KOMPAS.com – Guna memitigasi bencana kebakaran lahan Gambut, Badan Restorasi Gambut dan Manggrove (BRGM) menggelar Sekolah Lapang Petani Gambut (SLPG) bagi para petani di Kalimantan Tengan (Kalteng) dan Kalimantan Selatan (Kalsel) pada Sabtu (6/5/2023) hingga Selasa (9/5/2023).
Sebelumnya, pada 2022, BRGM telah berhasil melatih 446 kader SLPG yang terdiri dari 290 kader laki– laki dan 159 kader perempuan dari enam provinsi di Tanah Air, yaitu Riau Jambi, Sumatera Selatan (Sumsel), Kalimantan Barat (Kalbar), Kalteng, dan Kalsel.
Kali ini, kelompok tani yang mengikuti pembelajaran lapangan tersebut berasal dari Kalteng dan Kalsel. Adapun petani Kalteng yang mengikuti pendampingan berasal dari Desa Baung dan Muara. Sementara, kelompok tani Kalsel berasal dari Desa Teluk Masjid.
Kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi BRGM Suwignya Utama mengatakan, petani tidak lagi membakar lahan dan menggunakan pupuk kimia dalam bertani.
Baca juga: BRGM Fokus Lakukan Restorasi Gambut agar Masyarakat Sumsel Sejahtera
Pada kegiatan sekolah lapang tersebut, lanjut Suwignya, petani diajarkan untuk membuka lahan tanpa bakar, membuat pupuk organik cair, dan pestisida alami.
“Dengan begitu, kebakaran hutan dan lahan dapat dicegah. Selain itu, petani antardaerah juga dapar saling berdiskusi dan bertukar pengalaman tentang pengalaman mereka,” ujar Suwignya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (14/5/2023).
Untuk diketahui, kegiatan SLPG sudah berjalan sejak 2018. Adapun program ini merupakan bentuk pendampingan BRGM kepada masyarakat tingkat tapak melalui pelatihan pengelolaan lahan gambut tanpa bakar dan penggunaan nutrisi alami.
Kader Mahir SLPG Kalteng Theti mengungkapkan, berkat pelatihan tersebut masyarakat kini bisa mengoptimalkan berbagai bahan yang tersedia serta hemat biaya produksi.
Baca juga: BRGM Dampingi Komunitas Lokal Perempuan Kelola Mangrove Jadi Bahan Pewarna Alami Kain
“Dengan memanfaatkan bahan organik di lingkungan, saya bisa membuat pupuk cair F1-Embio. Tanaman menjadi lebih subur dan tahan terhadap hama sekaligus hemat biaya produksi lantaran harga pupuk semakin mahal,” kata Theti.
Ia pun berharap, peserta sekolah lapang dapat mempraktikkan ilmu yang sudah dipelajari di desa masing-masing.
Setelah mendapatkan pelatihan sekolah lapang, peserta akan membangun mini demplot pengolahan lahan tanpa bakar (PLTB) yang lebih sustainable serta aktif dalam pemeliharaan demplot. Dengan begitu, mereka dapat menghasilkan produk pertanian dengan kualitas unggul.
Pada kesempatan tersebut, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Kalteng Merty Ilona mengapresiasi kegiatan SLPG yang diadakan BRGM.
Baca juga: BRGM bersama Tim P5 Susun Sarana Edukasi tentang Ekosistem Gambut untuk Murid SMA/SMK
“BRGM menerapkan tiga strategi dalam percepatan restorasi, yaitu rewetting (pembasahan kembali), revegetasi (penanaman kembali), dan revitalisasi ekonomi masyarakat. Dengan adanya sekolah lapang ini, petani dapat mandiri dalam pangan, mensejahterakan ekonomi, dan menjaga lingkungan”, ujar Merty.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya