Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Limbah Nuklir Berpotensi Jadi Sumber Bahan Bakar Reaktor Masa Depan

Kompas.com, 20 Agustus 2025, 18:31 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Teknologi modern seperti mobil listrik dan pusat data AI membutuhkan listrik dalam jumlah besar.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, beberapa cara dilakukan. Misalnya dengan memanfaatkan fusi nuklir.

Secara teori, fusi nuklir atau proses yang menggabungkan atom untuk menghasilkan panas dan menggerakkan generator dapat menyediakan energi dalam jumlah besar dengan emisi minimal.

Dalam proses ini, sebuah atom plutonium atau uranium membelah untuk melepaskan energi dan partikel yang disebut neutron. Neutron ini kemudian membelah lebih banyak atom, menciptakan reaksi berantai fisi yang menyediakan aliran energi yang stabil.

Namun, fusi nuklir merupakan proyek yang mahal karena salah satu bahan bakar utamanya, yaitu tritium adalah versi hidrogen yang langka.

Kendati demikian, para peneliti sedang mengembangkan sistem baru untuk membuat tritium dari limbah nuklir.

Baca juga: Korsel Genjot Kapasitas Nuklir, Diprediksi Jadi 29,8 GW pada 2035

Melansir Techxplore, Senin (18/8/2025), Tritium terbentuk secara alami di atmosfer bagian atas. Sumber komersial utamanya saat ini berasal dari reaktor fisi di Kanada.

"Total cadangan tritium di planet ini sekitar 25 kilogram dengan toleransi plus minus sekitar 14 kilogram," kata Terence Tarnowsky, fisikawan di Los Alamos National Laboratory (LANL).

Berdasarkan beberapa asumsi, sekitar 25 kilogram tritium cukup untuk memasok listrik bagi lebih dari 500.000 rumah selama enam bulan.

Tarnowsky kemudian melihat adanya peluang untuk menilai kelayakan penggunaan limbah nuklir yang masih radioaktif untuk menghasilkan tritium yang bernilai.

Dalam kasus ini, ia melihat potensi limbah tersebut di Amerika Serikat yang memiliki ribuan ton limbah nuklir yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga nuklir komersial.

Limbah ini mengandung bahan radioaktif tingkat tinggi yang memerlukan penyimpanan mahal agar tetap aman. Penyimpanan jangka panjang menimbulkan kekhawatiran tentang kebocoran radiasi ke lingkungan, yang berpotensi membahayakan tumbuhan dan satwa liar, atau menyebabkan kanker pada manusia.

Dalam studinya, ia telah melakukan beberapa simulasi komputer pada desain reaktor tritium potensial untuk mengevaluasi efisiensi produksi dan energinya.

Desain reaktor yang disimulasikan menggunakan akselerator partikel untuk memicu reaksi pembelahan atom dalam limbah nuklir. Saat atom-atom membelah dalam simulasi, mereka melepaskan neutron dan pada akhirnya menghasilkan tritium setelah serangkaian transisi nuklir lainnya.

Fitur akselerator ini memungkinkan operator untuk menyalakan atau mematikan reaksi, sehingga dianggap lebih aman daripada reaksi berantai yang terjadi di pembangkit listrik tenaga nuklir pada umumnya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau