BOGOR, KOMPAS.com - Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), IPB menjaring ide-ide segar dan solusi inovatif dalam pengelolaan sistem agrifood berkelanjutan.
Essay Contest tersebut merupakan bagian dari kegiatan Summer Course Sustainable Agrifood Management in Indonesia (SAMI).
Salah satu pemenang Essay Contest, Nur Isabella dari Universiti Malaysia Sabah, dengan tulisannya yang berjudul Transforming Maize Production Through Push-Pull Technology for Resilient Indonesia.
Baca juga: IPB Dorong Terwujudnya Sistem Pangan Berkelanjutan untuk Hindari Konflik Global
Nur Isabella menulis esai tersebut karena terinspirasi tantangan yang dihadapi petani jagung di Indonesia, khususnya selama musim kemarau.
Sebagaimana diketahui, jagung merupakan tanaman yang membutuhkan perawatan ekstra, sehingga bisa meningkatkan biaya produksi.
Dalam esainya, Nur Isabella mengusulkan petani di Indonesia menggunakan teknologi push-pull untuk meningkatkan produksi jagung dengan cara yang lebih ramah lingkungan.
Menurut Nur Isabella, teknologi push-pull menawarkan solusi yang lebih efektif, sederhana, dan berfokus pada keterampilan.
"Jadi, ini gampang karena lebih pada kemahiran berbanding daripada menggunakan bahan-bahan yang mahal. Ini lebih pada kemahiran dibanding daripada modal," ujar Nur Isabella, Jumat (22/8/2025).
Melalui penggunaan teknologi push-pull, Nur Isabella berharap, petani jagung di Indonesia dapat mengurangi biaya produksi, serta menciptakan sistem pertanian yang lebih berkelanjutan.
Baca juga: 5 Prasyarat agar Swasembada Pangan Sejalan dengan Keberlanjutan
"Kalau menggunakan teknologi ini lebih murah, terus enggak membebani petani," ucapnya.
Ia mengkritik metode konvensional petani di Indonesia dalam produksi tanaman jagung, yang seringkali melibatkan penggunaan bahan kimia berbahaya dan pupuk sintesis mahal.
"Apalagi petani di Indonesia sekarang ini menggunakan racun kimia yang di mana itu enggak bagus kan buat makanan yang kita konsumsi setiap hari," tutur Nur Isabella.
Sementara itu, Ketua Juri Essay Contest, Indra Refipal Sembiring mengungkapkan, penilaian terhadap ide-ide yang disampaikan didasarkan pada beberapa aspek penting.
Pertama, problem solving atau kemampuan untuk menawarkan solusi terhadap masalah yang ada.
"Contohnya, masalahnya adalah produksi daging (sapi) yang sangat tinggi di dunia yang ternyata berdampak pada pemanasan global. Solusinya, dia (pemenang Essay Contest lain) memperkenalkan daging berbahan baku tanaman. Berbahan dasar tanaman. Jadi, sama kayak makanan vegetarian gitu," ujar Indra.
Baca juga: Reformasi Sistem Pangan Dunia Bisa Selamatkan Lahan Seluas 43 Juta Km Persegi
Kedua, orisinalitas ide. Kata dia, para juri Essay Contest menilai apakah ide yang disampaikan tersebut baru atau hanya meniru.
Ketiga, kualitas penulisan. Di antaranya, penilaian terhadap penggunaan kata dan kalimat yang tepat. Keempat, dampak penelitian.
Menurut Indra, para juri Essay Contest menilai apakah ide yang disampaikan bisa memberikan dampak positif untuk penelitian selanjutnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya