Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim, Salju Akan Makin Langka pada Akhir Abad Ini

Kompas.com, 2 Mei 2025, 20:27 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Studi baru yang dipimpin oleh Prof. Li Zhi dari Akademi Ilmu Pengetahuan China mengungkapkan adanya peningkatan kekeringan salju global yang mengkhawatirkan di bawah berbagai skenario iklim.

Temuan itu diterbitkan dalam jurnal Geophysical Research Letters.

Kekeringan salju terjadi ketika jumlah salju yang terkumpul di suatu wilayah selama musim dingin jauh lebih sedikit dari biasanya.

Kekeringan salju diklasifikasikan menjadi dua kategori.

Pertama, "kering" yang disebabkan oleh presipitasi di musim dingin yang lebih sedikit dari biasanya. Jadi, tidak cukup salju turun sejak awal.

Baca juga: Alarm Serius dari Himalaya, Salju Capai Titik Terendah dalam 23 Tahun

Presipitasi, dalam konteks meteorologi, adalah segala bentuk air yang jatuh dari atmosfer ke permukaan bumi, termasuk hujan, salju, hujan es, dan hujan beku.

Kedua, kategori "hangat" yang disebabkan oleh suhu yang lebih hangat yang mengakibatkan hujan alih-alih salju. Kategori hangat juga bisa terjadi saat salju mencair lebih awal meskipun jumlah curah hujannya normal.

Melansir Phys, Rabu (30/4/2025), dalam studinya peneliti menggunakan data ERA5-Land dan proyeksi iklim multi-model CMIP6 untuk menganalisis tren jangka panjang dalam frekuensi kekeringan salju di bawah berbagai skenario emisi.

Hasil penelitian menunjukkan bakal adanya peningkatan signifikan dalam kejadian kekeringan salju hingga akhir abad ini.

Pada tahun 2100, frekuensi kekeringan salju dapat meningkat tiga kali lipat di bawah skenario SSP2-4.5 (skenario emisi menengah) dan empat kali lipat di bawah skenario SSP5-8.5 (skenario emisi tinggi), dibandingkan dengan garis dasar tahun 1981, yang dijadikan sebagai titik awal perbandingan.

Penelitian ini pun memprediksi bahwa di masa depan, kekeringan salju yang disebabkan oleh suhu hangat akan menjadi jauh lebih umum daripada kekeringan salju yang disebabkan oleh kurangnya salju.

Pada tahun 2050, jenis kekeringan ini diperkirakan dapat mencapai sekitar 65 persen dari seluruh kejadian kekeringan salju.

Baca juga: Produsen Energi Fosil Sebabkan Kerugian Ekonomi Paling Besar akibat Perubahan Iklim

Di bawah skenario SSP5-8.5 (emisi tinggi), frekuensi kekeringan salju tipe hangat dapat meningkat 6,6 kali lipat.

Sementara kejadian kekeringan salju gabungan tipe kering dan hangat yang menimbulkan risiko terbesar bagi ekosistem dan infrastruktur air, mungkin menjadi 3,7 kali lebih umum.

Penelitian ini pun menunjukkan bahwa tidak hanya kekeringan salju akan menjadi lebih sering dan parah, tetapi penyebabnya juga bergeser ke arah suhu yang lebih hangat atau kombinasi dengan kurangnya salju, terutama di wilayah lintang tengah dan tinggi.

Informasi ini sangat penting bagi upaya global dalam mengelola sumber daya air dan menghadapi dampak perubahan iklim.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Pemerintah
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
LSM/Figur
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
BUMN
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Swasta
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pemerintah
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
LSM/Figur
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
LSM/Figur
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Pemerintah
Ketika Motor Listrik Jadi Andalan Ojol untuk Cari Rezeki
Ketika Motor Listrik Jadi Andalan Ojol untuk Cari Rezeki
Pemerintah
Sampel Udara Berusia 35 Tahun Tunjukkan Perubahan Ritme Alam akibat Iklim
Sampel Udara Berusia 35 Tahun Tunjukkan Perubahan Ritme Alam akibat Iklim
LSM/Figur
Hadapi Regulasi Anti-Deforestasi UE, Sawit dan Kayu Indonesia Dilacak hingga ke Kebunnya
Hadapi Regulasi Anti-Deforestasi UE, Sawit dan Kayu Indonesia Dilacak hingga ke Kebunnya
Swasta
IBF dan AKCI Resmi Jalin Kolaborasi Perdana untuk Pelestarian Ekosistem di Lombok
IBF dan AKCI Resmi Jalin Kolaborasi Perdana untuk Pelestarian Ekosistem di Lombok
LSM/Figur
RSPO Belum Terima Laporan Dugaan Anggota Sebabkan Banjir Sumatera
RSPO Belum Terima Laporan Dugaan Anggota Sebabkan Banjir Sumatera
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau