Sejauh ini, dia memperkirakan bahwa sistem teoretis ini, yang beroperasi dengan energi 1 gigawatt dapat menghasilkan sekitar 2 kilogram tritium per tahun.
Salah satu keunggulan utama dari sistem yang dikembangkan oleh Tarnowsky adalah efisiensi dalam produksi tritium. Ia memperkirakan bahwa desain tersebut akan menghasilkan lebih dari 10 kali lipat tritium dibandingkan reaktor fusi dengan daya termal yang sama.
Baca juga: Energi Nuklir Eropa Perlu Suntikan Dana Lebih dari 240 Miliar Euro
Selanjutnya, Tarnowsky akan menghitung biaya produksi tritium setelah ia mendapatkan perhitungan yang lebih canggih mengenai efisiensi reaktor.
Ia akan menyempurnakan simulasinya untuk mengevaluasi lebih akurat efisiensi dan keamanan desain reaktor tersebut. Desain-desain ini sebagian besar sudah pernah dibuat sebelumnya, tetapi belum pernah digabungkan dengan cara seperti ini.
Sebagai contoh, ia berencana mengembangkan kode baru untuk model yang akan melapisi limbah nuklir dengan lelehan garam litium, sebuah desain yang sudah ada untuk reaktor berbahan bakar uranium tetapi baru digunakan untuk eksperimen ilmiah.
Semua ini mungkin terlihat rumit, tetapi bagi Tarnowsky, ini adalah bagian dari rencana untuk menggunakan teknologi yang sudah ada demi menekan biaya.
"Transisi energi adalah urusan yang mahal, dan kapan pun kita bisa mempermudahnya, kita harus mencobanya," katanya.
Temuan ini dipresentasikan pada pertemuan musim gugur American Chemical Society (ACS Fall 2025) yang diadakan pada 17-21 Agustus.
Baca juga: Demi AI, Meta Kontrak Pakai Nuklir dari Pembangkit yang Nyaris Tutup
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya