Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Riset Ahli: Udara Bersih Asia Timur Justru Ungkap Wajah Asli Krisis Iklim

Kompas.com - 24/07/2025, 11:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Laura Wilcox* dan Bjørn H. Samset**

KOMPAS.com - Laju pemanasan global terus meningkat sejak 2010, membawa kita pada tahun-tahun terpanas dalam sejarah.

Penyebab pasti dari semakin cepatnya kenaikan suhu Bumi ini masih belum sepenuhnya dipahami dan menjadi salah satu pertanyaan terbesar dalam dunia sains saat ini.

Studi terbaru kami mengungkapkan bahwa penurunan polusi udara, terutama di Cina dan Asia Timur, menjadi salah satu alasan utama mengapa pemanasan global kini berlangsung lebih cepat.

Sebelumnya, kebijakan global untuk mengurangi emisi sulfur dari sektor pelayaran sempat disebut-sebut sebagai faktor penyebab. Sulfur dioksida (SO?) dari pembakaran bahan bakar kapal membentuk aerosol (partikel halus) di atmosfer yang meredam panas matahari masuk ke Bumi.

Hal itu secara tidak sengaja menekan laju pemanasan global. Ketika selubung itu hilang, maka Bumi memanas.

Namun, upaya itu baru dimulai pada 2020 dan dianggap terlalu lemah untuk menjelaskan percepatan pemanasan global yang terjadi.

Para peneliti NASA menduga bahwa perubahan pola awan mungkin turut berperan, baik karena berkurangnya tutupan awan di wilayah tropis maupun di Samudra Pasifik bagian utara.

Namun, satu faktor penting yang belum banyak dihitung secara rinci adalah dampak dari upaya besar-besaran negara-negara di Asia Timur—terutama China—dalam mengatasi polusi udara lewat kebijakan yang ketat.

Sejak 2013, emisi sulfur dioksida (SO?) di Asia Timur sudah turun sebesar 75 persen. Upaya pembersihan polusi itu gencar dilakukan tepat ketika pemanasan global terasa semakin parah.

Studi kami menelusuri keterkaitan antara perbaikan kualitas udara di Asia Timur dan suhu global. Riset ini melibatkan delapan tim pemodel iklim dari berbagai belahan dunia.

Kami menemukan bahwa udara yang tercemar selama ini mungkin telah menutupi dampak keseluruhan dari pemanasan global. Udara yang kini lebih bersih justru mengungkapkan lebih jelas kondisi sesungguhnya pemanasan global yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia.

Selain menyebabkan jutaan kematian dini, polusi udara “menyelubungi” sebagian panas matahari sehingga permukaan planet terasa lebih dingin. Jumlah polusi yang besar selama ini mampu menahan laju pemanasan global akibat emisi yang dihasilkan oleh aktivitas manusia hingga sekitar 0.5 derajat C dalam satu abad terakhir.

Baca juga: Paparan Polusi Udara saat Anak-Anak Berdampak Hingga Usia Remaja

Namun, ketika polusi udara dibersihkan—yang mana tentu ini sangat penting untuk kesehatan manusia—"payung buatan" itu ikut lenyap. Karena emisi gas rumah kaca tetap meningkat, permukaan Bumi kini memanas lebih cepat dari sebelumnya.

Memodelkan dampak pembersihan polusi

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Dukung Komitmen Iklim Nasional, TSE Group Resmikan Pembangkit Biogas Kurangi Emisi dan Konsumsi Solar
Dukung Komitmen Iklim Nasional, TSE Group Resmikan Pembangkit Biogas Kurangi Emisi dan Konsumsi Solar
Swasta
eMaggot, Platform Jual Beli Online Maggot untuk Pengolahan Sampah
eMaggot, Platform Jual Beli Online Maggot untuk Pengolahan Sampah
Pemerintah
4.700 Hektare Bekas Lahan Sawit di Tesso Nilo Kembali Ditanami
4.700 Hektare Bekas Lahan Sawit di Tesso Nilo Kembali Ditanami
Pemerintah
Perkuat Sabuk Hijau Hadapi Krisis Iklim, Pemprov DKI Jakarta Tanam 10.000 Mangrove di 4 Pesisir
Perkuat Sabuk Hijau Hadapi Krisis Iklim, Pemprov DKI Jakarta Tanam 10.000 Mangrove di 4 Pesisir
Pemerintah
Dalam 3 Bulan, 4700 Hektare Sawit di Tesso Nilo Telah Dimusnahkan
Dalam 3 Bulan, 4700 Hektare Sawit di Tesso Nilo Telah Dimusnahkan
Pemerintah
Terobosan Formula E, Olahraga Pertama dengan Sertifikasi Net Zero BSI
Terobosan Formula E, Olahraga Pertama dengan Sertifikasi Net Zero BSI
Swasta
Pakar Katakan, Intervensi Iklim di Laut Sia-sia jika Tata Kelolanya Masih Sama Buruknya
Pakar Katakan, Intervensi Iklim di Laut Sia-sia jika Tata Kelolanya Masih Sama Buruknya
LSM/Figur
KLH Luncurkan Waste Crisis Center, Pusat Layanan Pengelolaan Sampah
KLH Luncurkan Waste Crisis Center, Pusat Layanan Pengelolaan Sampah
Pemerintah
ICDX: REC Bukan Cuma Sertifikat, Bisa Jadi Stimulus Capai Target EBT
ICDX: REC Bukan Cuma Sertifikat, Bisa Jadi Stimulus Capai Target EBT
Swasta
Terjadi di Seismic Gap, Gempa Rusia Alarm Bahaya buat Indonesia
Terjadi di Seismic Gap, Gempa Rusia Alarm Bahaya buat Indonesia
LSM/Figur
Ahli Ungkap 2 Hal Penting dalam Konservasi Harimau, Harus Jadi Indikator Kemajuan
Ahli Ungkap 2 Hal Penting dalam Konservasi Harimau, Harus Jadi Indikator Kemajuan
LSM/Figur
KKP Siapkan Peta Nasional Terumbu Karang dan Padang Lamun, Diluncurkan Akhir 2025
KKP Siapkan Peta Nasional Terumbu Karang dan Padang Lamun, Diluncurkan Akhir 2025
Pemerintah
KLH Pastikan Target Penurunan Emisi NDC Kedua Lebih Ambisius
KLH Pastikan Target Penurunan Emisi NDC Kedua Lebih Ambisius
Pemerintah
Perkuat Kolaborasi untuk Wujudkan SDGs, FEM IPB Kirim Mahasiswa KKN ke 2 Negara
Perkuat Kolaborasi untuk Wujudkan SDGs, FEM IPB Kirim Mahasiswa KKN ke 2 Negara
Pemerintah
Hasilkan 1 Juta Ton Limbah per Hari, Lampung Siap Olah Sampah Jadi Listrik
Hasilkan 1 Juta Ton Limbah per Hari, Lampung Siap Olah Sampah Jadi Listrik
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau