Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oil Change International: Jepang Lakukan Kolonialisme Karbon di Asia Tenggara lewat Teknologi Gagal

Kompas.com, 15 Oktober 2025, 12:18 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Laporan terbaru Oil Change International mengungkap niat Jepang melakukan kolonialisme karbon di Asia Tenggara via penjualan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (Carbon Capture and Storage/CCS) yang dinilai gagal.

Dalam laporan bertajuk “Funding Failure: Japan’s $5.2 Billion Carbon Capture Plan to Derail Asia’s Energy Transition”, lembaga itu mencatat, sejak 2014, Jepang telah menggelontorkan dana publik senilai 5,2 miliar dollar AS untuk mendanai proyek CCS di kawasan Asia Tenggara.

Menurut Oil Change International, strategi tersebut bisa disebut sebagai bentuk kolonialisme karbon karena pada akhirnya Jepang berencana membuang limbah karbon dari energi kotor yang masih diproduksinya ke negara-negara Asia Tenggara.

Meski telah dikembangkan selama 50 tahun, CCS secara global hanya mampu menangkap sekitar 0,1 persen emisi karbon. Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) bahkan menempatkannya sebagai langkah mitigasi iklim paling mahal dan tidak efektif.

“Jepang mengekspor strategi transisi energi gagal ke seluruh Asia, menguncinya dalam adiksi bahan bakar fosil selama beberapa dekade. Padahal kawasan ini layak bertransisi adil menuju energi terbarukan,” kata Makiko Arima, Juru Kampanye Oil Change International.

Mendanai Ketergantungan Fosil, Bukan Transisi Energi

Data OII yang disusun bersama Friends of the Earth Japan menunjukkan bahwa subsidi publik Jepang mengalir ke raksasa energi yang diuntungkan dari eksploitasi bahan bakar fosil.

Baca juga: Carbon, Capture and Storage: Solusi Hijau Betulan atau Palsu?

Sejak meluncurkan Asia Zero Emission Community (AZEC) pada 2023, Jepang gencar mengampanyekan solusi iklim. Namun, dari 158 nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani AZEC hingga Oktober 2024, 35 persen justru terkait teknologi fosil, dan 23 di antaranya berupa proyek CCS.

Bahkan, dari sembilan proyek CCS prioritas yang ditetapkan Japan Organization for Metals and Energy Security (JOGMEC), empat proyek dirancang untuk mengirim CO? yang ditangkap di Jepang ke Malaysia dan Australia.

“Ini ketidakadilan lingkungan yang nyata. Kawasan kami yang paling sedikit berkontribusi terhadap krisis iklim justru dijadikan tempat pembuangan,” kata Menakshi Raaman, Presiden Sahabat Alam Malaysia, dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Rabu (16/10/2025).

Seruan Akhiri Subsidi “Teknologi Gagal”

OII mendorong pemerintah Jepang untuk menghapus seluruh subsidi bagi proyek CCS dan mengalihkannya ke pengembangan energi terbarukan serta infrastruktur transisi yang adil, terutama di Asia Tenggara—kawasan yang masih memiliki 99 persen potensi tenaga surya dan angin yang belum dimanfaatkan.

“Kami menyerukan diakhirinya subsidi yang sia-sia dan berbahaya ini, serta investasi pada solusi yang benar-benar melindungi komunitas di kawasan,” ujar Ayumi Fukakusa, Direktur Eksekutif Friends of the Earth Japan.

Sementara itu, James Bowen, analis kebijakan iklim dari Climate Analytics, memperingatkan bahwa strategi CCS Jepang berisiko menambah emisi baru yang bisa menggagalkan target Perjanjian Paris.

OII menutup laporannya dengan menegaskan bahwa Asia Tenggara berhak atas masa depan energi yang adil dan bersih, bukan menjadi tempat pembuangan limbah karbon negara maju.

Baca juga: Atasi Emisi karena AI, Big Tech Andalkan Nuklir dan Carbon Capture

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
LKC Dompet Dhuafa Gelar Seminar untuk Optimalkan Bahan Pangan Lokal Jadi MPASI
LKC Dompet Dhuafa Gelar Seminar untuk Optimalkan Bahan Pangan Lokal Jadi MPASI
LSM/Figur
Ironi, Studi Ungkap Situs Web Konferensi Iklim Lebih Berpolusi
Ironi, Studi Ungkap Situs Web Konferensi Iklim Lebih Berpolusi
Pemerintah
Uni Eropa Tindak Tegas 'Greenwashing' Maskapai yang Tebar Janji Keberlanjutan
Uni Eropa Tindak Tegas "Greenwashing" Maskapai yang Tebar Janji Keberlanjutan
Pemerintah
Kemenhut Godok 4 Regulasi Baru untuk Dongkrak Pasar Karbon Internasional
Kemenhut Godok 4 Regulasi Baru untuk Dongkrak Pasar Karbon Internasional
Pemerintah
Energi Terbarukan Global Meningkat Tiga Kali Lipat, China Memimpin
Energi Terbarukan Global Meningkat Tiga Kali Lipat, China Memimpin
Pemerintah
Proyek Konservasi Dunia Diam-diam Gagal, Target Alam Global Terancam
Proyek Konservasi Dunia Diam-diam Gagal, Target Alam Global Terancam
Pemerintah
40 Saksi Diperiksa dalam Kasus Kontaminasi Cesium-137 di Cikande
40 Saksi Diperiksa dalam Kasus Kontaminasi Cesium-137 di Cikande
Pemerintah
Kemenhut Ungkap Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Kemenhut Ungkap Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Pemerintah
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
LSM/Figur
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
Pemerintah
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Pemerintah
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
LSM/Figur
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
Pemerintah
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
LSM/Figur
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau