KOMPAS.com - Studi baru yang dilakukan oleh Institut Federal Swiss untuk Penelitian Hutan, Salju, dan Lanskap (WSL) mengungkap, pohon di perkotaan memiliki efek pendinginan yang penting, bahkan dalam cuaca yang sangat panas.
Saat matahari terik, pepohonan di kota punya cara alami untuk mendinginkan sekitarnya. Mereka melakukannya dengan menguapkan air melalui daun-daunnya. Proses ini mirip dengan bagaimana tubuh kita berkeringat untuk mendinginkan diri.
Namun, kemampuan pohon untuk mendinginkan ini ada batasnya.
Jika suhu daun naik di atas 30 - 35 derajat C, proses fotosintesis tidak akan berfungsi lagi. Pada titik ini, pori-pori daun akan menutup untuk mencegah kehilangan air lebih banyak sehingga akan berhenti untuk mendinginkan lingkungannya.
Akan tetapi ada kabar baik juga yang terungkap dari studi baru ini.
Seperti dikutip dari Phys, Selasa (24/6/2025), dalam studinya peneliti menyelidiki bagaimana pohon platanus bereaksi terhadap kondisi yang sangat ekstrem.
Baca juga: Mengurai Jejak Pohon, Begini Kiprah 2 Perempuan Peneliti di Garis Depan Forensik Kayu Indonesia
Peneliti menemukan bahkan pada suhu di atas 39 derajat C, pohon-pohon ini terus menguapkan air jauh lebih banyak dari yang diperkirakan.
Ini berarti mereka secara efektif terus mendinginkan area di sekitarnya, meskipun suhu udara sangat panas.
Christoph Bachofen, peneliti utama studi, bersama timnya memasang alat pengukur pada delapan pohon platanus di daerah pinggiran kota Geneva, pada musim semi 2023.
Alat sensor tersebut mencatat aliran getah di dalam batang pohon. Dari data aliran getah ini, tim peneliti dapat menyimpulkan berapa banyak air yang diuapkan oleh pohon, dan dengan demikian, mengetahui seberapa besar kemampuan pohon tersebut dalam mendinginkan lingkungan sekitar.
Dan pada musim panas di tahun yang sama, Geneva mengalami dua gelombang panas ekstrem dengan suhu rekor yang mencapai hampir 40 derajat C.
Kondisi ini secara tidak sengaja menjadi kesempatan sempurna bagi peneliti untuk melihat bagaimana pohon-pohon tersebut bekerja di bawah tekanan panas yang sangat tinggi.
Tim peneliti mendapatkan hasil yang berlawanan dari perkiraan mereka. Mereka mengira pohon-pohon itu akan berhenti mengalirkan air saat suhu sangat panas dan udara sangat kering.
Namun yang terjadi justru sebaliknya, aliran air dalam pohon justru meningkat seiring dengan kenaikan suhu.
Para peneliti menduga bahwa cadangan air yang dalam di dalam tanah adalah salah satu faktor yang membantu pohon platanus untuk terus menguapkan air meskipun dalam kondisi panas ekstrem.
Baca juga: Jangan Remehkan, Pohon Mati Masih Efektif Simpan Karbon
Kendati mekanisme bagaimana pohon menguapkan air belum jelas, fakta bahwa pohon-pohon tetap menguapkan banyak air bahkan saat suhu sangat panas adalah berita baik bagi iklim di perkotaan.
Artinya, pohon-pohon tersebut bakal terus menyediakan efek pendinginan alami meskipun dalam kondisi yang paling ekstrem.
Seiring hari-hari dengan suhu di atas 30 derajat C semakin sering terjadi,
kemampuan pohon untuk terus mendinginkan lingkungan menjadi sangat penting untuk menjaga kota-kota tetap layak huni di tengah tren peningkatan suhu global ini.
Lebih lanjut, peneliti pun berencana untuk mengambil langkah penting berikutnya yakni mencari tahu seberapa efektif spesies pohon lain menguapkan air saat suhu sangat panas.
Dengan informasi ini, mereka bisa memberikan rekomendasi mengenai jenis pohon mana yang paling cocok ditanam di perkotaan supaya tidak hanya mampu bertahan tetapi juga mendinginkan lingkungan di tengah panas ekstrem.
Di masa depan, fungsi pendinginan ini pun akan menjadi semakin krusial mengingat tren peningkatan suhu global.
Studi dipublikasikan di Urban Forestry & Urban Greening.
Baca juga: Pohon yang Beragam Bikin Kota Tangguh Iklim dan Warga Bahagia
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya