KOMPAS.com - Populasi penguin kaisar di Antartika telah menyusut hampir seperempat karena pemanasan global mengubah habitat es mereka.
Hasil tersebut disimpulkan setelah ilmuwan memantau enam belas koloni spesies penguin terbesar di dunia ini menggunakan satelit.
Enam belas koloni tersebut berada di Semenanjung Antartika, Laut Weddell, dan Laut Bellingshausen, mewakili hampir sepertiga populasi penguin kaisar global.
Apa yang peneliti temukan adalah kondisi populasi penguin jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan sebelumnya, bahkan jika dibandingkan dengan proyeksi terburuk yang dihasilkan oleh model komputer.
Para peneliti mengetahui bahwa perubahan iklim adalah penyebab penurunan populasi yang terjadi, tetapi kecepatan penurunannya sangat mengkhawatirkan dan terjadi lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.
Baca juga: Perubahan Iklim Perparah Sebaran Bakteri Resistan Antibiotik di Tanah
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications: Earth & Environment, menemukan bahwa jumlah populasi menurun 22 persen dalam 15 tahun hingga tahun 2024 untuk koloni-koloni yang dipantau.
Temuan terbaru ini jauh lebih mengkhawatirkan dan lebih besar dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yang menunjukkan penurunan hanya 9,5 persen di seluruh Antartika antara 2009 dan 2018.
Peningkatan suhu menyebabkan es di tempat-tempat penting bagi perkembangbiakan penguin menjadi tipis dan tidak stabil.
Ini sangat berbahaya karena penguin membutuhkan platform es yang kokoh dan stabil untuk membangun sarang, meletakkan telur, dan membesarkan anak-anaknya dengan aman.
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa koloni penguin telah kehilangan semua anak-anak mereka karena es yang menjadi pijakan mereka runtuh, membuat anak-anak penguin yang baru menetas jatuh ke laut sebelum mereka cukup dewasa untuk bertahan di lautan yang membeku.
"Penguin kaisar mungkin merupakan contoh paling jelas bagaimana perubahan iklim benar-benar menunjukkan dampaknya," ungkap Peter Fretwell, ilmuwan yang terlibat dalam studi ini seperti dikutip dari Science Alert, Selasa (17/6/2025).
Baca juga: Studi: Polusi Suara Manusia Ancam Kesejahteraan Fauna di Antartika
Penelitian baru ini sendiri menggunakan citra satelit resolusi tinggi selama bulan Oktober dan November, sebelum wilayah tersebut mengalami musim dingin yang gelap.
Fretwell pun mengungkapkan penelitian di masa depan bisa menggunakan jenis pemantauan satelit lain, seperti radar atau pencitraan termal untuk mengetahui populasi di bulan-bulan yang lebih gelap serta memperluas jangkauan koloni lainnya.
"Kita memiliki gambaran yang menyedihkan tentang perubahan iklim dan populasi penguin yang menurun lebih cepat dari yang kita duga. Tapi belum terlambat," katanya.
"Jika manusia berubah dan jika kita mengurangi emisi, maka kita akan menyelamatkan penguin kaisar," tambah Fretwell.
Studi tahun 2020 menyatakan bahwa ada sekitar 250.000 pasangan penguin kaisar yang berkembang biak, dan semuanya berlokasi di Antartika.
Anak penguin kaisar menetas dari telur yang dihangatkan selama musim dingin oleh pejantan, sementara betina dalam pasangan penangkaran memulai ekspedisi mencari ikan selama dua bulan.
Ketika penguin kembali ke koloni, penguin betina memberi makan anak penguin dengan memuntahkan makanan dan kemudian kedua induknya bergantian mencari makan.
Untuk bertahan hidup sendiri, anak penguin harus mengembangkan bulu kedap air, sebuah proses yang biasanya dimulai pada pertengahan Desember.
Baca juga: Kotoran Penguin Mampu Dinginkan Planet, Bagaimana Caranya?
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya