Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Bisnis Kian Kompleks di Tengah Krisis yang Saling Terhubung, Bagaimana Cara agar Bisa Bertahan?

Kompas.com, 24 Juni 2025, 15:05 WIB
ADW,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Ketegangan terbaru antara Iran dan Israel kembali menyulut gejolak global. sejak Jumat (13/6/2025). Konflik ini pun memicu kekacauan geopolitik, memunculkan kekhawatiran dampak lanjutan pada pasokan energi, logistik global, dan stabilitas regional.

Di saat krisis geopolitik masih berlangsung, bencana juga tetap menunjukkan ancamannya. Akhir Mei 2025, di Pegunungan Alpen Swiss, gletser Birch longsor dahsyat menghantam Desa Blatten. Sebanyak 90 persen desa hancur total tertimbun jutaan ton es dan batu. 

Di tengah rentetan konflik geopolitik yang menciptakan ketidakstabilan global dan bencana yang terus terjadi, gambaran risiko sistemik dunia semakin mengemuka. 

Laporan terbaru PBB pun semakin mempertegas besarnya skala ancaman yang sedang dihadapi.

Baca juga: PBB: Kerugian Bencana 10 Kali Lebih Besar dari Perkiraan

Diberitakan Kompas.com, Sabtu (31/5/2025), laporan dari UNDRR, lembaga PBB yang bergerak dalam pengurangan risiko bencana mengungkapkan, kerugian akibat bencana alam secara global diperkirakan telah mencapai 2,3 triliun dollar AS per tahun. Angka ini 10 kali lipat lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Sebagian besar kerugian itu selama ini tidak tercatat dalam pembukuan resmi. Kerugian ini tersembunyi di balik kerusakan jangka panjang infrastruktur, hilangnya produktivitas, terganggunya pasokan global, hingga meningkatnya beban kesehatan masyarakat.

Pendekatan lama tidak lagi mampu menghadapi kompleksitas risiko

Selama ini, manajemen risiko dalam banyak organisasi masih berfokus pada ancaman finansial yang terukur, seperti fluktuasi pasar, gangguan operasional, atau perubahan harga. Risiko-risiko tersebut dipetakan secara sektoral dan dianggap berdiri sendiri.

Namun, krisis yang terjadi belakangan menunjukkan bahwa risiko kini saling terkait. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah, misalnya, tidak hanya mengancam stabilitas politik, tetapi juga memicu lonjakan harga energi, mengganggu logistik global, hingga menekan ekonomi domestik berbagai negara. 

Baca juga: Transformasi ESG di Tengah Guncangan Geopolitik Global

Risiko-risiko itu bergerak cepat, saling memperbesar dampak satu sama lain. Sayangnya, banyak pendekatan manajemen risiko konvensional gagal membaca efek berantai seperti ini. 

Ketika krisis datang, banyak organisasi baru mulai bereaksi. Padahal, dalam kondisi dunia yang semakin tidak pasti, pendekatan reaktif seperti itu justru memperbesar potensi kerugian.

Pengelolaan risiko berbasis keberlanjutan, jawaban di era ketidakpastian

Melihat kompleksitas risiko yang saling terhubung, banyak perusahaan dan lembaga kini mulai mengadopsi pendekatan pengelolaan risiko yang lebih menyeluruh, yaitu pengelolaan risiko berbasis keberlanjutan atau ESG Risk Management.

Berbeda dengan manajemen risiko konvensional yang semata fokus pada kerugian finansial jangka pendek, pendekatan ini mengintegrasikan tiga aspek kunci, yakni environmental (lingkungan), social (sosial), dan governance (tata kelola) ke dalam sistem pengambilan keputusan bisnis.

Aspek lingkungan mencakup upaya mitigasi dampak perubahan iklim, mengelola penggunaan sumber daya alam secara bijak, serta memperkuat ketahanan terhadap bencana. Di sisi sosial, perusahaan memperhatikan hak pekerja, relasi dengan komunitas sekitar, serta tanggung jawab rantai pasok. 

Baca juga: ESG Bukan Lagi Kewajiban tetapi Mesin Inovasi dan Pertumbuhan

Sementara dari sisi tata kelola, transparansi, integritas, serta pengambilan keputusan yang akuntabel menjadi fondasi utama.

Dengan pendekatan itu, risiko tidak hanya dipetakan berdasarkan apa yang terjadi di dalam bisnis, tetapi juga bagaimana bisnis tersebut dipengaruhi sekaligus memberi pengaruh pada lingkungan sosial dan ekosistem di sekitarnya. 

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
Pemerintah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
LSM/Figur
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
Swasta
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Swasta
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
LSM/Figur
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
LSM/Figur
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
LSM/Figur
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Pemerintah
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
Pemerintah
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
LSM/Figur
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
LSM/Figur
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
LSM/Figur
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Pemerintah
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
LSM/Figur
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau