Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Pemulihan DAS Cisadane Lewat Pertanian Regeneratif dan Agroforestri

Kompas.com - 17/03/2025, 17:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Proyek Pangrango-Halimun-Salak (Pahala) menggagas pemulihan Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane di Kabupaten Bogor dengan pelibatan masyarakat melalui pertanian regeneratif dan agroforestri.

Proyek tersebut merupakan kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten Bogor, SNV, dan Rekonvasi Bhumi.

Country Director SNV Rizki Pandu Permana mengatakan, selama dua tahun berjalan, proyek tersebut telah menghimpun 600 petani dan 55 petani unggulan, mendistribusikan lebih dari 7.000 bibit, serta membangun 4 hektar area percontohan atau demplot pertanian regeneratif.

Baca juga: Menteri LHK Tinjau Langsung Pemulihan Material di Fasilitas Waste4Change

"Ke depan, melalui pendekatan forum multipihak, agroforestri, dan penguatan komunitas, kami berharap Pahala dapat direplikasi di DAS lain di Indonesia," kata Rizki dikutip dari siaran pers, Jumat (14/3/2025).

Perwakilan Rekonvasi Bhumi Bidang Kelembagaan, Rudy Hartono, berujar, Indikator perbaikan lingkungan juga mulai terlihat, termasuk inisiatif warga dalam menjaga kebersihan sungai.

"Harapannya, program ini bisa mencegah bencana ekologis dan memperkuat konservasi air," papar Rudy.

Rekonvasi Bhumi mendorong keterlibatan aktor multi-pihak dalam Proyek Pahala.

Upaya ini mendorong terbentuknya Forum Koordinasi Pengelolaan sub-DAS Cisadane Hulu (FKPCH) yang melibatkan pemerintah kabupaten, sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan masyarakat.

Baca juga: Ganti Rugi Pemulihan Lingkungan Capai Rp 20 Triliun, tapi Belum Masuk Kas Negara

Proyek ini juga memperkenalkan praktik agroforestri regeneratif, meningkatkan kapasitas petani, dan mendukung pengembangan bisnis berbasis komunitas kelompok usaha masyarakat.

Peningkatan kesadaran

Salah satu perwakilan kelompok usaha masyarakat dalam Proyek Pahala, Asep Maliki, menuturkan, kondisi DAS Cisadane sebelumnya kurang terawat.

Menurutnya, hal tersebut dikarenakan banyaknya lahan terdegradasi dan rendahnya kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan.

Asep menambahkan, setelah Proyek Pahala hadir, mulai terjadi perubahan nyata di lapangan.

"Dulu, aktivitas penebangan pohon di hulu DAS Cisadane cukup sering terjadi untuk membuka lahan. Kini, masyarakat mulai diberi alternatif mata pencaharian yang lebih berkelanjutan, sehingga tekanan terhadap hutan berkurang," ucap Asep.

Baca juga: Biaya Pemulihan Tambang Pasir Laut 5 Kali Lebih Mahal daripada Pendapatan

Dia berujar, penghijauan juga mulai dilakukan, pohon-pohon yang hilang mulai ditanam kembali, dan kondisi lingkungan pun semakin membaik.

Dampak terbesar yang dirasakan adalah peningkatan kualitas air bersih.

"Banjir dan longsor sempat menjadi ancaman. Sekarang, dengan adanya edukasi dan keterlibatan warga dalam menjaga lingkungan, kita bisa ikut mencegah bencana," ucap Asep.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Bogor Suryanto Putra menuturkan, Implementasi Proyek Pahala diharapkan dapat membantu memperkuat upaya konservasi, dengan pendekatan yang mengintegrasikan kegiatan usaha di kawasan hulu dengan keberlanjutan ekosistem.

"Penting bagi kita untuk dapat memadukan aktivitas ekonomi dengan kelestarian lingkungan, sehingga keduanya tidak saling merusak tetapi justru saling memberikan kontribusi yang positif," papar Suryanto.

Baca juga: Belum Ada Capres Paparkan Pemulihan Korban Karhutla

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Ahli IPB Beberkan Alasan PSN di Pulau Rempang Harus Dievaluasi

Ahli IPB Beberkan Alasan PSN di Pulau Rempang Harus Dievaluasi

Pemerintah
2 Anak Harimau Sumatera lahir di Sanctuary Barumun, Dinamai Nunuk dan Ninik

2 Anak Harimau Sumatera lahir di Sanctuary Barumun, Dinamai Nunuk dan Ninik

Pemerintah
Dukung SDG's, Santika Indonesia Hotels & Resorts Hadirkan “Spirit of Sustainability”

Dukung SDG's, Santika Indonesia Hotels & Resorts Hadirkan “Spirit of Sustainability”

Swasta
IPB Soroti Bias Gender di Sektor Pertanian: Perempuan Tani Masih Terpinggirkan

IPB Soroti Bias Gender di Sektor Pertanian: Perempuan Tani Masih Terpinggirkan

Swasta
Perubahan Iklim, Salju Akan Makin Langka pada Akhir Abad Ini

Perubahan Iklim, Salju Akan Makin Langka pada Akhir Abad Ini

Pemerintah
Kunci Indonesia Bersih dari Sampah: Warga yang Tidak Malas

Kunci Indonesia Bersih dari Sampah: Warga yang Tidak Malas

LSM/Figur
Cara Sustainable Ekstraksi Nikel Ditemukan, Indonesia Perlu Jajaki

Cara Sustainable Ekstraksi Nikel Ditemukan, Indonesia Perlu Jajaki

Pemerintah
BRIN-Denmark Kembangkan Reaktor Nuklir Model Terbaru

BRIN-Denmark Kembangkan Reaktor Nuklir Model Terbaru

Pemerintah
Ancaman Perubahan Iklim Makin Nyata, Picu Banjir hingga Badai Tropis

Ancaman Perubahan Iklim Makin Nyata, Picu Banjir hingga Badai Tropis

Pemerintah
Punya Banyak Manfaat, Kota Harus Utamakan Infrastruktur Hijau

Punya Banyak Manfaat, Kota Harus Utamakan Infrastruktur Hijau

LSM/Figur
Inisiatif China yang Wajib Ditiru, Bangkitkan Listrik Hijau lewat Restorasi Ekosistem

Inisiatif China yang Wajib Ditiru, Bangkitkan Listrik Hijau lewat Restorasi Ekosistem

Pemerintah
KLH Susun Rencana Adaptasi Nasional Atasi Dampak Krisis Iklim

KLH Susun Rencana Adaptasi Nasional Atasi Dampak Krisis Iklim

Pemerintah
Mau Atasi Sampah, Perlu Ubah Dulu Pola Pikir Anak Sekolah

Mau Atasi Sampah, Perlu Ubah Dulu Pola Pikir Anak Sekolah

LSM/Figur
Inggris Coba Tangkap Karbon dari Laut, Makan Duit Rp 438 Triliun

Inggris Coba Tangkap Karbon dari Laut, Makan Duit Rp 438 Triliun

Pemerintah
Jual-Beli Cula Badak dan Taring Harimau, WN China Terancam 10 Tahun Penjara

Jual-Beli Cula Badak dan Taring Harimau, WN China Terancam 10 Tahun Penjara

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau