Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inggris Coba Tangkap Karbon dari Laut, Makan Duit Rp 438 Triliun

Kompas.com - 02/05/2025, 12:08 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para peneliti di Inggris tengah menguji coba penangkapan karbon dioksida (CO2) dari laut. Dikutip dari CNN, Jumat (2/5/2025), proyek yang dinamai SeaCURE itu menelan biaya hingga 26,7 miliar dollar AS dari pemerintah Inggris.

Tujuannya, untuk mengetahui apakah penangkapan karbon di laut dapat dilakukan dan bersaing dengan penangkapan karbon di udara dalam proyek carbon, capture, storage (CCS).

“Alasan mengapa air laut mengandung begitu banyak karbon adalah karena saat Anda memasukkan CO2 ke dalam air, 99 persen di antaranya menjadi bentuk karbon terlarut lain yang tidak bertukar di atmonsfer,” ujar pemimpin riset dari Universitas Exeter, Paul Halloran.

“Hal ini juga mengartikan mudahnya untuk menghilangkan karbon tersebut dari air,” imbuh dia.

Baca juga: Investasi CCS yang Masuk Indonesia Capai Rp 640,79 triliun

Halloran menjelaskan, pihaknya mulai membangun pabrik percontohan pada 2024 di Weymouth Sea Life Centre, pesisir selatan Inggris. Pabrik itu dirancang untuk memproses 3.000 liter air laut per menit dan menghilangkan sekitar 100 ton CO2 per tahun.

“Kami ingin menguji teknologi ini di lingkungan yang nyata dengan air laut sungguhan, untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi,” ungkap Halloran

Teknologi SeaCURE memanfaatkan kemampuan laut yang secara alami menyerap sekitar 25 persen karbon dioksida dari atmosfer. Gas CO2 yang diekstraksi dari air laut akan dialirkan melalui proses pemurnian dengan karbon aktif dalam bentuk sabut kelapa yang dibakar. Kemudian, CO2 dimasukkan ke tempat penyimpanan di dalam tanah. 

Air yang telah kehilangan kandungan karbonnya lahtas diberi alkali, guna menyeimbangkan kembali tingkat keasamannya sebelum dikembalikan ke laut. Siklus itu memungkinkan laut terus-menerus menyerap karbon baru dari atmosfer.

Baca juga: PLTU Paiton Didorong Terapkan Co-firing Biomassa hingga CCS

“Air buangan yang saat ini memiliki konsentrasi karbon yang sangat rendah perlu diisi ulang, jadi air hanya mencoba menyerap CO2 serta menyerapnya dari atmosfer,” tutur dia.

Kendati demikian, ia mengakui teknologi SeaCURE membutuhkan pendalaman lebih lanjut. Selain itu, diperlukan biaya yang besar untuk menangkap karbon dari laut.

“Tantangannya adalah memastikan teknologi ini tetap efisien dan tidak menciptakan jejak karbon baru dari penggunaan energi,” jelas Halloran.

Risiko terhadap Ekosistem

Di sisi lain, peneliti University of Exeter, Guy Hooper, menyoroti dampak penangkapan karbon dari laut terhadap ekosistem di dalamnya. Tim peneliti membuang air laut yang rendah karbon dalam jumlah kecil, sehingga ekosistemnya dinilai tak akan terdampak besar. Namun, hal itu tidak berarti bahwa SeaCURE 100 persen aman.

Baca juga: RI Buka Peluang Lanjutkan Kerja Sama Bangun Fasilitas CCS dengan AS

“Kami telah melakukan eksperimen untuk mengukur bagaimana organisme laut merespons air laut rendah karbon. Hasil awal menunjukkan bahwa beberapa organisme laut, seperti plankton dan kerang, dapat terpengaruh saat terpapar air laut rendah karbon,” ucap Hooper.

Oleh sebab itu, sistem SeaCURE tidak boleh digunakan di dekat habitat laut yang sensitif.

Profesor ahli CCS di University of Edinburgh, Stuart Haszeldine, menilai meskipun teknologi SeaCURE lebih hemat energi dibandingkan penangkapan karbon udara, sistem skala penuh akan memerlukan pasokan energi terbarukan. Dibutuhkan pula penyimpanan permanen CO2. 

“Tantangan selanjutnya, bagaimana SeaCURE dapat meningkatkan skala operasinya dan beroperasi lebih lama untuk membuktikan alatnya dapat menangkap jutaan ton CO2 setiap tahunnya,” ungkap Haszeldine.

Baca juga: Dua Perusahaan Multinasional Bersiap Bangun Fasilitas CCS di Indonesia

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Dukung SDG's, Santika Indonesia Hotels & Resorts Hadirkan “Spirit of Sustainability”

Dukung SDG's, Santika Indonesia Hotels & Resorts Hadirkan “Spirit of Sustainability”

Swasta
IPB Soroti Bias Gender di Sektor Pertanian: Perempuan Tani Masih Terpinggirkan

IPB Soroti Bias Gender di Sektor Pertanian: Perempuan Tani Masih Terpinggirkan

Swasta
Perubahan Iklim, Salju Akan Makin Langka pada Akhir Abad Ini

Perubahan Iklim, Salju Akan Makin Langka pada Akhir Abad Ini

Pemerintah
Kunci Indonesia Bersih dari Sampah: Warga yang Tidak Malas

Kunci Indonesia Bersih dari Sampah: Warga yang Tidak Malas

LSM/Figur
Cara Sustainable Ekstraksi Nikel Ditemukan, Indonesia Perlu Jajaki

Cara Sustainable Ekstraksi Nikel Ditemukan, Indonesia Perlu Jajaki

Pemerintah
BRIN-Denmark Kembangkan Reaktor Nuklir Model Terbaru

BRIN-Denmark Kembangkan Reaktor Nuklir Model Terbaru

Pemerintah
Ancaman Perubahan Iklim Makin Nyata, Picu Banjir hingga Badai Tropis

Ancaman Perubahan Iklim Makin Nyata, Picu Banjir hingga Badai Tropis

Pemerintah
Punya Banyak Manfaat, Kota Harus Utamakan Infrastruktur Hijau

Punya Banyak Manfaat, Kota Harus Utamakan Infrastruktur Hijau

LSM/Figur
Inisiatif China yang Wajib Ditiru, Bangkitkan Listrik Hijau lewat Restorasi Ekosistem

Inisiatif China yang Wajib Ditiru, Bangkitkan Listrik Hijau lewat Restorasi Ekosistem

Pemerintah
KLH Susun Rencana Adaptasi Nasional Atasi Dampak Krisis Iklim

KLH Susun Rencana Adaptasi Nasional Atasi Dampak Krisis Iklim

Pemerintah
Mau Atasi Sampah, Perlu Ubah Dulu Pola Pikir Anak Sekolah

Mau Atasi Sampah, Perlu Ubah Dulu Pola Pikir Anak Sekolah

LSM/Figur
Inggris Coba Tangkap Karbon dari Laut, Makan Duit Rp 438 Triliun

Inggris Coba Tangkap Karbon dari Laut, Makan Duit Rp 438 Triliun

Pemerintah
Jual-Beli Cula Badak dan Taring Harimau, WN China Terancam 10 Tahun Penjara

Jual-Beli Cula Badak dan Taring Harimau, WN China Terancam 10 Tahun Penjara

Pemerintah
Gelombang Panas di Asia Selatan Datang Lebih Awal, Ancaman Iklim Makin Nyata

Gelombang Panas di Asia Selatan Datang Lebih Awal, Ancaman Iklim Makin Nyata

Swasta
Patroli Nagari Dibentuk, Jaga Harimau Tetap Liar, Manusia Tetap Damai

Patroli Nagari Dibentuk, Jaga Harimau Tetap Liar, Manusia Tetap Damai

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau