Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Air Tawar Dunia Menyusut, Sumbang Kenaikan Permukaan Laut Lebih Besar

Kompas.com, 18 Agustus 2025, 13:52 WIB
Manda Firmansyah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

 JAKARTA, KOMPAS.com - Perubahan iklim tidak hanya mencairkan es di Kutub, tetapi juga menggerus pasokan air tawar di daratan.

Sebuah studi terbaru mengungkap, hilangnya air tawar yang mengalir ke laut kini berkontribusi lebih besar terhadap kenaikan permukaan laut global dibandingkan mencairnya lapisan es di Greenland maupun Antarktika.

Penemuan ini berdasarkan pengamatan satelit NASA melalui misi Gravity Recovery and Climate Experiment (GRACE) dan misi lanjutannya yang berlangsung lebih dari dua dekade sejak 2002.

“Kami menemukan bahwa benua-benua (selain Greenland dan Antarktika) mengalami tingkat pengeringan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Setiap tahunnya, area yang mengering bertambah setara dua kali luas negara bagian California,” kata tim peneliti yang dipimpin Hrishikesh Chandanpurkar dari Universitas FLAME, India, seperti dilansir Science Alert dikutip Senin (18/8/2025).

Para peneliti menilai, manusia telah mengganggu siklus air Bumi dengan emisi gas rumah kaca, alih fungsi lahan, serta pengalihan aliran air.

Kondisi ini membuat wilayah ‘basah’ semakin basah, sementara wilayah ‘kering’ justru mengering lebih cepat.

Akibatnya, sumber air tawar—baik dari danau, sungai, maupun air tanah di akuifer—terus menipis. Saat ini, sekitar 75 persen penduduk dunia tinggal di 101 negara yang pasokan air tawarnya semakin berkurang.

Pergeseran terbesar terjadi di wilayah lintang tinggi seperti Kanada dan Rusia, yang biasanya basah karena es dan permafrost, namun kini mengalami penyusutan cadangan air daratan.

Sementara di kawasan tanpa gletser, seperti Amerika Tengah dan Eropa, penurunan cadangan air daratan mencapai **68 persen**, terutama akibat kekeringan ekstrem dan eksploitasi air tanah.

Air Tanah Jadi Andalan, tapi Terus Terkuras

Emisi bahan bakar fosil yang mengubah pola curah hujan membuat masyarakat makin bergantung pada air tanah. Namun, penggunaan berlebihan memperburuk krisis.

Di sektor pertanian, misalnya, Lembah Tengah California—penghasil 70 persen almond dunia—sangat bergantung pada air tanah untuk irigasi. Hal serupa terjadi pada kawasan sekitar Laut Aral yang mengandalkan air tanah bagi produksi kapas.

“Pengambilan air tanah secara berlebihan menjadi faktor terbesar penurunan penyimpanan air daratan, sekaligus memperparah dampak kenaikan suhu dan kekeringan ekstrem,” jelas para peneliti.

Para ahli menekankan, melindungi pasokan air tanah merupakan kunci di tengah ancaman iklim global. Mereka mendorong adanya kebijakan di tingkat regional, nasional, hingga internasional untuk mengembangkan pengelolaan air tanah yang lebih berkelanjutan.

“Meskipun upaya memperlambat perubahan iklim kerap tersendat, tidak ada alasan mengapa upaya untuk memperlambat laju pengeringan benua harus bernasib sama,” tegas tim peneliti.

Menurut mereka, langkah mitigasi perlu segera disiapkan agar dunia mampu menghadapi masa depan yang lebih kering akibat perubahan iklim dan krisis air tanah.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Pemerintah
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
LSM/Figur
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
BUMN
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Swasta
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pemerintah
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
LSM/Figur
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
LSM/Figur
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Pemerintah
Ketika Motor Listrik Jadi Andalan Ojol untuk Cari Rezeki
Ketika Motor Listrik Jadi Andalan Ojol untuk Cari Rezeki
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau