Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaya Hidup Berkelanjutan Tak Selalu Soal Beli Barang Berlabel "Sustainable"

Kompas.com - 27/04/2025, 18:00 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Dia lantas membandingkan dengan kebiasaan membawa pouch make-up. “Kita sebagai perempuan suka re-touch kembali makeup kita dan nggak merasa bawa pouch itu ribet ‘kan? Ya karena sudah terbiasa.”

Kuncinya, lanjut dia, adalah membentuk kebiasaan agar praktik-praktik kecil yang berdampak positif bagi lingkungan tidak lagi terasa rumit untuk dijalani.

Lewat komunitas @lyfewithless, Cynthia berupaya membawa semangat slow fashion dan hidup berkelanjutan lebih dekat ke masyarakat.

“Komunitas itu tempat terdekat untuk bertumbuh, mendapatkan masukan, dan mengimprove diri. Sama komunitas itu kayak temen sendiri, kayak sahabat. Nggak seperti dengan pemerintah yang jauh dari jangkauan atau influencer yang kadang bikin ragu-ragu apakah benar melakukannya atau sekadar iklan,” ujarnya.

Lewat pendekatan ini, praktik keberlanjutan menjadi lebih membumi. Dari pertukaran barang, edukasi digital, hingga kampanye kolektif, semua diarahkan pada satu tujuan: menjaga bumi tetap layak huni—mulai dari hal-hal kecil.

Baca juga: Dari Krisis ke Kesadaran, Perjalanan Slow Fashion Chynthia Suci Lestari

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau