Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meroket, Tambahan Energi Angin Global Capai 117 Gigawatt pada 2024

Kompas.com - 27/04/2025, 13:00 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber Edie

KOMPAS.com - Laporan terbaru mengungkapkan jumlah total pembangkit listrik tenaga angin baru yang dipasang di seluruh dunia pada tahun 2024 menjadi yang terbanyak dalam sejarah, mencapai 117 gigawatt.

Meskipun demikian, tantangan struktural yang terus-menerus dan kesenjangan regional tetap ada.

Kesimpulan itu merupakan hasil dari laporan tahunan Dewan Energi Angin Global (GWEC) yang menyoroti bahwa ekspansi industri angin pada tahun 2024 sebagian besar oleh kontribusi besar dari beberapa perusahaan atau negara yang menjadi pemimpin di sektor ini.

Pada tahun 2024, negara yang paling banyak memasang pembangkit listrik tenaga angin baru adalah China. Di urutan berikutnya adalah Amerika Serikat, Jerman, India, dan Brasil.

Secara total, 55 negara memasang kapasitas baru tahun lalu, sehingga kapasitas angin global mencapai 1.136 GW.

Meskipun angka total instalasi tenaga angin global terlihat bagus, GWEC mengingatkan bahwa pertumbuhan ini tidak merata di seluruh dunia.

Baca juga: Google Teken Perjanjian Energi Angin Lepas Pantai Pertama di Asia

Negara-negara maju yang sudah lama berkecimpung di industri tenaga angin masih menjadi penggerak utama pertumbuhan.

Sementara itu, banyak negara berkembang mengalami kesulitan dalam mengembangkan energi angin karena peraturan yang kurang mendukung atau fasilitas pendukung yang belum memadai.

"Sekali lagi, industri angin telah memecahkan rekor instalasi baru, meskipun menghadapi tantangan ekonomi makro yang lebih berat dalam beberapa tahun terakhir," kata Chief Executive GWEC, Ben Backwell.

Laporan dari GWEC juga menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan industri tenaga angin tidaklah sama di seluruh dunia pada tahun 2024.

Jumlah pembangkit listrik tenaga angin baru yang dipasang di kawasan Asia-Pasifik meningkat sebesar 7 persen. Sementara itu, kawasan Afrika dan Timur Tengah mengalami pertumbuhan yang jauh lebih besar, yaitu 107 persen.

Pertumbuhan yang pesat di Afrika dan Timur Tengah ini terutama disebabkan oleh penambahan kapasitas tenaga angin yang cukup besar di Mesir (sebesar 794 megawatt) dan Arab Saudi (sebesar 390 megawatt).

Sebaliknya, Amerika Utara, Amerika Latin, dan Eropa semuanya mengalami penurunan pemasangan baru dari tahun ke tahun.

Perlambatan di wilayah-wilayah ini disebabkan oleh ketidakpastian kebijakan secara terus-menerus, keterlambatan dalam pemberian izin, dan mekanisme lelang yang berkinerja buruk.

Lebih lanjut, tenaga angin lepas pantai, meskipun saat ini masih merupakan bagian yang lebih kecil dari penambahan kapasitas global, diperkirakan akan memainkan peran yang semakin penting dalam transisi energi, demikian menurut laporan tersebut.

Pada tahun 2024, total kapasitas pembangkit listrik tenaga angin yang dibangun di laut mencapai 8 gigawatt. Selain itu, terdapat proyek-proyek tenaga angin lepas pantai dengan total kapasitas 56,3 gigawatt yang berhasil mendapatkan pendanaan atau izin melalui proses lelang,

Eropa menjadi wilayah dengan kapasitas proyek lepas pantai terbesar yang dialokasikan melalui lelang (23,2 GW), disusul oleh China (17,4 GW).

Pasar-pasar berkembang di Asia juga membuat komitmen yang signifikan, termasuk Korea Selatan (3,3 GW), Taiwan (2,7 GW), dan Jepang (1,4 GW).

GWEC memperkirakan bahwa peran tenaga angin yang dibangun di laut akan semakin penting dalam penambahan kapasitas listrik baru secara global.

Kontribusinya diprediksi akan naik dari 11,8 persen di tahun 2024 menjadi 17,5 persen di tahun 2030.

Baca juga: Sering Diragukan, Surya dan Angin Bisa Jadi Tulang Punggung Sistem Energi Nasional

GWEC memprediksi pula bahwa setiap tahunnya, penambahan kapasitas tenaga angin lepas pantai akan meningkat, dari 16 gigawatt di tahun 2025 menjadi 34 gigawatt pada akhir tahun 2030.

Sementara itu, untuk proyek tenaga angin yang dibangun di darat, jumlah total kapasitas yang diberikan melalui proses lelang dan cara pengadaan lainnya di seluruh dunia (kecuali China) menjadi dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

Eropa menjadi kontributor terbesar dengan total 17 gigawatt, meningkat 24 persen dibandingkan tahun 2023. Jerman menjadi negara terdepan dalam peningkatan ini, dengan mengalokasikan 11 gigawatt kapasitas tenaga angin darat, yang merupakan kenaikan signifikan sebesar 72 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Ke dapan, GWEC memprediksi bahwa sektor tenaga angin akan terus berkembang dengan rata-rata pertumbuhan sekitar 8,8 persen setiap tahun hingga tahun 2030.

Dalam enam tahun mendatang, total kapasitas tenaga angin yang terpasang di seluruh dunia diperkirakan akan bertambah sebanyak 981 gigawatt. Pada tahun 2030, diperkirakan setiap tahunnya akan ada penambahan kapasitas tenaga angin baru sebesar 194 gigawatt.

Namun, Dewan (GWEC) memperingatkan bahwa pencapaian target-target ini sangat bergantung pada kecepatan reformasi struktural.

Jika tidak ada kerjasama yang baik untuk mempermudah proses perizinan proyek energi terbarukan, memperbarui dan meningkatkan jaringan listrik, serta membuat investasi di sektor ini lebih aman dan menarik, maka meskipun pasar energi terbarukan saat ini menunjukkan kinerja yang baik, pertumbuhan tersebut mungkin tidak akan cukup cepat untuk mencapai target yang ditetapkan dalam konferensi iklim COP28 yakni meningkatkan kapasitas energi terbarukan dunia menjadi tiga kali lipat pada tahun 2030.

Baca juga: Ekspansi Pembangkit Listrik Gas Dikhawatirkan Bikin Energi Terbarukan Jalan di Tempat

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau