Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peta Baru Ungkap 195 Juta Hektar Lahan Potensial untuk Perbaikan Hutan

Kompas.com - 19/06/2025, 18:40 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - University of the Witwatersrand di Afrika Selatan berhasil memetakan serta mengidentifikasi lokasi terbaik seluas 195 juta hektar tempat kita dapat memperbaiki hutan serta memerangi perubahan iklim.

Peta restorasi hasil studi yang terbit di jurnal Nature Communications tersebut menjadi peta paling akurat dan bakal mendukung upaya perlindungan satwa liar, peningkatan produksi pangan, dan menjaga ketersediaan air bersih.

Baca juga: Raja Ampat, Jejak Kerusakan Hutan, dan Harapannya

Area seluas 195 juta hektar yang cocok ini mungkin lebih kecil dari yang diperkirakan sebelumnya, tetapi bisa jadi target strategis yang nyata dan efektif untuk membantu mencapai tujuan iklim global tanpa menimbulkan dampak negatif.

Mengutip Phys, Kamis (19/6/2025), peta reforestasi baru ini lebih akurat sebab memasukkan dampak kompleks seperti efek albedo sebagai pertimbangan.

Selain itu, peta ini juga bisa jadi referensi untuk menghindari penanaman pohon di ekosistem alami yang seharusnya tidak diubah, seperti padang rumput atau area rawan kebakaran, demi melindungi keanekaragaman hayati dan mencegah dampak negatif yang tidak diinginkan.

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

Penelitian tentang reforestasi ini secara langsung juga mendukung sebuah inisiatif besar di Afrika yang disebut "Roadmap for Just Systems Transformations for Africa's People and Nature".

Baca juga: Kemenhut Cabut Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan di Pulau Wawonii

Negara-negara Afrika menyumbang kurang dari 5 persen emisi karbon global namun menghadapi dampak iklim yang tidak proporsional sekaligus memiliki potensi besar untuk solusi berbasis alam.

Studi juga mengingatkan bahwa penanaman pohon tidak bisa dilakukan secara membabi buta di semua tempat.

Sangat penting untuk memahami sejarah ekologis dan jenis ekosistem alami suatu area agar upaya restorasi benar-benar bermanfaat bagi iklim dan keanekaragaman hayati, dan tidak justru menimbulkan kerugian.

Profesor Forrest Fleischman, salah satu penulis studi dari University of Minnesota menambahkan, kebijakan reforestasi harus sangat memperhatikan hak atas tanah dan ketergantungan masyarakat pada sumber daya alam, terutama di negara-negara di mana hak-hak politik warga tidak dihormati.

Penelitian ini pun menjadi pengingat penting bahwa menanam pohon itu baik, tapi tidak cukup. Untuk benar-benar memerangi perubahan iklim, kita harus menanam dan melindungi hutan, sekaligus secara besar-besaran mengurangi emisi karbon dari industri.

Baca juga: Perubahan Iklim Ubah Laguna Pesisir Jadi Lebih Asin, Restorasi Jadi Solusi

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
Pemerintah
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
LSM/Figur
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Swasta
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Pemerintah
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Pemerintah
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
LSM/Figur
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
BUMN
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
LSM/Figur
Menteri LH Minta Perusahaan Bantu Kelola Sampah Warga Pakai Dana CSR
Menteri LH Minta Perusahaan Bantu Kelola Sampah Warga Pakai Dana CSR
Pemerintah
Lumba-Lumba Muncul di Laut Jakarta, Jadi Momentum Perkuat Perlindungan Perairan
Lumba-Lumba Muncul di Laut Jakarta, Jadi Momentum Perkuat Perlindungan Perairan
LSM/Figur
Kemenperin Dorong Industri Lapor Emisi Lewat SIINas
Kemenperin Dorong Industri Lapor Emisi Lewat SIINas
Pemerintah
Pertamina Gandeng Kelompok Tani Hutan Perkuat Perhutanan Sosial
Pertamina Gandeng Kelompok Tani Hutan Perkuat Perhutanan Sosial
BUMN
Pemerintah Resmikan Pasar Perdagangan Sertifikat EBT ICDX
Pemerintah Resmikan Pasar Perdagangan Sertifikat EBT ICDX
Swasta
Perubahan Iklim, Situs Warisan Dunia Terancam Kekeringan atau Banjir
Perubahan Iklim, Situs Warisan Dunia Terancam Kekeringan atau Banjir
LSM/Figur
Ancaman Tersembunyi Perubahan Iklim, Bikin Nutrisi Makanan Turun
Ancaman Tersembunyi Perubahan Iklim, Bikin Nutrisi Makanan Turun
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau