Ketika para peneliti memodelkan kedua proses tersebut, mereka menemukan bahwa pembentukan gunung menciptakan kondisi terbaik untuk ‘serpentinisation’.
Baca juga:
Peneliti berpikir bahwa lingkungan pegunungan yang dingin, dikombinasikan dengan peningkatan sirkulasi air, dapat menciptakan peningkatan volume hidrogen.
Faktanya, simulasi mereka menunjukkan bahwa batuan yang muncul melalui pembentukan gunung menjanjikan kapasitas hidrogen 20 kali lebih banyak daripada yang didorong ke permukaan melalui retakan benua.
Peneliti juga menemukan indikasi pembentukan hidrogen alami di pegunungan termasuk Pyrenees, Pegunungan Alpen Eropa, dan Balkan.
Para ilmuwan di balik studi baru ini berharap temuan mereka akan mendorong eksplorasi lebih lanjut untuk H2 alami di wilayah pegunungan tersebut dan wilayah pegunungan lainnya.
“Mengingat peluang ekonomi yang terkait dengan H2 alami, sekarang adalah saatnya untuk melangkah lebih jauh dan juga menyelidiki jalur migrasi hidrogen dan ekosistem mikroba yang mengonsumsi hidrogen untuk lebih memahami di mana reservoir H2 potensial sebenarnya dapat terbentuk,” tambah Prof Sascha Brune, Kepala Bagian Pemodelan Geodinamik di GFZ.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya