi Ekosistem

Pemerintah
KLH Susun Rencana Adaptasi Nasional Atasi Dampak Krisis Iklim

KLH Susun Rencana Adaptasi Nasional Atasi Dampak Krisis Iklim

Pemerintah
Mau Atasi Sampah, Perlu Ubah Dulu Pola Pikir Anak Sekolah

Mau Atasi Sampah, Perlu Ubah Dulu Pola Pikir Anak Sekolah

LSM/Figur
Inggris Coba Tangkap Karbon dari Laut, Makan Duit Rp 438 Triliun

Inggris Coba Tangkap Karbon dari Laut, Makan Duit Rp 438 Triliun

Pemerintah
Jual-Beli Cula Badak dan Taring Harimau, WN China Terancam 10 Tahun Penjara

Jual-Beli Cula Badak dan Taring Harimau, WN China Terancam 10 Tahun Penjara

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau