Keterkaitan pidato Prabowo dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDGs 13: Climate Action, sangat jelas. SDGs 13 menuntut aksi mendesak untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya.
Dalam pidatonya, Prabowo menegaskan bahwa komitmen Indonesia tidak hanya berkaitan dengan mitigasi, tetapi juga adaptasi.
Baca juga: Keracunan, Calo, dan Masa Depan Makan Bergizi Gratis
Indonesia siap memperkuat ketahanan masyarakat terhadap bencana iklim sekaligus berkontribusi dalam upaya global menurunkan emisi.
Dengan demikian, posisi Indonesia sejalan dengan mandat global dan memperlihatkan upaya mengintegrasikan isu iklim ke dalam seluruh aspek pembangunan nasional.
Meski demikian, pertanyaan besar tetap muncul: sejauh mana komitmen ini dapat diwujudkan dalam kebijakan konkret?
Publik domestik maupun internasional menanti bukti bahwa janji penghentian pembangunan PLTU batu bara, akselerasi energi terbarukan, dan program reforestasi benar-benar dijalankan.
Selama ini, Indonesia masih menghadapi tantangan besar berupa ketergantungan pada energi fosil, konflik kepentingan lahan, serta lemahnya penegakan hukum lingkungan.
Kredibilitas Indonesia akan sangat ditentukan oleh konsistensi antara narasi diplomasi di panggung PBB dan implementasi nyata di dalam negeri.
Kontras antara pidato Trump dan Prabowo mencerminkan dua jalan yang berbeda dalam menyikapi krisis iklim.
Trump memilih menutup mata terhadap sains dan mengutamakan kepentingan jangka pendek ekonomi domestik.
Sementara itu, Prabowo mencoba menunjukkan bahwa masa depan hanya bisa diselamatkan melalui aksi kolektif dan kolaborasi global.
Narasi Indonesia lebih menekankan keadilan iklim: negara-negara maju yang selama ini menjadi penyumbang emisi terbesar harus memikul tanggung jawab lebih besar dengan memberikan dukungan finansial, teknologi, dan transfer pengetahuan kepada negara-negara berkembang.
Dalam diplomasi iklim, posisi Indonesia yang ditegaskan Prabowo bisa dibaca sebagai upaya memperkuat kepemimpinan moral di tingkat global.
Baca juga: Ekonomi Abu-abu: Mesin Tersembunyi di Balik Pertumbuhan
Indonesia, meski dengan keterbatasan sumber daya, berani menyuarakan pentingnya solidaritas dan tanggung jawab bersama.
Hal ini sekaligus menegaskan bahwa Indonesia tidak ingin menjadi penonton dalam sejarah, melainkan aktor aktif yang ikut mengarahkan jalannya transisi global menuju keberlanjutan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya