Oleh Laura Wilcox* dan Bjørn H. Samset**
KOMPAS.com - Laju pemanasan global terus meningkat sejak 2010, membawa kita pada tahun-tahun terpanas dalam sejarah.
Penyebab pasti dari semakin cepatnya kenaikan suhu Bumi ini masih belum sepenuhnya dipahami dan menjadi salah satu pertanyaan terbesar dalam dunia sains saat ini.
Studi terbaru kami mengungkapkan bahwa penurunan polusi udara, terutama di Cina dan Asia Timur, menjadi salah satu alasan utama mengapa pemanasan global kini berlangsung lebih cepat.
Sebelumnya, kebijakan global untuk mengurangi emisi sulfur dari sektor pelayaran sempat disebut-sebut sebagai faktor penyebab. Sulfur dioksida (SO?) dari pembakaran bahan bakar kapal membentuk aerosol (partikel halus) di atmosfer yang meredam panas matahari masuk ke Bumi.
Hal itu secara tidak sengaja menekan laju pemanasan global. Ketika selubung itu hilang, maka Bumi memanas.
Namun, upaya itu baru dimulai pada 2020 dan dianggap terlalu lemah untuk menjelaskan percepatan pemanasan global yang terjadi.
Para peneliti NASA menduga bahwa perubahan pola awan mungkin turut berperan, baik karena berkurangnya tutupan awan di wilayah tropis maupun di Samudra Pasifik bagian utara.
Namun, satu faktor penting yang belum banyak dihitung secara rinci adalah dampak dari upaya besar-besaran negara-negara di Asia Timur—terutama China—dalam mengatasi polusi udara lewat kebijakan yang ketat.
Sejak 2013, emisi sulfur dioksida (SO?) di Asia Timur sudah turun sebesar 75 persen. Upaya pembersihan polusi itu gencar dilakukan tepat ketika pemanasan global terasa semakin parah.
Studi kami menelusuri keterkaitan antara perbaikan kualitas udara di Asia Timur dan suhu global. Riset ini melibatkan delapan tim pemodel iklim dari berbagai belahan dunia.
Kami menemukan bahwa udara yang tercemar selama ini mungkin telah menutupi dampak keseluruhan dari pemanasan global. Udara yang kini lebih bersih justru mengungkapkan lebih jelas kondisi sesungguhnya pemanasan global yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia.
Selain menyebabkan jutaan kematian dini, polusi udara “menyelubungi” sebagian panas matahari sehingga permukaan planet terasa lebih dingin. Jumlah polusi yang besar selama ini mampu menahan laju pemanasan global akibat emisi yang dihasilkan oleh aktivitas manusia hingga sekitar 0.5 derajat C dalam satu abad terakhir.
Baca juga: Paparan Polusi Udara saat Anak-Anak Berdampak Hingga Usia Remaja
Namun, ketika polusi udara dibersihkan—yang mana tentu ini sangat penting untuk kesehatan manusia—"payung buatan" itu ikut lenyap. Karena emisi gas rumah kaca tetap meningkat, permukaan Bumi kini memanas lebih cepat dari sebelumnya.
Memodelkan dampak pembersihan polusi
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya