Tim kami menggunakan 160 simulasi komputer dari delapan model iklim global. Dengan ini, kami bisa lebih akurat menghitung dampak polusi udara dari Asia Timur terhadap suhu dan pola curah hujan global.
Kami mensimulasikan skenario pembersihan polusi yang serupa dengan yang terjadi di dunia sejak 2010. Hasilnya, terdapat tambahan pemanasan global sekitar 0,07 derajat C.
Angka ini mungkin terlihat kecil dibandingkan total pemanasan global sejak 1850 (sekitar 1,3 derajat C). Namun sebenarnya kenaikan itu cukup signifikan untuk menjelaskan percepatan pemanasan yang kita rasakan belakangan ini.
Apalagi kami telah mengeluarkan pengaruh fluktuasi suhu tahunan akibat siklus alami seperti El Niño, fenomena iklim di Pasifik yang menghangatkan suhu global.
Berdasarkan tren jangka panjang, seharusnya kita hanya mengalami pemanasan sekitar 0,23 derajat C sejak 2010. Namun, pengamatan menunjukkan kenaikan suhu mencapai 0,33 derajat C.
Tambahan 0,1 derajat C ini sebagian besar bisa dijelaskan oleh pembersihan polusi udara di Asia Timur.
Faktor lain yang juga berperan adalah penurunan emisi sektor pelayaran serta lonjakan konsentrasi metana di atmosfer belakangan ini.
Polusi udara mendinginkan Bumi dengan cara mengubah sifat awan sehingga lebih banyak memantulkan sinar matahari. Pembersihan polusi udara di Asia Timur mengurangi efek bayangan ini di wilayah tersebut.
Baca juga: Polusi Udara Kian Parah, Pemerintah Didesak Terapkan Baku Mutu Nasional
Berkurangnya polusi juga juga menurunkan jumlah polutan yang terbawa angin melintasi Samudra Pasifik utara. Ini membuat awan di Pasifik timur memantulkan lebih sedikit sinar matahari.
Pola perubahan di wilayah Pasifik Utara yang kami simulasikan dalam model studi ini cocok dengan apa yang terlihat dalam pengamatan satelit. Hasil pemodelan ataupun pengamatan suhu membuktikan kawasan tersebut memanas secara signifikan, khususnya di wilayah yang tertiup angin dari Asia Timur.
Penyebab utama pemanasan global tetaplah emisi gas rumah kaca. Mengurangi polusi udara adalah langkah yang perlu dan sudah seharusnya dilakukan.
Pembersihan ini bukan penyebab tambahan pemanasan, melainkan menghilangkan efek pendinginan buatan yang selama ini menutupi sebagian dampak dari perubahan iklim—seperti cuaca ekstrem dan konsekuensi lainnya.
Pemanasan global akan terus berlanjut selama beberapa dekade ke depan. Dan tentu saja, emisi gas rumah kaca yang kita hasilkan di masa lalu dan yang masih kita hasilkan saat ini akan terus memengaruhi iklim hingga berabad-abad ke depan.
Sebaliknya, polusi udara dapat menghilang dari atmosfer dengan cepat. Jadi, percepatan pemanasan global akibat hilangnya efek pendinginan dari polusi ini kemungkinan hanya akan berlangsung sementara.
Baca juga: Bank Dunia: Polusi Jakarta Turun 19 Persen jika Mau Investasi 55 Juta Dollar AS
* Professor, National Centre for Atmospheric Science, University of Reading
** Senior Researcher in Climate and Atmospheric Sciences, Center for International Climate and Environment Research - Oslo
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya