KOMPAS.com - University of the Witwatersrand di Afrika Selatan berhasil memetakan serta mengidentifikasi lokasi terbaik seluas 195 juta hektar tempat kita dapat memperbaiki hutan serta memerangi perubahan iklim.
Peta restorasi hasil studi yang terbit di jurnal Nature Communications tersebut menjadi peta paling akurat dan bakal mendukung upaya perlindungan satwa liar, peningkatan produksi pangan, dan menjaga ketersediaan air bersih.
Baca juga: Raja Ampat, Jejak Kerusakan Hutan, dan Harapannya
Area seluas 195 juta hektar yang cocok ini mungkin lebih kecil dari yang diperkirakan sebelumnya, tetapi bisa jadi target strategis yang nyata dan efektif untuk membantu mencapai tujuan iklim global tanpa menimbulkan dampak negatif.
Mengutip Phys, Kamis (19/6/2025), peta reforestasi baru ini lebih akurat sebab memasukkan dampak kompleks seperti efek albedo sebagai pertimbangan.
Selain itu, peta ini juga bisa jadi referensi untuk menghindari penanaman pohon di ekosistem alami yang seharusnya tidak diubah, seperti padang rumput atau area rawan kebakaran, demi melindungi keanekaragaman hayati dan mencegah dampak negatif yang tidak diinginkan.
Penelitian tentang reforestasi ini secara langsung juga mendukung sebuah inisiatif besar di Afrika yang disebut "Roadmap for Just Systems Transformations for Africa's People and Nature".
Baca juga: Kemenhut Cabut Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan di Pulau Wawonii
Negara-negara Afrika menyumbang kurang dari 5 persen emisi karbon global namun menghadapi dampak iklim yang tidak proporsional sekaligus memiliki potensi besar untuk solusi berbasis alam.
Studi juga mengingatkan bahwa penanaman pohon tidak bisa dilakukan secara membabi buta di semua tempat.
Sangat penting untuk memahami sejarah ekologis dan jenis ekosistem alami suatu area agar upaya restorasi benar-benar bermanfaat bagi iklim dan keanekaragaman hayati, dan tidak justru menimbulkan kerugian.
Profesor Forrest Fleischman, salah satu penulis studi dari University of Minnesota menambahkan, kebijakan reforestasi harus sangat memperhatikan hak atas tanah dan ketergantungan masyarakat pada sumber daya alam, terutama di negara-negara di mana hak-hak politik warga tidak dihormati.
Penelitian ini pun menjadi pengingat penting bahwa menanam pohon itu baik, tapi tidak cukup. Untuk benar-benar memerangi perubahan iklim, kita harus menanam dan melindungi hutan, sekaligus secara besar-besaran mengurangi emisi karbon dari industri.
Baca juga: Perubahan Iklim Ubah Laguna Pesisir Jadi Lebih Asin, Restorasi Jadi Solusi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya