Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi

Kompas.com - 17/06/2025, 20:02 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Populasi penguin kaisar di Antartika telah menyusut hampir seperempat karena pemanasan global mengubah habitat es mereka.

Hasil tersebut disimpulkan setelah ilmuwan memantau enam belas koloni spesies penguin terbesar di dunia ini menggunakan satelit.

Enam belas koloni tersebut berada di Semenanjung Antartika, Laut Weddell, dan Laut Bellingshausen, mewakili hampir sepertiga populasi penguin kaisar global.

Apa yang peneliti temukan adalah kondisi populasi penguin jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan sebelumnya, bahkan jika dibandingkan dengan proyeksi terburuk yang dihasilkan oleh model komputer.

Para peneliti mengetahui bahwa perubahan iklim adalah penyebab penurunan populasi yang terjadi, tetapi kecepatan penurunannya sangat mengkhawatirkan dan terjadi lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.

Baca juga: Perubahan Iklim Perparah Sebaran Bakteri Resistan Antibiotik di Tanah

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications: Earth & Environment, menemukan bahwa jumlah populasi menurun 22 persen dalam 15 tahun hingga tahun 2024 untuk koloni-koloni yang dipantau.

Temuan terbaru ini jauh lebih mengkhawatirkan dan lebih besar dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yang menunjukkan penurunan hanya 9,5 persen di seluruh Antartika antara 2009 dan 2018.

Peningkatan suhu menyebabkan es di tempat-tempat penting bagi perkembangbiakan penguin menjadi tipis dan tidak stabil.

Ini sangat berbahaya karena penguin membutuhkan platform es yang kokoh dan stabil untuk membangun sarang, meletakkan telur, dan membesarkan anak-anaknya dengan aman.

Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa koloni penguin telah kehilangan semua anak-anak mereka karena es yang menjadi pijakan mereka runtuh, membuat anak-anak penguin yang baru menetas jatuh ke laut sebelum mereka cukup dewasa untuk bertahan di lautan yang membeku.

"Penguin kaisar mungkin merupakan contoh paling jelas bagaimana perubahan iklim benar-benar menunjukkan dampaknya," ungkap Peter Fretwell, ilmuwan yang terlibat dalam studi ini seperti dikutip dari Science Alert, Selasa (17/6/2025).

Baca juga: Studi: Polusi Suara Manusia Ancam Kesejahteraan Fauna di Antartika

Penelitian baru ini sendiri menggunakan citra satelit resolusi tinggi selama bulan Oktober dan November, sebelum wilayah tersebut mengalami musim dingin yang gelap.

Fretwell pun mengungkapkan penelitian di masa depan bisa menggunakan jenis pemantauan satelit lain, seperti radar atau pencitraan termal untuk mengetahui populasi di bulan-bulan yang lebih gelap serta memperluas jangkauan koloni lainnya.

"Kita memiliki gambaran yang menyedihkan tentang perubahan iklim dan populasi penguin yang menurun lebih cepat dari yang kita duga. Tapi belum terlambat," katanya.

"Jika manusia berubah dan jika kita mengurangi emisi, maka kita akan menyelamatkan penguin kaisar," tambah Fretwell.

Studi tahun 2020 menyatakan bahwa ada sekitar 250.000 pasangan penguin kaisar yang berkembang biak, dan semuanya berlokasi di Antartika.

Anak penguin kaisar menetas dari telur yang dihangatkan selama musim dingin oleh pejantan, sementara betina dalam pasangan penangkaran memulai ekspedisi mencari ikan selama dua bulan.

Ketika penguin kembali ke koloni, penguin betina memberi makan anak penguin dengan memuntahkan makanan dan kemudian kedua induknya bergantian mencari makan.

Untuk bertahan hidup sendiri, anak penguin harus mengembangkan bulu kedap air, sebuah proses yang biasanya dimulai pada pertengahan Desember.

Baca juga: Kotoran Penguin Mampu Dinginkan Planet, Bagaimana Caranya?

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Usung Kearifan Lokal, BREWi JAYA Jadi Wujud Bisnis Berkelanjutan UB untuk Pendidikan Terjangkau
Usung Kearifan Lokal, BREWi JAYA Jadi Wujud Bisnis Berkelanjutan UB untuk Pendidikan Terjangkau
LSM/Figur
OECD: Biaya Kekeringan Diperkirakan Naik 35 Persen pada 2035
OECD: Biaya Kekeringan Diperkirakan Naik 35 Persen pada 2035
Pemerintah
Ramai PHK dan Susah Dapat Kerja? FAO Ajak Lirik Sektor Pertanian
Ramai PHK dan Susah Dapat Kerja? FAO Ajak Lirik Sektor Pertanian
LSM/Figur
Perubahan Iklim Bakal Bikin Aroma Vanila Alami Lebih Sulit Didapatkan
Perubahan Iklim Bakal Bikin Aroma Vanila Alami Lebih Sulit Didapatkan
LSM/Figur
KLH Perketat PROPER, Klaim Perusahaan Bakal Diikuti Survei Lapangan
KLH Perketat PROPER, Klaim Perusahaan Bakal Diikuti Survei Lapangan
Pemerintah
ITS Perluas Akses Beasiswa, Dorong Pendidikan Inklusif
ITS Perluas Akses Beasiswa, Dorong Pendidikan Inklusif
Swasta
MethaneSAT Hilang di Angkasa, Pemantauan Emisi Metana di Ujung Tanduk
MethaneSAT Hilang di Angkasa, Pemantauan Emisi Metana di Ujung Tanduk
Swasta
Mangrove Diselamatkan, Manusia dan Buaya Sama-Sama Aman
Mangrove Diselamatkan, Manusia dan Buaya Sama-Sama Aman
LSM/Figur
Jual Kayu Ilegal, Direktur Perusahaan Terancam 15 Tahun Penjara
Jual Kayu Ilegal, Direktur Perusahaan Terancam 15 Tahun Penjara
Pemerintah
Semua Kawasan Komersial di Jakarta Harus Kelola Sampah Mandiri, Tak Bebani APBD
Semua Kawasan Komersial di Jakarta Harus Kelola Sampah Mandiri, Tak Bebani APBD
Pemerintah
Bus Listrik Bisa Pangkas Emisi GRK, tetapi Berpotensi Jadi Proyek FOMO
Bus Listrik Bisa Pangkas Emisi GRK, tetapi Berpotensi Jadi Proyek FOMO
Swasta
Tambang Ancam Ekosistem Kerapu dan Ketahanan Pangan di Raja Ampat
Tambang Ancam Ekosistem Kerapu dan Ketahanan Pangan di Raja Ampat
LSM/Figur
Susu Terancam Panas Ekstrem, Produksinya Turun 10 Persen oleh Iklim
Susu Terancam Panas Ekstrem, Produksinya Turun 10 Persen oleh Iklim
Pemerintah
Setiap Makanan Berisiko Terkontaminasi Mikroplastik dari Kemasan
Setiap Makanan Berisiko Terkontaminasi Mikroplastik dari Kemasan
Pemerintah
Transisi Energi Terbarukan yang Adil Tingkatkan PDB Global 21 Persen
Transisi Energi Terbarukan yang Adil Tingkatkan PDB Global 21 Persen
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau