Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiru Paris dan Bangkok, Jakarta Targetkan Pasang 1.000 Sensor Kualitas Udara

Kompas.com - 19/03/2025, 10:00 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta bakal meniru cara Paris dan Bangkok untuk menangani polusi udara.

Kepala DLH DKI Jakarta, Asep Kuswanto, mengatakan pihaknya akan menambah jumlah sensor pemantauan kualitas udara.

"Belajar dari kota lain, Bangkok memiliki 1.000 stasiun pemantauan kualitas udara (SPKU), Paris memiliki 400 SPKU Jakarta saat ini Jakarta sudah memiliki 111 SPKU dari sebelumnya hanya lima unit," ujar Asep dalam keterangannya, Selasa (18/3/2025).

Karena itu, DLH Jakarta menargetkan pemasangan 1.000 sensor kualitas udara berbiaya rendah agar pemantauan lebih luas dan akurat. Tujuannya yakni mendeteksi sumber pencemaran termasuk bagaimana polutan dari luar masuk ke wilayah Jakarta.

Asep menyebutkan, keterbukaan data sebagai dasar kebijakan berbasis sains juga bakal dilakukan.

“Kita harus lebih terbuka dalam menyampaikan data polusi udara agar intervensinya bisa lebih efektif," papar Asep.

"Yang dibutuhkan bukan hanya intervensi sesaat, tetapi langkah-langkah berkelanjutan dan luar biasa dalam menangani pencemaran udara,” imbuh dia.

Pengaruh Cuaca

Kepala Subbidang Informasi Pencemaran Udara BMKG, Taryono Hadi menyatakan, cuaca turut memengaruhi kualitas udara.

Baca juga: Daftar 7 Negara dengan Kualitas Udara Terbersih di Dunia  

Fenomena El Niño yang tidak terjadi tahun ini, mengakibatkan musim kemarau di Indonesia mundur hingga akhir bulan.

Puncak musim kemarau yang seharusnya terjadi lebih awal pun diprediksi mencapai intensitas tertinggi pada September.

"Kami melihat adanya pergeseran pola musim kemarau tahun ini. Jika biasanya berlangsung lebih cepat, kini musim kemarau diperkirakan mulai lebih lambat dan puncaknya bergeser ke bulan September," ungkap Taryono.

Menurut dia, curah hujan memiliki peran penting dalam mengurangi polusi udara. Pada Juni-Agustus kualitas udara di Jakarta cenderung memburuk karena meningkatnya polutan di atmosfer.

"Saat curah hujan rendah, partikel polusi sulit terurai, sehingga konsentrasi polutan seperti PM2.5 meningkat tajam," tutur dia.

Sementara itu, Guru Besar Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB), Puji Lestari, menerangkan sebagian besar polusi udara di Jakarta berasal dari aktivitas industri Jabodetabek.

Sektor industri, termasuk pembangkit listrik dan emisi karbon monoksida (CO), masih menjadi kontributor utama pencemaran udara, diikuti emisi dari kendaraan.

"Selain faktor internal, kondisi udara di Jakarta juga dipengaruhi oleh wilayah sekitarnya yang turut berkontribusi terhadap penurunan kualitas udara,” kata Puji.

Puji menilai, interaksi antara berbagai sumber pencemaran itu menyebabkan tingkat polusi di Jakarta makin kompleks.

Oleh karena itu, diperlukan kerja sama lintas wilayah maupun pendekatan berbasis data yang lebih terbuka untuk mencapai perbaikan kualitas udara.

Baca juga: Hanya 7 Negara yang Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Chad dan Bagladesh Paling Tercemar

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

20 Tahun Terakhir, Kupu-kupu Kian Langka, Tanda Bahaya untuk Kita

20 Tahun Terakhir, Kupu-kupu Kian Langka, Tanda Bahaya untuk Kita

LSM/Figur
Polarisasi Isu Energi Panas Bumi, Bagaimana Mengatasinya?

Polarisasi Isu Energi Panas Bumi, Bagaimana Mengatasinya?

LSM/Figur
Dua Kasus Penyelundupan Sisik Trenggiling Terungkap di Riau dan Sumut

Dua Kasus Penyelundupan Sisik Trenggiling Terungkap di Riau dan Sumut

Pemerintah
Papua Barat Monetize Insinerator Medis, Target Raup Rp 1,1 Miliar per Tahun

Papua Barat Monetize Insinerator Medis, Target Raup Rp 1,1 Miliar per Tahun

Pemerintah
Trump Ingin Potong Rp 1.600 T Dana Iklim, Bilang Bukan Prioritas

Trump Ingin Potong Rp 1.600 T Dana Iklim, Bilang Bukan Prioritas

Pemerintah
Kemenkeu Gelontorkan Rp 76,3 Triliun per Tahun untuk Perubahan Iklim

Kemenkeu Gelontorkan Rp 76,3 Triliun per Tahun untuk Perubahan Iklim

Pemerintah
Ahli IPB Beberkan Alasan PSN di Pulau Rempang Harus Dievaluasi

Ahli IPB Beberkan Alasan PSN di Pulau Rempang Harus Dievaluasi

Pemerintah
2 Anak Harimau Sumatera lahir di Sanctuary Barumun, Dinamai Nunuk dan Ninik

2 Anak Harimau Sumatera lahir di Sanctuary Barumun, Dinamai Nunuk dan Ninik

Pemerintah
Dukung SDG's, Santika Indonesia Hotels & Resorts Hadirkan “Spirit of Sustainability”

Dukung SDG's, Santika Indonesia Hotels & Resorts Hadirkan “Spirit of Sustainability”

Swasta
IPB Soroti Bias Gender di Sektor Pertanian: Perempuan Tani Masih Terpinggirkan

IPB Soroti Bias Gender di Sektor Pertanian: Perempuan Tani Masih Terpinggirkan

Swasta
Perubahan Iklim, Salju Akan Makin Langka pada Akhir Abad Ini

Perubahan Iklim, Salju Akan Makin Langka pada Akhir Abad Ini

Pemerintah
Kunci Indonesia Bersih dari Sampah: Warga yang Tidak Malas

Kunci Indonesia Bersih dari Sampah: Warga yang Tidak Malas

LSM/Figur
Cara Sustainable Ekstraksi Nikel Ditemukan, Indonesia Perlu Jajaki

Cara Sustainable Ekstraksi Nikel Ditemukan, Indonesia Perlu Jajaki

Pemerintah
BRIN-Denmark Kembangkan Reaktor Nuklir Model Terbaru

BRIN-Denmark Kembangkan Reaktor Nuklir Model Terbaru

Pemerintah
Ancaman Perubahan Iklim Makin Nyata, Picu Banjir hingga Badai Tropis

Ancaman Perubahan Iklim Makin Nyata, Picu Banjir hingga Badai Tropis

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau