Paludikultur gambut di Kalimantan Tengah: penggunaan jelutung, sagu, dan purun mengembalikan hidrologi gambut dan mengurangi kebakaran lahan hingga 70 persen.
“Silvofishery mangrove di Demak, Jawa Tengah, yang memadukan tambak udang/bandeng dengan mangrove, juga berhasil mengurangi abrasi pantai dan meningkatkan produktivitas udang hingga 40 persen,” jelas Nurheni.
Kunci Keberhasilan: Sinergi dan Keterlibatan Masyarakat
Dukungan pemerintah terkait agroforestri selama ini sudah ada. Misalanya sejumlah kebijakan seperti Penyederhanaan perizinan (Permen LHK No. P.24/2020), subsidi bibit, pembebasan PBB untuk lahan agroforestri, sertifikasi produk kayu ramah lingkungan (SVLK), program nasional seperti Perhutanan Sosial (target 12,7 juta ha), Gerakan Nasional Pemulihan DAS, dan Desa Mandiri Peduli Gambut menjadi tulang punggung pelaksanaannya.
Namun, Nurheni menekankan bahwa keberhasilan agroforestri bergantung pada kolaborasi erat antara pemerintah dan masyarakat.
Partisipasi masyarakat, kearifan lokal seperti sistem Repong Damar dan Kebun Talun, serta dukungan kelembagaan lokal seperti KTH dan lembaga adat menjadi faktor penting.
“Kunci keberhasilan model-model ini terletak pada pelibatan masyarakat, kemampuan untuk menghasilkan berbagai jenis manfaat dari satu lahan, pendekatan adaptif sesuai kondisi hidrologi dan salinitas, serta dukungan kebijakan seperti sertifikasi produk ramah lingkungan,” jelasnya.
Baca juga: Upaya Pemulihan DAS Cisadane Lewat Pertanian Regeneratif dan Agroforestri
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya