Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Plastik Bikin Boncos, Kerugiannya Tembus 1,5 Triliun Dolar AS

Kompas.com - 05/08/2025, 19:32 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah laporan terbaru yang dipublikasikan di Lancet menyatakan bahwa 'krisis plastik' di seluruh dunia telah menimbulkan kerugian tahunan sebesar 1,5 triliun dolar AS bagi pemerintah dan pembayar pajak.

Biaya itu muncul karena mereka berusaha berupaya menangani dampak plastik yang mencemari daratan, laut, dan tubuh, yang menyebabkan cedera, disabilitas, dan kematian yang terus meningkat.

Menurut tinjauan tersebut, produksi plastik diproyeksikan akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2060.

Kurang dari 10 persen dari plastik tersebut didaur ulang, dan saat ini sekitar 8.000 megaton telah mencemari planet.

Plastik diketahui menimbulkan bahaya di setiap tahapan siklus hidupnya, mulai dari proses penambangan bahan bakar fosil dan produksi, hingga penggunaannya oleh manusia dan akhirnya dibuang ke lingkungan.

"Plastik merupakan bahaya yang serius, terus berkembang, dan kurang disadari bagi kesehatan manusia dan planet," tulis laporan itu, dikutip dari NBC, Senin (4/8/2025).

Baca juga: Laporan OECD: Tanpa Kebijakan Tegas, Asia Tenggara Bakal Alami Ledakan Sampah Plastik

"Plastik menyebabkan penyakit dan kematian sejak bayi hingga usia lanjut dan berkontribusi terhadap perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati,"

Dan bahaya itu, sayangnya ditanggung secara tidak proporsional oleh populasi berpenghasilan rendan berisiko.

Ini adalah peringatan serius terbaru dari para ahli mengenai keberadaan di mana-mana dan ancaman yang ditimbulkan oleh plastik yang disebut sebagai 'materi penentu zaman.'

Para ilmuwan selama puluhan tahun memperingatkan tentang ditemukannya plastik di lautan dan sungai, kini mikroplastik juga ditemukan di dalam tubuh manusia, bahkan di air susu ibu dan jaringan otak.

Laporan Lancet ini juga menandai dimulainya sistem pemantauan baru yang disebut "The Lancet Countdown on health and plastics." Sistem ini bertujuan untuk melacak upaya politik dalam mengatasi masalah plastik.

Laporan ini diluncurkan bertepatan dengan putaran pembicaraan terbaru dan terakhir di Jenewa, di mana 175 negara sedang berupaya menyusun Perjanjian Plastik Global pertama di dunia.

Baca juga: Riset: Serat Plastik Dongkrak Emisi Industri Fashion 7,5 Persen

Para pegiat berharap pembicaraan tersebut akan menghasilkan target wajib untuk mengurangi produksi plastik.

Namun, diketahui sekelompok negara, termasuk China, Rusia, Iran, dan Arab Saudi, menentang langkah tersebut dan sebaliknya melobi agar fokus pada peningkatan daur ulang plastik.

Jurnal Lancet menyatakan pula bahwa perusahaan-perusahaan petrokimia raksasa adalah 'pemicu utama' dari meningkatnya produksi plastik. Mereka mengubah arah bisnisnya ke produk plastik sebagai akibat dari penurunan permintaan global terhadap energi fosil.

Dampak plastik

Berbagai jenis plastik dibuat dari hingga 16.000 bahan kimia. Bahan-bahan ini 'masuk ke dalam tubuh manusia melalui pencernaan, pernapasan, dan penyerapan kulit,' sering kali berasal dari wadah makanan dan minuman serta kemasan.

Bayi yang belum lahir, balita, dan anak kecil "sangat berisiko," dengan dampak buruk termasuk keguguran, malformasi fisik, penurunan fungsi kognitif, dan diabetes.

Bagi orang dewasa, risikonya meliputi penyakit kardiovaskular, stroke, dan kanker.

"Mengingat kesenjangan pengetahuan yang cukup besar tentang bahan kimia plastik, masuk akal untuk menyimpulkan bahwa dampak penuh bahan kimia ini terhadap kesehatan masih diremehkan dan beban penyakit yang saat ini dikaitkan dengannya masih diremehkan," tulis laporan ini lagi.

"Pengendalian krisis plastik akan membutuhkan penelitian berkelanjutan yang dipadukan dengan intervensi berbasis sains hukum, kebijakan, pemantauan, penegakan hukum, insentif, dan inovasi," tambah laporan tersebut.

Baca juga: Larangan Plastik Segera dan Serentak Hemat Uang 8 Triliun Dolar AS

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Sejarawan: Masalah Krisis Iklim Dimulai Sekitar 200 Tahun Lalu
Sejarawan: Masalah Krisis Iklim Dimulai Sekitar 200 Tahun Lalu
Pemerintah
Ahli Ungkap Sidik Jari Genetik Penyu, Penting untuk Kompas Konservasi
Ahli Ungkap Sidik Jari Genetik Penyu, Penting untuk Kompas Konservasi
Pemerintah
Jaga Populasi, TN Way Kambas Gencarkan 'Breeding' Gajah Sumatera
Jaga Populasi, TN Way Kambas Gencarkan "Breeding" Gajah Sumatera
Pemerintah
261 Gajah Hidup di Way Kambas, Konservasi Berlanjut di Tengah Ancaman
261 Gajah Hidup di Way Kambas, Konservasi Berlanjut di Tengah Ancaman
Pemerintah
Ecoton Ungkap Mikroplastik Kiriman Ancam Kesehatan Bayi di Jawa Timur
Ecoton Ungkap Mikroplastik Kiriman Ancam Kesehatan Bayi di Jawa Timur
LSM/Figur
Bappenas: Potensi Filantropi Rp 600 T, Penting untuk Capai SDGs
Bappenas: Potensi Filantropi Rp 600 T, Penting untuk Capai SDGs
Pemerintah
Sisa 87 Ekor dan Cuma Ada di Indonesia, Badak Jawa di Ujung Kepunahan
Sisa 87 Ekor dan Cuma Ada di Indonesia, Badak Jawa di Ujung Kepunahan
Pemerintah
Plastik Bikin Boncos, Kerugiannya Tembus 1,5 Triliun Dolar AS
Plastik Bikin Boncos, Kerugiannya Tembus 1,5 Triliun Dolar AS
LSM/Figur
Luncurkan Inovasi Data Center Modular, GSPE Tegaskan Komitmen untuk Indonesia yang Lebih Hijau dan Terhubung
Luncurkan Inovasi Data Center Modular, GSPE Tegaskan Komitmen untuk Indonesia yang Lebih Hijau dan Terhubung
Swasta
Vatikan Berambisi Jadi Negara Netral Karbon Pertama lewat Ladang Surya
Vatikan Berambisi Jadi Negara Netral Karbon Pertama lewat Ladang Surya
Pemerintah
RI-Australia Rilis Fitur Jalur Dekarbonisasi Bus Listrik
RI-Australia Rilis Fitur Jalur Dekarbonisasi Bus Listrik
Pemerintah
Bus Makin Modern tetapi Belum Inklusif, Perempuan dan Disabilitas Terpinggirkan
Bus Makin Modern tetapi Belum Inklusif, Perempuan dan Disabilitas Terpinggirkan
LSM/Figur
Musim-Musim Baru Bermunculan karena Kerusakan Lingkungan, Apa Dampaknya?
Musim-Musim Baru Bermunculan karena Kerusakan Lingkungan, Apa Dampaknya?
LSM/Figur
Edukasi Masa Depan Rendah Karbon, Indocement dan Sun Energy Resmikan 'Chargee' di TMII
Edukasi Masa Depan Rendah Karbon, Indocement dan Sun Energy Resmikan "Chargee" di TMII
Swasta
Lama Menghidupi Warga, Walhi Ungkap PLTMH Kalimaron Kini Terancam Krisis Iklim
Lama Menghidupi Warga, Walhi Ungkap PLTMH Kalimaron Kini Terancam Krisis Iklim
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau