KOMPAS.com - Teknologi modern seperti mobil listrik dan pusat data AI membutuhkan listrik dalam jumlah besar.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, beberapa cara dilakukan. Misalnya dengan memanfaatkan fusi nuklir.
Secara teori, fusi nuklir atau proses yang menggabungkan atom untuk menghasilkan panas dan menggerakkan generator dapat menyediakan energi dalam jumlah besar dengan emisi minimal.
Dalam proses ini, sebuah atom plutonium atau uranium membelah untuk melepaskan energi dan partikel yang disebut neutron. Neutron ini kemudian membelah lebih banyak atom, menciptakan reaksi berantai fisi yang menyediakan aliran energi yang stabil.
Namun, fusi nuklir merupakan proyek yang mahal karena salah satu bahan bakar utamanya, yaitu tritium adalah versi hidrogen yang langka.
Kendati demikian, para peneliti sedang mengembangkan sistem baru untuk membuat tritium dari limbah nuklir.
Baca juga: Korsel Genjot Kapasitas Nuklir, Diprediksi Jadi 29,8 GW pada 2035
Melansir Techxplore, Senin (18/8/2025), Tritium terbentuk secara alami di atmosfer bagian atas. Sumber komersial utamanya saat ini berasal dari reaktor fisi di Kanada.
"Total cadangan tritium di planet ini sekitar 25 kilogram dengan toleransi plus minus sekitar 14 kilogram," kata Terence Tarnowsky, fisikawan di Los Alamos National Laboratory (LANL).
Berdasarkan beberapa asumsi, sekitar 25 kilogram tritium cukup untuk memasok listrik bagi lebih dari 500.000 rumah selama enam bulan.
Tarnowsky kemudian melihat adanya peluang untuk menilai kelayakan penggunaan limbah nuklir yang masih radioaktif untuk menghasilkan tritium yang bernilai.
Dalam kasus ini, ia melihat potensi limbah tersebut di Amerika Serikat yang memiliki ribuan ton limbah nuklir yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga nuklir komersial.
Limbah ini mengandung bahan radioaktif tingkat tinggi yang memerlukan penyimpanan mahal agar tetap aman. Penyimpanan jangka panjang menimbulkan kekhawatiran tentang kebocoran radiasi ke lingkungan, yang berpotensi membahayakan tumbuhan dan satwa liar, atau menyebabkan kanker pada manusia.
Dalam studinya, ia telah melakukan beberapa simulasi komputer pada desain reaktor tritium potensial untuk mengevaluasi efisiensi produksi dan energinya.
Desain reaktor yang disimulasikan menggunakan akselerator partikel untuk memicu reaksi pembelahan atom dalam limbah nuklir. Saat atom-atom membelah dalam simulasi, mereka melepaskan neutron dan pada akhirnya menghasilkan tritium setelah serangkaian transisi nuklir lainnya.
Fitur akselerator ini memungkinkan operator untuk menyalakan atau mematikan reaksi, sehingga dianggap lebih aman daripada reaksi berantai yang terjadi di pembangkit listrik tenaga nuklir pada umumnya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya