JAKARTA, KOMPAS.com — Guru Besar Ilmu Agroforestri IPB University, Nurheni Wijayanto, mengatakan bahwa agroforestri terbukti efektif menjaga keanekaragaman hayati di tiga ekosistem kunci Indonesia: hutan tropis, lahan gambut, dan pesisir.
Agroforestri adalah sistem tanam yang mengombinasikan pohon dan tanaman pertanian di lahan yang sama. Petani dapat menanam sayur, buah, atau tanaman lain sambil merawat pohon, menciptakan sistem pertanian berkelanjutan.
Dampak Positif di Tiga Ekosistem Kunci
“Untuk di daerah hutan tropis, menggunakan model agroforestri seperti kopi atau kakao dengan pohon pelindung (shade-grown coffee) mampu mempertahankan keanekaragaman hayati dan mencegah erosi tanah serta menyediakan habitat satwa liar,” ujar Nurheni sebagaimana dikutip dari keterangan resminya pada Sabtu (24/5/2025).
Di lahan gambut, model paludikultur dengan tanaman seperti sagu dan jelutung terbukti efektif mencegah kebakaran dan emisi karbon. Praktik lokal seperti sistem beje, budidaya nanas gambut, dan tanaman kelakai memperkuat efektivitasnya.
“Sementara itu, untuk di daerah pesisir, agroforestri mangrove (silvofishery) memadukan mangrove dengan tambak udang/ikan dapat memberikan perlindungan pantai dari abrasi dan tsunami, serta menyediakan habitat bagi biota laut,” tambahnya.
Mitigasi Iklim dan Peningkatan Ketahanan
Agroforestri juga berkontribusi pada mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Sistem ini menyerap dan menyimpan karbon secara efektif—bahkan, menurut Nurheni, silvofishery bisa menyerap karbon 3–5 kali lebih banyak dibanding hutan tropis daratan. Tanaman seperti Samanea saman dan Gliricidia juga berperan penting dalam penyimpanan karbon di biomassa dan tanah.
Model ini juga mengurangi emisi pertanian konvensional, misalnya dengan mengganti pupuk kimia menggunakan pupuk hijau dari legum, serta mengurangi metana lewat pakan ternak berbasis legum.
Baca juga: Perubahan Iklim, Petani Kopi Jambi Perkuat Agroforestri dan Intensifikasi
Secara adaptif, agroforestri meningkatkan ketahanan pangan dan ekonomi melalui diversifikasi tanaman, mengurangi risiko gagal panen, mencegah erosi dan banjir, serta menurunkan suhu lokal lewat naungan pohon.
Studi Kasus di Berbagai Daerah
Nilai baik agroforestri telah dibuktikan di sejumlah daerah.
“Sistem Repong Damar (Krui, Lampung), yang mengombinasikan damar mata kucing, kopi, lada, dan buah-buahan, berhasil mempertahankan 80 persen keanekaragaman hayati setara hutan alam, menyimpan karbon tinggi, dan memberikan ekonomi berkelanjutan,” jelasnya.
Agroforestri karet-rimba di Jambi dan Sumatera Selatan: menggabungkan karet alam dengan pohon hutan asli, berhasil memulihkan tanah terdegradasi dan meningkatkan hasil karet hingga 30 persen dibanding monokultur.
Paludikultur gambut di Kalimantan Tengah: penggunaan jelutung, sagu, dan purun mengembalikan hidrologi gambut dan mengurangi kebakaran lahan hingga 70 persen.
“Silvofishery mangrove di Demak, Jawa Tengah, yang memadukan tambak udang/bandeng dengan mangrove, juga berhasil mengurangi abrasi pantai dan meningkatkan produktivitas udang hingga 40 persen,” jelas Nurheni.
Kunci Keberhasilan: Sinergi dan Keterlibatan Masyarakat
Dukungan pemerintah terkait agroforestri selama ini sudah ada. Misalanya sejumlah kebijakan seperti Penyederhanaan perizinan (Permen LHK No. P.24/2020), subsidi bibit, pembebasan PBB untuk lahan agroforestri, sertifikasi produk kayu ramah lingkungan (SVLK), program nasional seperti Perhutanan Sosial (target 12,7 juta ha), Gerakan Nasional Pemulihan DAS, dan Desa Mandiri Peduli Gambut menjadi tulang punggung pelaksanaannya.
Namun, Nurheni menekankan bahwa keberhasilan agroforestri bergantung pada kolaborasi erat antara pemerintah dan masyarakat.
Partisipasi masyarakat, kearifan lokal seperti sistem Repong Damar dan Kebun Talun, serta dukungan kelembagaan lokal seperti KTH dan lembaga adat menjadi faktor penting.
“Kunci keberhasilan model-model ini terletak pada pelibatan masyarakat, kemampuan untuk menghasilkan berbagai jenis manfaat dari satu lahan, pendekatan adaptif sesuai kondisi hidrologi dan salinitas, serta dukungan kebijakan seperti sertifikasi produk ramah lingkungan,” jelasnya.
Baca juga: Upaya Pemulihan DAS Cisadane Lewat Pertanian Regeneratif dan Agroforestri
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya