Siqi Zheng dari MIT, yang memimpin studi ini menambahkan bahwa studi ini akhirnya mengungkapkan kenaikan suhu tidak hanya mengancam kesehatan fisik atau produktivitas ekonomi tetapi juga memengaruhi perasaan orang-orang setiap hari di seluruh dunia.
Tak berhenti sampai sini, peneliti kemudian menggunakan model iklim untuk memprediksi bagaimana panas ekstrem dapat memengaruhi emosi manusia pada 2100.
Temuannya cukup mengejutkan. Bahkan dengan asumsi manusia akan beradaptasi dengan suhu yang lebih tinggi seiring waktu, peneliti memproyeksikan bahwa kesejahteraan emosional akan memburuk sebesar 2,3 persen hanya karena panas pada akhir abad ini.
Baca juga: Panas Ekstrem Membunuh Burung Tropis, Bikin Populasinya Anjlok
"Sekarang jelas, dengan studi kami yang sedang berlangsung ini, yang melengkapi temuan dari studi sebelumnya, bahwa cuaca mengubah sentimen dalam skala global," kata Nick Obradovich dari Sustainable Urbanization Lab dan Laureate Institute for Brain Research di Tulsa.
Seiring perubahan cuaca dan iklim, membantu individu menjadi lebih tangguh terhadap guncangan kondisi emosional mereka pun akan menjadi komponen penting dari adaptasi masyarakat secara keseluruhan.
Kendati demikian studi ini masih masih memiliki keterbatasan karena pengguna media sosial tidak sepenuhnya mewakili semua orang. Anak-anak dan lansia menggunakan media sosial lebih sedikit dibandingkan kelompok usia lainnya.
Ironisnya, mereka seringkali merupakan orang-orang yang paling rentan terhadap panas ekstrem, yang berarti dampak emosional nyata dari cuaca panas mungkin bahkan lebih buruk daripada yang diungkap dalam studi ini.
“Kami berharap studi ini membantu para peneliti, pembuat kebijakan, dan masyarakat lebih siap menghadapi dunia yang semakin panas,” tambah Zheng.
Penelitian ini pun membuka cara berpikir baru mengenai perubahan iklim yang sebagian besar berfokus pada dampak kesehatan fisik, kerusakan ekonomi atau kerusakan lingkungan melainkan juga potensi krisis kesehatan mental yang parah.
Baca juga: Bahaya di Balik Plastik yang Jadi Andalan, Ada Risiko Kanker hingga Fertilitas
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya