Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
CIRCULAR ECONOMY

CIRCULAR ECONOMY

Mayora Raih Penghargaan Tertinggi dari BPOM soal Keberlanjutan Lingkungan

Kompas.com - 18/07/2023, 23:35 WIB
Hotria Mariana,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Mayora Group menyabet penghargaan Titanium dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk kategori “Keberlanjutan Lingkungan di Industri Farmasi dan Makanan 2023”.

Sebagai informasi, Titanium adalah penghargaan tertinggi dari BPOM. Mayora mendapatkannya karena dinilai sebagai perusahaan yang memiliki komitmen tinggi dalam menjalankan bisnis ramah lingkungan di seluruh rantai usaha.

Adapun penghargaan diserahkan langsung oleh Kepala BPOM Penny K Lukito kepada Direktur Sustainability Mayora Group Ronald Atmadja dalam acara Menuju Environmental Sustainability Corporate Governance di Industri Obat dan Makanan, Senin (17/7/2023).

Baca juga: Dukung Industri Berkelanjutan, Mayora Group Hadirkan Pabrik Daur Ulang PET Lokal Berteknologi Foodgrade

Acara itu menjadi puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia atau World Environment Day 2023 yang digelar BPOM.

Dalam kesempatan tersebut, Ronald berterima kasih dan mengaku bangga atas apresiasi yang diterima. Ia mengatakan bahwa penghargaan tersebut sekaligus membuktikan kontribusi Mayora Group dalam menjaga kelestarian lingkungan dengan menerapkan konsep ekonomi sirkular.

“Konsep ekonomi sirkular adalah memaksimalkan nilai penggunaan suatu produk ataupun komponennya sehingga tidak ada sumber daya yang terbuang, serta meminimalkan dampak pada lingkungan,” jelas Ronald dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin.

Baca juga: IDI dan Le Minerale Gelar Edukasi Manfaat Air Mineral Berkualitas

Inisiatif Mayora

Untuk diketahui, beberapa inisiatif yang dilakukan Mayora Group dalam penerapan konsep ekonomi sirkular di antaranya pemanfaatan ampas kopi sebagai bahan bakar produksi di pabrik Torabika. Langkah ini merupakan pengaplikasian zero waste yang dapat mengurangi penggunaan sumber daya energi untuk bahan bakar.

Kemudian, daur ulang kemasan plastik polyethylene terephthalate (PET) menjadi bijih plastik guna bahan baku industri baru poliester dan dakron. Selanjutnya, peningkatan literasi masyarakat terhadap lingkungan melalui berbagai program corporate social responsibility (CSR).

Penerapan konsep sirkular paling nyata juga dapat dilihat dari Le Minerale. Produk air minum dalam kemasan (AMDK) ini mengumpulkan dan mendaur ulang sampah kemasan untuk menjadi bahan baku industri baru.

“Sistem tersebut tentunya tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tapi juga penguatan ekonomi masyarakat,” ujar Ronald.

Baca juga: Jaga Komitmen Jadi Produk AMDK Berkualitas, Le Minerale Raih Penghargaan

Sementara itu, Penny menyampaikan bahwa menjaga kelestarian lingkungan secara berkelanjutan merupakan tanggung jawab seluruh manusia untuk mencegah bumi dari kerusakan yang semakin parah.

Untuk itu, ia melanjutkan, BPOM bersama industri obat dan makanan akan menjadi bagian terdepan untuk mengawal sustainability lingkungan.

Terkait penghargaan, Pennya menjelaskan, terdapat sejumlah indikator yang digunakan untuk menilai perusahaan terlibat.

Indikator tersebut meliputi kemandirian dan kepatuhan terhadap praktik pengemasan makanan, komitmen manajemen perusahaan terhadap industri yang ramah lingkungan, pencapaian ISO, dan kelayakan sebagai industri hijau versi Kementerian Perindustrian (Kemenperin).

Baca juga: Komitmen Tangani Kelestarian Lingkungan, Le Minerale Gencarkan Gerakan Ekonomi Sirkular Nasional

Selain itu, penilaian juga ditentukan dari penggunaan bahan baku secara efektif, penggunaan energi terbarukan, proses produksi yang efektif terutama manajemen limbah, pelaksanaan ekonomi sirkular, pengelolaan penggunaan air, serta upaya peningkatan literasi masyarakat terhadap lingkungan.

Penny berharap, para pelaku industri obat dan makanan tidak hanya menggunakan bahan baku dan energi yang efisien, tapi juga mendorong untuk reuse, reduce, dan recycle, serta menggunakan energi baru terbarukan (EBT).

Ia juga menekankan pentingnya aspek lingkungan sebagai salah satu yang harus dikelola dalam supply chain risk management.

“Seharusnya, istilah CSR saat ini diganti dengan istilah baru, yaitu Environmentally Sustainable Social Governance (ESSG),” ucapnya.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com