KOMPAS.com - Badan Energi Internasional (IEA) mengungkapkan permintaan minyak global akan turun sedikit pada 2030. Penurunan permintaan ini bakal menjadi yang pertama sejak pandemi Covid 2020.
Laporan tahunan tentang pasar minyak, IEA menyebutkan beberapa alasan mengapa permintaan minyak mentah diperkirakan akan melambat atau menurun.
Penyebab itu antara lain dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang lamban, ketegangan perdagangan global, meningkatnya penggunaan mobil listrik, dan pergeseran dari minyak mentah untuk pembangkit listrik.
Mengutip Techxplore, Kamis (19/6/2025) IEA melihat masa depan minyak yang semakin terbatas pertumbuhannya.
Setelah periode pertumbuhan moderat di 2025-2026, laju pertumbuhan akan melambat drastis menjadi sangat kecil, dan bahkan diprediksi mulai berkurang pada tahun 2030.
Baca juga: Di Negara Minyak, Sekjen PBB Minta Subsidi Bahan Bakar Fosil Dipangkas
Total permintaan diperkirakan mencapai 105,5 juta barel per hari pada tahun 2030 setelah mencapai puncaknya pada 105,6 juta barel per hari pada tahun 2029.
Pada tahun 2020, permintaan minyak dunia turun sangat drastis hingga mencapai 91,7 juta barel per hari (bpd). Penurunan ini terjadi karena banyak negara memberlakukan lockdown dan menutup perbatasan mereka sebagai upaya mengendalikan penyebaran virus COVID-19.
Namun, setelah penurunan tajam di tahun 2020 tersebut, permintaan minyak kembali tumbuh secara bertahap di tahun-tahun berikutnya seiring dengan mulai pulihnya aktivitas ekonomi dan pelonggaran pembatasan akibat pandemi.
Laporan ini juga memprediksi bahwa dua raksasa ekonomi dan konsumen minyak terbesar dunia akan segera mencapai titik balik dalam konsumsi minyak mereka.
Amerika Serikat diperkirakan akan mencapai puncak konsumsi tahun dan mulai menurun tahun 2026.
Sementara konsumsi China, importir minyak mentah terbesar akan turun mulai tahun 2028.
Permintaan di Timur Tengah juga akan mencapai puncaknya pada tahun 2027 dan menurun pada tahun berikutnya.
Arab Saudi diperkirakan akan mengalami penurunan permintaan minyak domestik terbesar dibandingkan negara mana pun di dunia hingga tahun 2030.
Hal ini terjadi karena Arab Saudi sendiri sedang gencar mengganti penggunaan minyak mentah dengan gas dan energi terbarukan untuk menghasilkan listrik.
Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol menyampaikan bahwa kenaikan harga minyak yang terjadi belakangan ini tidak mencerminkan kondisi pasar yang sesungguhnya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya