Khusus di Amerika Utara, para investor lebih menyoroti ketidakpastian politik sebagai penghambat keberlanjutan dibanding investor dari wilayah lain.
Mengenai faktor pendorong, survei menemukan bahwa faktor yang paling umum disebut oleh para eksekutif sebagai yang paling penting dalam mewujudkan strategi keberlanjutan perusahaan mereka adalah kemajuan teknologi (33 persen).
Diikuti oleh lingkungan ekonomi dan operasional yang mendukung sebesar 32 persen, dan meningkatnya permintaan pelanggan sebesar 28 persen.
Baca juga: Studi Ungkap Konsumen Harapkan Bisnis Atasi Perubahan Iklim
Meskipun para eksekutif semakin melihat keberlanjutan sebagai peluang penciptaan nilai, survei juga menemukan adanya peningkatan kesadaran akan risiko.
Menurut laporan tersebut, 57 persen eksekutif melaporkan bahwa perusahaan mereka telah mengalami peristiwa terkait iklim selama 12 bulan terakhir yang memengaruhi operasional, dengan responden dari Asia Pasifik (APAC) menjadi yang paling mungkin mengalaminya, yaitu 73 persen.
Peristiwa yang paling sering disebutkan meliputi panas ekstrem sebesar 55 persen responden, diikuti oleh cuaca ekstrem atau badai sebesar 53 persen, dan kebakaran hutan atau asap sebesar 36 persen.
Dampak bisnis spesifik terkait iklim yang dialami selama 12 bulan terakhir meliputi peningkatan biaya operasional pada 54 persen responden, gangguan pada tenaga kerja pada 40 persen, dan kerugian pendapatan karena gangguan bisnis atau kegagalan rantai pasokan pada 39 persen.
Menurut survei sebanyak 60 persen responden mengantisipasi dampak negatif dari risiko fisik terkait iklim dalam 5 tahun ke depan.
Selain itu, lebih dari dua pertiga juga mengantisipasi bisnis mereka akan terdampak oleh risiko transisi iklim.
Walaupun sadar akan risiko iklim, sebagian besar perusahaan (lebih dari 80 persen) merasa cukup atau sangat siap untuk menghadapi dan meningkatkan ketahanan terhadap ancaman tersebut.
"Laporan ini menyimpulkan bahwa keberlanjutan adalah kunci untuk menciptakan nilai jangka panjang. Perusahaan kini semakin menyatukan strategi bisnis dengan prioritas keberlanjutan untuk membangun usaha yang kuat dan siap menghadapi tantangan di masa depan," ungkap Jessica Alsford, Chief Sustainability Officer dan Ketua Institute for Sustainable Investing di Morgan Stanley.
Baca juga: Bright Side Tarif 19 Persen AS, Peluang bagi Produk Hijau dan Iklim
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya